Part 26

20.6K 2.1K 36
                                    

Tiga tahun berlalu begitu cepat. Saat ini triplets sudah duduk di kelas 2 SD. Mereka bersekolah di SD yang dapat dikatakan 'elit' bersama dengan Vin. Saat ini pun mereka sekelas. Ketiganya dapat memasuki sekolah elit tentu saja karena keberhasilan bisnis Angga selama tiga tahun terakhir.

Perusahaan yang Angga dirikan tiga tahun lalu telah berkembang pesat, terlebih di era ledakan internet, dimana teknologi semakin berkembang, maka penggunaan internet dalam kehidupan sehari-haripun juga berkembang.

Walaupun perusahaan Angga belum bisa dibilang perusahaan terbesar ataupun terkaya di negara ini, tetapi setidaknya perusahaannya termasuk jajaran perusahaan start up yang sukses. Perusahaannya dinamakan TripleA Technology Inc. Nama tersebut diambil oleh Angga dari nama triplets yang awalannya A semua.

Saat ini perusahaan tersebut tidak hanya bergerak di bidang pengembangan game, tetapi juga mulai memasuki aplikasi sosial apakah itu chat/obrolan, e-commerce, online drive, food delivery dan lain sebagainya. Walau sebagian masih dalam tahap pengembangan dan belum diluncurkan.

Angga pun juga telah memiliki rumah sendiri, yang dibeli secara lunas setahun lalu, bukan lagi sebatas ngontrak. Rumahnya bukan tipe vila mewah super mahal, tetapi desainnya elegan dan sederhana. Rumah tersebut cukup luas terdiri dari tiga lantai, ada taman dan kolam renang pula.

"Kami pulang!" teriakan triplets terdengar begitu memasuki rumah besar tersebut.

Angga yang kebetulan bekerja dari rumah dan tidak ke kantor sedang menyiapkan makanan khusus buatannya untuk mereka. Biasanya ada bibi pembantu yang akan memasak, terlebih ketika Angga tengah bekerja di kantor.

"Wahh, papa masak lagi!" heboh Lia.

"Kangen masakan papa!" ujar Nio.

"Om Angga masak lagi ya?!" Vin ikutan excited.

Yah, triplets sangat suka masakannya karena Angga telah mempunyai skill memasak, dapat dikatakan masakannya selevel chef bintang lima. Itu pun juga hadiah dari sistem ketika dia berhasil menyelesaikan misinya yang ke sepuluh dulu.

Selama tiga tahun terakhir, selain mengembangkan perusahaannya, Angga juga rajin menyelesaikan misi sistem yang entah sudah berapa banyaknya, tidak bisa dihitung jari lagi. Dia juga mendapatkan banyak poin dan hadiah. Poinnya kini sudah mencapai ratusan ribu, walau belum mencapai jutaan sih.

"Ayo, ganti baju dulu lalu makan siang, anak-anak!"

"Oke, Pa!!!"

"Iya, Om!"

Vin yang ikut triplets pulang, juga ke atas berganti baju di kamarnya. Yap, karena anak itu terlalu sering bermain kerumah ini sehingga Angga menyiapkan satu kamar untuknya. Vin dapat menyimpan baju disana jika mau menginap atau sekadar bermain saja, agar mudah dan tak bolak-balik bawa baju ganti. Namun, Vin jarang menginap kecuali orangtuanya dalam perjalanan bisnis, alasannya tinggal di rumah Jovita padahal ke rumah triplets.

Duduk di meja makan sambil makan siang bersama, Angga menanyai triplets bagaimana hari mereka di sekolah. Hal ini sering dilakukannya untuk lebih dekat kepada anak-anaknya.

"Bagaimana tadi di sekolah? Apakah ada yang menyenangkan? Atau kalian diganggu?" tanya Angga.

"Tidak kok, Pa! Biasa aja." jawab Lio. Saat ini Lio sudah lebih terbuka dan banyak bicara, tetapi kalau terhadap orang lain si kecil itu masih sangat waspada.

Berbeda dengn Lio, Lia langsung berceloteh menceritakan kejadian di sekolahnya tadi, "Lia tadi denger dari temen-temen Lia kalau akan ada anak baru di sekolah katanya!"

Ya, triplets sekarang sudah lancar dalam pengucapan hurufnya, baik huruf 'S' maupun 'R'.

"Belum masuk anak barunya?" tanya Angga menanggapi gadis kecil itu.

"Belum, Pa! Kata temen-temen mereka hanya lihat anak perempuan yang cantik di kantor kepala sekolah. Tetapi Lia sendiri belum pernah lihat."

"Oh, begitu."

