.
.
.
Bel tanda berakhirnya waktu sekolah telah berbunyi semua murid sudah berhamburan keluar dari kelas masing-masing termasuk Jimin dan Taehyung. Seperti biasa Taehyung selalu dijemput oleh supir keluarganya dan Jimin hari ini akan dijemput oleh sang kakak yaitu Yoongi, mereka berencana makan siang diluar sebelum pulang.
Sebelum Yoongi dan sopir Taehyung sampai keduanya memutuskan untuk menunggu jemputan didepan gerbang sekolah. Sedari tadi pandangan Taehyung tidak lepas dari Jimin, Jimin merasa aneh dengan tatapan Taehyung. Jimin terlalu paham dengan sahabatnya satu ini dan sesekali Jimin mengajak Taehyung berbicara karena suasananya sudah sangat sunyi.
"Taehyung-ah kenapa dari tadi kau menatapku seperti itu eoh? Apa ada yang aneh dengan penampilanku." Tanya Jimin memecah suasana
"Emm... Jimin-ah apa kau sungguh baik-baik saja? Perasaanku tidak enak, wajahmu juga pucat. Benar tadi kau tidak membuat masalah dengan Young Jae" Bukannya menjawab pertanyaan Jimin, Taehyung malah balik bertanya.
Taehyung POV
Flashback On
Waktu istirahat telah tiba, aku mengajak Jimin untuk makan dikantin aku khawatir melihat wajahnya yang begitu pucat.
"Jimin-ah ayo kita makan dikantin sepertinya menu hari ini sangat lezat!" Ajakku
"Nee kajja..." Jimin berdiri menghampiriku
Ditengah perjalanan aku melihat Jimin kepayahan, wajahnya semakin pucat membuatku semakin khawatir. Aku berusaha meraih tangannya namun tiba-tiba dirinya merintih kesakitan.
"Aakkhh... Ap-appo" Jimin mengerang dan meremas baju seragamnya
"Ya Jimin! Gwaenchanayo?" Aku panik, Jimin terlihat sangat kesakitan.
"Perutku tae... Ap-appo Tae" Rintih Jimin lagi, Aku bergegas menggendongnya menuju UKS dan membaringkannya disana.
Saat aku akan mengambil ponselku tangan Jimin menahanku
"Andwe tae, jangan mem-beritahukan ini pada siapapun aku mo-hon.." Ucap Jimin sebelum kesadarannya menghilang
Aku semakin panik melihatnya tak sadarkan diri, aku memanggil dokter yang berjaga di UKS. Dokter memintaku untuk keluar supaya Jimin dapat diperiksa.
"Apa yang terjadi padamu Jim, kenapa kau melarangku untuk memberitahukan keadaanmu pada siapapun. Apa yang sebenarnya kau sembunyikan?" Aku melihatnya dari celah kaca yang berada disamping ruang kesehatan, rasa khawatirku tidak berkurang semenjak Jimin kembali ke kelas pagi tadi.
Pemeriksaan sudah berakhir dan aku diizinkan untuk menemaninya didalam ruang kesehatan. Sudah lebih dari satu jam tapi Jimin belum juga bangun dari pingsannya.
"Jimin jika kau tidak mau mengatakannya padaku, aku akan mencari tahunya sendiri." Ucapku pelan.
"Eunghh..." Jimin mulai sadar dari tidurnya.
"Taehyung-ah aku dimana? Apa aku masih hidup" tanyanya membuatku jengah
"Kau pikir ini dimana Jim? Tentu kau masih hidup, mungkin sebentar lagi aku akan membuatmu mati." Aku tak habis pikir dengannya, kenapa aku memiliki sahabat seperti dia Tuhan.
"Taehyung-ah kau marah? Aku sedang sakit kau malah marah padaku." tanyanya yang lagi-lagi membuatku semakin kesal.
"Kau pikir siapa yang tidak marah melihat sahabatnya tidak mau jujur Jim. Kau tiba-tiba saja pingsan dan aku tidak boleh memberitahukannya kepada siapapun, aku takut terjadi sesuatu padamu." Ucapku ketus tidak habis pikir dengan jalan pikiran Jimin.
KAMU SEDANG MEMBACA
REASON
FantasyKetika pengorbanan menjadi alasan untuk membahagiaan orang yang kita sayangi disitulah kita harus menanggung rasa sakit sendirian. Apakah semesta masih memberikanku harapan untuk bahagia bersama mereka? Ataukah semesta berkata sebaliknya? - Park jim...