.
.
.
Tak selamanya langit akan terlihat cerah, sesekali dia akan terlihat mendung dan sesaat kemudian hujan turun, langit akan berubah indah dihiasi warna-warni pelangi yang datang setelah mendung dan hujan. Tapi kenapa pelangi hanya bisa datang setelah adanya awan dan hujan? Tidak bisakah pelangi datang setiap saat.
Hari berganti hari kehidupan keluarga Park memang baik-baik saja dan terlihat sangat harmonis, tapi karena tuntutan pekerjaan Tuan dan Nyonya besar keluarga Park sering meninggalkan anak-anak di rumah besar mereka. Sang kakek juga akan sangat senang bila sang cucu bermain kerumahnya, namun mereka akan tetap senang berada dirumah dan menanti anggota keluarganya pulang.
Jimin sangat paham dengan tanggungjawab orangtuanya oleh sebab itu Jimin tidak akan merengek hal-hal kecil yang membebani orangtuanya. Saat sekolahpun sekarang Sang Appa maupun Eomma serta Hyungnya jarang sekali mengantar Jimin kesekolah itu yang akan membuatnya sedih, tapi perasaan itu akan selalu tertutup dengan wajah cerianya, "Jimin kau memang sangat pandai berpura-pura". Jika memang ingin katakan ingin, jika memang sakit katakan sakit jangan pernah menahannya. Kau akan terluka jika kau selalu menipu dirimu sendiri.
Jimin selalu mengerjakan kegiatan yang selama ini menjadi rutinitasnya seperti berlari, berenang dan beberapa olahraga lainnya. Jimin pikir daripada sendiri dirumah akan lebih memilih melakukan banyak hal positif diluar sana. Jimin tidak pernah memperhatikan kesehatannya, yang dia pikirkan hanya bagaimana cara menghilangkan rasa sepi dalam hatinya.
Pagi telah tiba saatnya Jimin kembali melakukan rutinitasnya yaitu sekolah. Hari ini adalah hari yang langka untuk Jimin karena hyung keduanya bersedia mengantar Jimin walaupun harus dengan drama. Kedua orangtuanya dan Seokjin Hyung masih belum pulang menghadiri acara mereka di Socho untuk perencanaan hotel baru Sung Geun.
"Hyung jika tidak ingin mengantarku biarkan aku naik bus saja..." Ucap Jimin pada Yoongi.
"Andwe Jimin-ah, kau tidak pernah naik bus. Aku tidak mau kena omel Appa, Eomma dan Seokjin Hyung jika mereka tau aku membiarkanmu naik bus." Jawab Yoongi.
"Ini masih sangat pagi hyung! untuk apa kau mengantarku sepagi ini ke sekolah? Bahkan tukang kebun sekolahku saja tidak akan datang sepagi ini." Sanggah Jimin yang masih dengan mode mengomeli hyungnya.
"Kau bisa belajar diperpustakaan dulu atau mungkin kau bisa sarapan dikantin Ssaeng. Ayolah hyung tidak ingin berdebat denganmu. Setelah ini hyung harus pergi ke Busan bersama Hoseok." Jawab Yoongi lagi.
"Ah terserah kau saja hyung. Kau memang hyung yang menyebalkan!" Ucap Jimin dengan wajah marah dan langsung mengalihkan pandangannya dari sang hyung.
Perjalanan Jimin ke sekolah ditempuh Yoongi dalam waktu lima belas menit, lebih cepat dari biasanya karena mereka berangkat lebih pagi dan jalanan juga masih sangat sepi. Jimin langsung turun tanpa mau berpamitan dengan sang hyung. Saat sampai didepan sekolah Jimin berjalan berbalik arah dengan sekolahnya, Yoongi mengejar Jimin karena merasa bersalah dan bingung dengan sikap sang adik.
"Jiminie kau mau kemana Ssaeng? Sekolahmu disana kenapa kau malah berjalan menjauh dari sekolahmu? " Tanya Yoongi menahan tangan Jimin bingung pada sikap adiknya itu.
"Hyung ini masih sangat pagi, biarkan aku menunggu waktu sekolah dikedai kopi dekat sini. Aku janji tidak akan bolos dan datang tepat waktu ke sekolah. Jika hyung ingin pergi pergilah atau hyung akan terlambat." Ucap Jimin sinis dan melepas pegangan tangan sang hyung.
Yoongi sudah tidak dapat berkata apapun pada sikap Jimin, sudah hilang kesabarannya menghadapi adik kecilnya. "Ingat Jimin jangan minum kopi terlalu banyak atau kau akan sakit perut." Setelah mengatakannya Yoongi memutuskan untuk pergi meninggalkan Jimin dan membiarkan adiknya melakukan hal yang ingin dia dilakukan, Yoongi percaya kalau Jimin tidak akan membuat masalah dan tetap menjaga nama baiknya didepan Appa, Eomma dan Hyung mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
REASON
FantasyKetika pengorbanan menjadi alasan untuk membahagiaan orang yang kita sayangi disitulah kita harus menanggung rasa sakit sendirian. Apakah semesta masih memberikanku harapan untuk bahagia bersama mereka? Ataukah semesta berkata sebaliknya? - Park jim...