Ini cerita absurdku yang ke sekian. Entah kalian akan suka atau tidak. Jika suka tekan ⭐ saat kalian selesai membacanya, kalau tak suka silakan tinggalkan saja. Setidaknya vote kalian berharga untuk rasa lelahku berpikir merangkai kata demi menghibur kalian yang haus akan hiburan 🤧
.
.
.
.
.Hari itu kampus terlihat ramai tidak seperti biasanya. Mungkin dikarenakan kedatangan orang penting. Bisa dibilang orang berpengaruh di Korea. Para mahasiswa, mahasiswi maupun dosen berkumpul hanya untuk melihat dirinyadirinya walau itu dari jauh saja. Pria tampan nan kaya raya ini selalu menjadi pusat perhatian di manapun dia berada. Bahkan wangi yang dimilikinya mampu menarik perhatian para omega, beta dan alpha sekalipun.
Kwon Jiyong namanya. Pria bak pangeran dengan tatapan dingin, datar juga mematikan bagaikan iblis itu sedang berdiri di tengah lobi kampus seperti tengah menunggu seseorang. Jas slim fit berwarna biru gelap, kemeja hitam tanpa dasi dengan satu kancing dibiarkan terbuka menambah kesan modis dan maskulin. Tak lupa rambut hitam legam yang ditata rapi dan sepatu Channel hitam mengkilat menambah kesempurnaan bagi 'Pangeran Negeri Gingseng' ini. Dirinya nampak tak terganggu oleh pandangan setiap mata yang memandangnya penuh takjub dan kagum juga minat. Minat untuk mendekat, merayu bahkan jika memungkinkan memilikinya. Omega manapun yang melihatnya ingin sekali diklaim sebagai miliknya. Sayang beribu sayang, Jiyong tidak berminat dengan omega manapun, selain satu.
"Lama tak berjumpa dengannya, tapi dia tetap tampan, bahkan lebih tampan. Aromanya sungguh jantan," ucap seorang omega cantik.
"Lebih baik kau tidak usah mendekatinya lagi," saran temannya yang juga merupakan omega.
"Kenapa?"
"Dia tidak akan pernah tergoda dan tidak akan melirik siapapun selain omega itu," ucap temannya lagi.
"Jika belum dicoba mana tahu. Mungkin saja dia sudah berubah pikiran." Si Omega bersikeras.
Tiffany, katakan saja dia wanita omega terpopuler di kampus pada masanya. Mahasiswi pindahan Amerika dengan prestasi yang bagus. Lahir dari keluarga terpandang dan belum juga memiliki alpha karena dia sangat pemilih. Begitu ada mangsa yang tepat, maka instingnya akan muncul.
Seperti saat ini dengan kemeja oversize putih yang sengaja sedikit ditarik ke belakang agar leher putih dan jenjangnya terekspos. Tidak lupa dengan tulang selangkanya yang menonjol sengaja dia perlihatkan. Pinggang yang dibalut rok mini bermotif kotak-kotak merah hitam, serta rambut panjang sepunggung bergelombang dibiarkan tergerai. Tiffany sengaja sedikit sibak rambutnya agar aromanya menguar saat kaki jenjangnya melangkah mendekati Jiyong.
"Menunggu seseorang?" tanya Tiffany dengan suara terdengar lemah lembut dan halus.
"Mn," jawab Jiyong tenang disertai anggukan tanpa melihat pada omega tersebut.
"Sepertinya orang yang kau tunggu akan lama," ucap Tiffany lagi yang tak menyerah untuk tetap menggoda Jiyong.
"Tak masalah," jawab Jiyong dingin.
"Bagaimana kalau secangkir kopi sambil menunggu?"
"Tidak, terima kasih. Aku tetap menunggu di sini," Jiyong membalas. Dia bergeming di tempatnya tanpa lelah dengan badan yang dia sandarkan pada mobil Mercy tipe terbaru. Kakinya menyilang satu dengan sebelah tangan di dalam saku dan satu tangan lagi sibuk menggulir ponselnya.
Tiffany agaknya kesal dengan setiap penolakan yang dia dapat. Sejak awal mengenal, ah tidak, lebih tepatnya mengetahui Jiyong tak sedikitpun pria itu meliriknya. Jangankan dirinya, omega atau beta lainnya tak akan mendapat jatahnya, karena pandangannya sudah tertuju pada satu omega.
Wanita itu dengan sengaja melingkarkan tangannya pada lengan Jiyong yang tengah memegang ponsel. Sang Alpha hanya meliriknya, perlahan dengan sopan dia menyingkirkan tangan Sang Omega. Namun, dengan keras kepala Tiffany makin mengeratkan rangkulannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Symphony Of Nyongtory's Love [End]
RomanceMenikah dengan alpha kaya raya adalah impian setiap omega. Terlebih alpha tersebut memiliki keturunan alpha dominan. Pewaris kedua laki-laki akan perusahaan keluarganya. Dingin terhadap omega lain, namun overprotective pada satu omega saja. Ya, hany...