.
.
.
Lusa Jimin sudah diperbolehkan pulang, dan saat ini dirinya ditemani Namjoon dikamar rawatnya. Namjoon yang sedari pagi menemani Jimin harus segera kembali ke ruangannya karna harus kembali bertugas. Sebelum Namjoon meninggalkan Jimin, dia mengingatkan kalau mulai bulan depan Jimin harus menjalani theraphy karena sel kanker yang ada di hati Jimin sudah mulai berkembang dan Jimin tidak boleh membiarkannya, kalau itu terjadi sama saja Jimin ingin mati lebih cepat.
Jimin sempat menolak permintaan dari sang dokter merasa tubuhnya tidak terjadi apa-apa dan baik-baik saja. Namun Namjoon memiliki senjata untuk melawan Jimin yang akhirnya membuat Jimin bersedia melakukan theraphy, tapi dengan syarat sebelum melakukan theraphy Jimin boleh melakukan apa saja yang dia inginkan.
Namjoon tidak berpikir apa saja yang akan Jimin lakukan, yang Namjoon yakini Jimin tidak akan ceroboh dan akan selalu menurut apa yang dikatakannya. Namjoon sudah sangat mengenal Jimin, walaupun terkadang Jimin suka membantah tapi dalam hal ini Namjoon tidak mau berpikir negatif pada Jimin. Namjoon akan meminta Taehyung adiknya untuk selalu mengawasi Jimin.
"Hyung!" Jimin berteriak pelan memanggil Namjoon saat melihatnya berdiri dan akan pergi meninggalkan ruangannya.
"Nde, ada apa lagi Jimin-ah? Hyung sudah sangat terlambat sekarang." Jawab Namjoon yang kembali duduk disamping brangkar Jimin.
"Sebentar saja hyung, aku jamin kakek tidak akan memotong gajimu jika hyung terlambat karena menemani cucu kesayangannya ini." Ucap Jimin sekenanya, yakin jika sang kakek tidak akan mempermasalahkan permintaan Jimin pada Namjoon.
"Kamu ini ya! bukan tidak mau menemanimu Jimin, hanya saja Hyung sudah sangat terlambat dan ada banyak pasien yang sudah mengantri dan menunggu hyung dari tadi." Jawab Namjoon berusaha menolak halus permintaan Jimin.
Namjoon sepertinya harus bersabar karena tiba-tiba suasana diruang rawat Jimin menjadi hening, sebenarnya apa yang ingin Jimin sampaikan padanya. Namjoon masih menunggu Jimin untuk melanjutkan hal apa yang ingin disampaikan padanya.
"Hyuung..." Jimin tiba-tiba memanggil Namjoon dengan suara parau.
"Ada apa dengan anak ini, kenapa aku merasa ada yang aneh dan kenapa nada bicaranya berubah." Ucap namjoon dalam hati.
"Waeyo Jiminie, apa kamu membutuhkan sesuatu hmm? Hyung harus pergi sekarang, ah ya... apa perlu hyung menghubungi Taehyung untuk menemanimu disini." Tawar Namjoon sembari mengusap pundah Jimin lembut kemudian mendapat gelengan dari Jimin.
"Hyung...
Ehhmm soal theraphy apa cara itu akan berhasil?" Jimin sempat menjeda ucapannya karena tidak yakin dengan apa yang akan ditanyakannya kepada sang dokter.
"Apa yang sedang kamu khawatirkan Jiminie, apa kamu tidak percaya pada hyung?" Ucap namjoon menyakinkan Jimin untuk melakukan theraphy.
"Bukan begitu hyung, hanya saja ak-" Namjoon langsung memotong ucapan Jimin karena tau kemana arah pembicaraan Jimin.
"Yakinlah semuanya akan berhasil dan kamu tidak akan sembuh dan tidak merasakan sakit lagi. Hyung berjanji padamu untuk selalu membantumu dan menjadi dokter yang merawatmu nanti saat theraphy." Ucap Namjoon menyakinkan Jimin lagi.
"Hyuung... aku takut kal-"
"Shttt..." Namjoon langsung merengkuh Jimin kedalam pelukannya, Jimin rapuh saat bersama Namjoon karena Namjoon paham apa yang dirasakan Jimin. Walaupun Jimin dekat dengan Seokjin dan Yoongi, namun Jimin akan memilih namjoon untuk menceritakan rasa sakitnya dan tidak ingin ada yang khawatir padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
REASON
FantasyKetika pengorbanan menjadi alasan untuk membahagiaan orang yang kita sayangi disitulah kita harus menanggung rasa sakit sendirian. Apakah semesta masih memberikanku harapan untuk bahagia bersama mereka? Ataukah semesta berkata sebaliknya? - Park jim...