Yunan menghampiri kamar San dan Wahyu terlebih dahulu. Karena dia tahu, jika Mondy lebih bisa diajak kerjasama dengannya dibanding dengan ketiga adiknya, maka dari itu Mondy yang terakhir.
Yunan mengetuk pintu itu dengan keras. Tiga kali ketukan, si pemilik kamar tak kunjung membukanya. Yunan mengetuk kembali dan akhirnya Wahyu keluar dengan wajah datarnya.
"Gue-"
"KENAPA? LO MAU BELAIN SI CEWEK KAMPUNG ITU, HUH?! Kalau itu mau lo, gak usah temuin gue sama San lagi dan yang lain! JOSHUA! KALAU YUNAN KETUK PINTU GAK USAH DIBUKAIN!"teriak Wahyu kemudian.
Setelah itu, Wahyu membanting pintu kamarnya, membiarkan Yunan yang masih terdiam di tempat. Yunan menghela napas gusar. Sepertinya, usaha dia membuat saudaranya paham sangatlah susah. Namun dia tidak akan menyerah. Masih ada satu orang lagi yang dia percaya untuk bisa diajak kerjasama. Siapa lagi jika bukan Mondy?
Yunan berjalan ke arah kamar Mondy, kemudian mengetuk pintunya. Ketukan pertama tidak dibuka. Yunan mengetuk lagi diiringi dengan suara lembutnya yang memanggil nama adik tirinya.
"Mon? Ini gue. Bukain pintunya, gue mau bicara!"suara langkah terdengar dari luar, membuat Yunan menampakkan senyumannya.
Berhasil. Si pemilik kamar membukakan pintu kamarnya.
"Masuk!"titah Mondy datar. Karena tak mau membuat Mondy marah, Yunan langsung memasuki kamar adiknya.
"Cepetan, gue sibuk!"saat Mondy hendak pergi, namun tangannya langsung ditahan Yunan.
"Tunggu Mon!"Mondy berbalik dan menatap Yunan dingin.
"Kenapa? Lo mau belain cewek kampung itu, kak? Gue udah tahu jawabannya!"Mondy langsung menepis kasar tangan Yunan.
"Gue cuma mau jelasin!"teriak Yunan sabar.
"Apa yang mau lo jelasin? Semuanya aja belain dia, semuanya aja belain lo! Kak Harlan, Kak Satria, Oma! TAPI APA ? GAK ADA SATU PUN YANG BELAIN GUE, SAN, SAMA WAHYU! APAPUN SEMUANYA BELAIN LO, BELAIN CEWEK ITU! Gue gak iri sama Joshua, TAPI DIA! CEWE BARU YANG BERHASIL NGAMBIL HATI KAKAK-KAKAK GUE, ELO SAMA OMA! GUE CUMA BUTUH KASIH SAYANG DARI KALIAN AJA KAK, GAK LEBIH!"setelah mengatakan hal itu, Mondy menunduk disertai derai air mata yang baru pertama kali ia tunjukkan pada orang lain, terutama Yunan. Dia terlihat menangis.
Melihat adik tirinya menangis, membuat hati Yunan sakit. Kemudian, dia menarik Mondy dalam dekapannya-membiarkan saudara tirinya menangis di bahunya. Mendapat perlakuan tulus dari Yunan, tangisan Mondy semakin menjadi.
"Kalau lo butuh tempat bersandar, gue siap jadi tempat lo bersandar, Mon. Nangis aja sepuasnya di bahu gue."mendengar itu, tangisan Mondy semakin bertambah deras. Yunan mengusap kepala Mondy dengan lembut.
.....
Di kamar San berada.
Di dalam, mereka sama-sama masih terdiam dengan perasaan yang masih sama-sama kesal hingga malam menjelang. Tiba-tiba, San mengambil jaket kulitnya, menyambar kunci motornya dan membuka pintu kamarnya dengan kasar. Melihat itu, Wahyu memanggilnya, namun tidak direspon oleh empunya.
"Mau kemana lo? San! Sandi!"Wahyu berlari menyusul San yang sudah menuruni tangga.
Di bawah, hanya ada Yunan, Yohan, Joshua, dan Mondy saja. San melewati mereka begitu saja menuju pintu depan. Begitu dia membuka pintu, berdirilah Satria dengan tatapan dingin menatap San.
"Mau kemana lo?"
"Bukan urusan lo!"San langsung melesat, namun, segera ditahan oleh kakaknya.
"Gue bilang mau kemana?!"San menghempaskan tangan kakaknya dan segera berjalan cepat ke arah motornya.
KAMU SEDANG MEMBACA
8 Makes 1 Family's
Teen Fiction[TELAH DIBUKUKAN] Kamu pernah merasa menjadi orang yang paling beruntung diantara orang lain? Pasti sangat menyenangkan bukan? Ya, itulah yang di rasakan oleh seorang gadis desa bernama Arqelah Yujin Hidayah. Tapi, siapa sangka jika gadis desa itu...