.
.
.
Apakah kebahagiaan semahal ini? Bukankah banyak yang bilang kalau bahagia itu sederhana. Bukankah banyak yang bilang kebahagiaan itu milik semua orang. Apa memang jatah bahagia Jimin sudah habis, apa sekarang hanya rasa kecewa dan rasa sakit yang ada dalam takdirnya. Bukankah takdir terlalu jahat jika rasa bahagia itu memiliki limit. Selama ini Jimin tidak pernah jahat kepada siapapun, tapi kenapa takdir begitu jahat padanya.
Jimin merasa kebahagiaannya akan lengkap jikalau dirinya bertemu appa kandungnya. Tapi kenapa saat dia sudah menemukan appanya malah dirinya memilih untuk pergi. Mungkin dia sudah lelah merasakan sakit, mungkin inilah akhir perjuangannya, bukan menyerah tapi karena dirinya yang tidak mampu melawan takdir yang sudah digariskan untuknya.
--- REASON ---
Jimin sudah melewati masa kritisnya beberapa waktu lalu, namun karena Min Young sangat khawatir pada Jimin dirinya memutuskan untuk menemani Jimin. Jimin masih dirawat di ruang ICU walaupun sudah melewati masa kritis tapi kondisi Jimin belum sepenuhnya membaik. Jimin beberapa kali mengeluh sakit tapi dia tidak ingin ditinggalkan sang eomma barang sedetik.
Min Young yang melihat anaknya kesakitan hanya mampu menangis, Jimin tidak ingin ditinggal eommanya. Bahkan Namjoon yang melakukan pemeriksaan berkala sempat kerepotan karena tangan Jimin yang tidak ingin melepas tangan eommanya.
Namjoon meminta Jimin untuk istirahat tapi anak itu malah menolak, Jimin bilang pada Namjoon saat tidur dirinya bermimpi aneh dan ingin ditemani oleh eommanya, Jimin lebih tenang saat ada eomma disampingnya.
"Eom- ma.." lirih Jimin yang baru saja sadar.
"Nde sayang. Apa ada yang sakit?" Tanya Min Young sembari mengusap surai hitam Jimin.
"Akhhh... Eomma sakit eomma.." Jimin merintih kesakitan kala mata indahnya baru saja terbuka.
"Eomma akan memanggil Dokter Namjoon untuk memeriksamu sayang. Tunggu eom-" Tapi sebelumt Min Young berdiri bergegas memanggil Namjoon tangannya lebih dulu ditahan oleh tangan Jimin.
"Andwee eom-ma, Jimin ingin bersama eom-ma." Ucap Jimin sembari meneteskan air mata.
"Tapi sayang eomma harus memanggil Dokter Namjoon untuk memeriksamu" Sanggah Min Young yang sudah sangat khawatir pada Jimin.
"Jangan per-gih eom-mahh" Ucap Jimin lagi
"Nee eomma akan disini bersamamu sayang.
Mana yang sakit eoh, Beritahu eomma- biar eomma elus supaya sakitnya hilang." Akhirnya Min Young mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Namjoon. Min Young menahan tangisnya, dia tidak tega melihat Jimin kesakitan.
.
.
.
"Bibi bisa keluar sebentar? Aku akan melakukan pemeriksaan pada Jimin." Ucap Namjoon sopan
"Andw-ee eommahh, hyung aku mo-hon biarkan eomma disinihh." Jimin yang terlihat kesakitan masih memegang tangan sang eomma dengan erat.
"Jiminie tap-"
"Hyunghh ku mohonhh" Jimin memotong ucapan Namjoon.
"Nee Jiminie hyung akan mengizinkan bibi tetap disini." Namjoon menyerah dan akhirnya memberikan izin Min Young untuk tetap berada disamping Jimin.
KAMU SEDANG MEMBACA
REASON
FantasiaKetika pengorbanan menjadi alasan untuk membahagiaan orang yang kita sayangi disitulah kita harus menanggung rasa sakit sendirian. Apakah semesta masih memberikanku harapan untuk bahagia bersama mereka? Ataukah semesta berkata sebaliknya? - Park jim...