"Kalau Nio?" tanya Angga kemudian.

"Kalau Nio banyak keseruan, hari ini Nio main bola kertas sama anak-anak yang lain. Seru banget!"

"Heh, main bola di dalem kelas yang ada! Terus Nio sama anak-anak yang lain di hukum sama bu guru Om, disuruh bersihin kelas saat istirahat! Apalagi diawasi sama bu guru, mau kabur ya gak bisa! Hahaha," timpal Vin membuat Nio malu setengah mati di depan papanya.

Awas saja si Vin kampret itu!

"Nio, lain kali kalau main bola boleh tapi jangan di dalam kelas. Itu tidak baik, bisa merusak fasilitas maupun mengganggu kelas. Ingat?" nasehat Angga menatap Nio sedikit tajam agar anak itu ingat.

Nio menunduk. "Hm, iya Pa!"

"Rasain Kak Nio! Wlee!"

Melihat Lia yang mengejek sambil memeletkan lidahnya membuatnya Nio sebal. Kenapa tak ada yang membelanya?!

Angga senang melihat anak-anaknya beserta protagonis pria yang tampak akrab. Vin yang belum kehilangan tantenya juga masih ceria. Angga tak tahu apakah kecelakaan Jovita akan terjadi lagi seperti dalam alur, sebelumnya dia sudah bertanya pada sistem mengenai kapan terjadinya kecelakaan Jovita ternyata saat Vin kelas 1 SD tepatnya setahun lalu, karena itu Angga dapat mencegah ketika Jovita hendak menaiki mobilnya yang tiba-tiba mengalami kerusakan.

Jovita saat itu sangat bersyukur karena Angga mencegahnya menaiki mobilnya. Jika dia naik mobilnya dan mengalami kecelakaan, dia tak tahu apa yang akan terjadi pada keponakannya. Apakah akan hidup dengan baik atau tidak? Jovita malah mengkhawatirkan kehidupan keponakannya ke depannya.

Kecelakaan itu akhirnya berhasil dicegah Angga, tapi Angga takut alur novel masih akan terjadi sehingga dia menyuruh sistem untuk memantau dan mengingatkan dirinya agar dia bisa menyelamatkan gadis itu jika akan terjadi kecelakaan lagi.

Alasannya agar Vin tak kehilangan keceriaannya. Selain itu, entah mengapa dia juga tak rela dan tak ingin melihatnya mati begitu saja.

Jovita masih muda, belum berkeluarga, kehidupannya juga harusnya masih sangat panjang.

Begitulah Angga meyakinkan dirinya, alasan lebih memperhatikan keselamatan gadis itu.

Ya, pasti begitu.

"Apa Vin akan menginap nanti?" tanya Angga pada Vin kemudian.

"Hmm, iya Om! Papa sama mama lagi perjalanan bisnis ke kota B."

Angga mengangguk paham. "Begitu."

Yeah, rumah ini pun sudah seperti rumah ke tiga bagi Vin, jadi anak itu tak perlu sungkan jika ingin tinggal karena baik Angga maupun triplets sama sekali tak keberatan. Rumah pertamanya ya rumahnya dengan papa mamanya, rumah kedua dengan Jovita, rumah ketiga dengan triplets. Sungguh menggemaskan lelaki kecil itu!

"Ayo, abis ini kita renang yok!" ajak Nio di hari yang panas ini.

"Okay!" Ajakan itu disetujui yang lain.

Tentu saja mereka berenang menggunakan ban renang, ada yang berbentuk bebek lucu milik Lia, Nio berbentuk supercar, Lio bentuknya penguin lucu, dan Vin yang juga punya berbentuk ikan hiu.

"Kalian istirahat dulu sebentar agar saat berenang tidak kekenyangan." Nasehat Angga sebelum mereka pergi.

"Iya, Pa/Om!" jawab keempatnya.

Angga akan mengawasi keempatnya dari pinggiran, duduk di bawah payung ditemani es limun segar, biasanya dia juga akan membawa laptopnya untuk bekerja atau memasuki ruang sistem dengan pikirannya untuk belajar. Alasan Angga mengawasi mereka dari dekat karena dia khawatir akan ada bahaya ataupun kecelakaan. Meski kolam renang tersebut dangkal. Tetapi anak-anak baru tujuh tahun saat ini, tentu saja Angga akan khawatir.

Dan begitulah kehidupan santai mereka. Walaupun santai, tetapi tetap saja Angga akan selalu memperhatikan keadaan triplets maupun si protagonis kecil—yang tetap setia menjadi sahabat baik anak-anaknya itu.

****

Tbc.

Don't forget to vote and comment:)

Our Awesome Papa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang