"Dia sudah tak sabar untuk bertindak ya...." Angga meletakkan tangannya di dagu dan berkata dengan nada santai, tetapi kalau dilihat ada rasa dingin di matanya.
Dengan adanya orang yang mau membunuh anak-anaknya apakah dia akan merasa baik-baik saja, walau dirinya telah mengamati musuh dengan baik?
Tentu saja TIDAK!
Mengetahuinya saja, membuat Angga merasa marah hingga ke ubun-ubun. Berpikir dia takkan melepaskan begitu saja orang yang ingin mencelakai anak-anaknya, terlebih jika sampai membunuhnya.
Setelah mengetahui tindakan musuh, Angga awalnya ingin langsung menindaknya. Tetapi sepertinya kurang seru. Musuh bisa langsung kalah tanpa banyak kesulitan. Angga tak menginginkan hal itu, dia ingin membiarkan musuh merasakan kesulitan yang tak tertahankan.
Dengan bantuan sistem, Angga yang sebelumnya sudah membelikan berbagai teknologi hitam pengamanan dari masa depan untuk anak-anaknya, kini menambah beberapa lagi supaya lebih aman. Angga bisa saja tak mengizinkan mereka berada jauh-jauh darinya dan terus membiarkan mereka di sisinya, tetapi tak selamanya bisa begitu bukan?
Semakin perusahaannya tumbuh besar, musuh bukan hanya dari pihak protagonis wanita yang membenci anak-anaknya, tetapi pasti akan ada lebih banyak musuh lagi di masa depan, terutama jika identitasnya terungkap.
Karena itulah, Angga mempersenjatai dulu para anak kecil dengan berbagai alat pengamanan diri. Tetapi masih tidak ada senjata teknologi hitam yang dia berikan. Lagi pula anak-anaknya masih kecil, bagaimana jika salah memencet tombol dan menyerang seseorang?
"Kau awasi terus pergerakannya, sistem!"
"Aku akan menemukan bukti-bukti kejahatannya, walau dia tidak bisa masuk penjara. Mungkin akan masuk pusat kesejahteraan sosial?" lanjut Angga setelah mengatur segalanya.
"Baik, Tuan rumah!"
***
Setelah beberapa hari menyusun rencananya, Elyana akhirnya menemukan hari yang baik untuk melaksanakan rencananya setelah mengamati triplets selama beberapa hari. Dia memandang triplets yang asyik bercanda gurau dengan Vin dengan tatapan tajamnya. Ketika melihat salah satu dari mereka menoleh, dan menabrak tatapannya, dia segera mengalihkan pandangannya dan menampilkan muka polos baik hatinya.
"Lihat tuh, si gadis sok polos natap kita tajem banget! Merinding rasanya, oy!" Nio -yang tidak sengaja bertatapan singkat dengan Elyana tadi berkata pada yang lain.
"Tapi...Lia bingung deh, kenapa El itu sepertinya tidak suka sekali sama kita?" tanya Lia pada yang lain dengan penuh kebingungan.
"Dia tak suka sama kita karena kita dekat dengan Vin!" Pernyataan Nio ini diangguki oleh Lio juga.
"Kenapa jadi aku?" Vin membelalak agak tak terima.
"Memang kebenarannya begitu." Sahut Lio datar.
"Iya, karena dia tuh suka sama kau, Vin. Lagian kau kan pinter, ganteng, kaya... Siapa yang gak suka?" celetuk Nio menjelaskan dengan malas.
Sebelum Vin menyangkalnya, Lia duluan nyeletuk, "Ya...ya... Lia saja juga suka sama Kak Vin!"
"APA?! Lia nggak boleh suka sama Vin! Kita kan akan jadi sepupu." Nio terkejut dan segera menasehati Lia.
Lio ikutan berkata."Iya, jangan menyukainya Lia!"
Lia menatap dua kakaknya bingung. Sedangkan Vin menggaruk tengkuknya yang tak gatal, tampak bingung dan malu juga.
"Tapi Kak Lio dan Kak Nio kan juga suka bermain sama Kak Vin??" kata gadis kecil itu kemudian dengan bingung.
Ketiganya sontak ingin menepuk kepala mereka sendiri dengan keras karena salah memahami perkataan adiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Awesome Papa [END]
FantasyAnggara Prasetya, seorang lelaki yatim piatu yang menghidupi ketiga adiknya tiba-tiba mengalami kecelakaan setelah berhasil mengantarkan kesuksesan ketiga adiknya. Tapi dia tak menyangka, setelah mengalami kecelakaan, dia tak mati. Melainkan nyasar...