Part 39

25.5K 2.1K 79
                                        

Vin duduk terdiam di bangkunya. Tangannya tertekuk di atas meja dengan kepala yang disembunyikan di antaranya. Tak biasanya dia terlihat murung dan tak bersemangat seperti itu. Triplets yang melihat itu akhirnya mendatanginya.

Nio yang pertama menepuk punggunya bertanya. "Vin, kenapa kamu murung gitu? Ceritalah sama kita jika ada masalah!"

"Bener, Kak Vin!" setuju Lia dengan kakaknya.

"Hmm, jangan dipendam sendiri." Lio yang biasanya tak suka bicara ikut menimpali.

Vin masih terdiam sambil berpikir apakah harus menceritakan masalahnya dengan mamanya kepada triplets. Sebenarnya bukannya dia tak mau cerita namun karena masalahnya berhubungan dengan triplets itulah yang membuatnya ragu. Mana bisa dia bilang pada mereka jika mamanya melarang dirinya bergabung dengan mereka?!

Vin pada akhirnya memilih menggeleng. "Tidak apa-apa, kok! Hanya masalah kecil dengan mama saja. Kalian tidak perlu khawatir!"

Vin tak ingin triplets sedih karenanya, apalagi sampai mereka menjauhinya. Tiga tahun lebih mereka berteman ini, hanya triplets yang paling tulus berteman dengannya tanpa menginginkan imbalan apapun. Dia tak ingin kehilangan persahabatannya dengan mereka hanya karena masalahnya sendiri.

"Beneran bukan masalah yang besar?" tanya Nio penuh selidik.

"Iya, bukan kok!" Vin berusaha meyakinkannya.

Kemudian lelaki kecil itu mengalihkan pembicaraan. "Ya sudah bagaimana kalau kita ke kantin? Bukankah kalian sudah lapar?"

"Yo, bener banget dah lapar ini!" Dan benar saja, si Nio itu langsung melupakan apa yang hendak dikatakannya.

Lia pun ikutan kakaknya karena sudah lapar juga. Sedangkan Lio, walau masih mengingat namun hanya menggeleng pelan melihat sifat dua saudaranya. Bukannya dia tak peduli terhdap Vin, tetapi terkadang tak semua masalah harus diceritakan. Ada kalanya harus disimpan sendiri atau menunggu siap bercerita, terlebih masalah dalam keluarga.

Di sisi lain, seorang gadis yang memperhatikan itu semua merasa geram dengan tangan yang terkepal erat.

Kenapa sih Vin-nya masih saja berhubungan dengan si triplets itu?!

****

Angga memutuskan menjemput Jovita dari kantor Rosmala setelah mereka membuat janji makan siang bersama. Mereka mencari restoran Jepang yang sunyi dan cukup privat untuk makan kali ini.

Jovita mengawali pembicaraan dengan tertunduk penuh penyesalan. "Maaf Mas, mungkin Mbak Ros akan menceritakan pada Mas Damar mengenai hubungan kita."

Angga belum mengeluarkan responnya karena tahu kalau perkataan Jovita belum selesai.

"Tadi aku bener-bener kesel dengan Mbak Ros karena dia ngerendahin kamu sama triplets terus. Aku jelas nggak terima!" lanjut Jovita dengan nada kesal.

Angga awalnya bingung hendak merespon apa. Lelaki itu kemudian duduk di dekat Jovita dan merengkuh bahunya sambil menepuknya pelan. "Tidak apa-apa. Ceritakan saja kalau begitu tentangku pada mereka jika mereka ingin menghalangi hubungan kita."

Jovita segera menatap lelaki itu dengan ekspresi terkejutnya."Apakah tidak apa?"

Angga mengangguk. "Hmm, tak masalah kok sebenarnya kamu cerita pada siapapun."

Angga jelas marah jika mendengar anak-anaknya direndahkan. Tetapi dia tetap berusaha sabar dan menenangkan Jovita.

"Sebelumnya aku menyembunyikannya karena tak ingin meladeni banyak orang. Tapi demi hubungan kita dan triplets juga, tidak apa-apa jika harus membongkarnya pada semua orang." Jelas Angga kemudian.

Our Awesome Papa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang