01. Perkenalan Pertama yang Menyebalkan

16 6 0
                                    

1 Minggu bekerja dirumah mewah itu terasa menyenangkan. Bagaimana tidak menyenangkan? Pembantunya ramah, Oma juga ramah. Tapi.....Yujin sama sekali belum bertemu dengan pemilik rumah tersebut.

"Bi? Kira-kira teh, cucunya Oma kapan pulangnya ya? Saya teh penasaran sama mereka,"ucap Yujin.

"Kayaknya hari ini mereka pulang neng. Kamu tunggu aja mereka. Tapi inget satu hal. Kalau mereka pulang, jangan bahas orang tua mereka, terutama sama si bungsu."

"Kenapa bi?"

"Mereka sensitif kalau bahas keluarga. Jadi, kamu jangan mancing-mancing mereka buat ceritain apa yang terjadi."

"Emangnya kenapa ya, bi?"pembantunya menghela napas kesal sebelum melanjutkan.

"Intinya, orang tua mereka kecelakaan pas adik bungsunya mau kelulusan SD. Awalnya sifatnya biasa aja sebelum kejadian, suka nurut. Tapi, setelah hari itu....sifatnya jadi berubah. Dia gampang sensitif kalau ada yang nyebut atau menyangkut orang tua mereka. Gitu, neng."Yujin terdiam. Ternyata, keluarga ini rumit juga, ya?

"Jadi, jangan pernah nyinggung orang tua mereka. Kamu paham, neng?"

"O-oh, paham bi. Saya janji gak bakal nyinggung keluarganya."

Hingga tak lama, terdengar suara klakson mobil milik salah cucu dari Oma. Mendengar itu, Bi Irma langsung meminta Yujin untuk membantunya.

"Eh, itu si aden udah pada dateng non! Cepet bantuin bibi!"ujar bi Irma.

Sementara di luar......

"Woy! Tungguin gue napa? Maen tinggal-tinggal aja lu!"

"Bang! Buruan napa jalannya?! Gerah ini mau mandi!"

"SABAR BONGSOR! LU KIRA BAWA MOBIL LANGSUNG NGEGAS GITU AJA?! INGET NYAWA DUGONG!"

"Akhirnya sampai juga dirumah tercinta!"teriak anak kelima.

Tak lama kemudian.....

BRAKK!

"ASSALAMUALAIKUM WAROHMATULLAHI WABAROKATUH WAHAI PENGHUNI RUMAH!"teriak anak ketujuh dengan riang.

Kakak keduanya langsung menampar mulutnya dengan keras hingga berbunyi Plakk.

"Mulutnya barbar bener jadi orang!"

"Biarin lah! Mulut-mulut gue?! Apa lu?!"

"Apa? Gelud hayuk!"

"Hayuk!"

"Dih, gak sopan sama gue!"

"Bodo amat!"

"Akhirnya bisa nyium bau rumah ini lagi setelah sekian lama! Ahh...surga duniaa~"sahut anak kelima.

"WOY! MANDI DULU KALIAN?! PULANG-PULANG MALAH PADA KELEKARAN?!"

Terdengar suara klakson mobil dari luar. Sebuah mobil berwarna putih datang membawa empat penumpang dengan suasana keheningan di dalamnya . Si Sulung dengan ketiga adik pendiemnya.

"Assalamualaikum!"sapa si Sulung diikuti ketiga adiknya.

"Wah! Akhirnya dateng juga my brother!"ujar anak keenam, yang berjalan kearah saudaranya, kemudian memeluk tubuh saudaranya yang lebih tinggi darinya.

"Sory kita lama. Tadi rada macet."

"Gapapa, kak Satria. Yang penting kalian selamat sampai rumah. Gak lupa jalan, kan lu?"

"Ya kali gue lupa rumah. Ngadi-ngadi ae lu Mon"sahut Satria sewot.

Tak lama, mereka mendudukkan diri di fofa sembari tertawa bersama.

Disisi lain....

Bi Irma dan Yujin datang menemui kedelapan cucu kesayangannya Oma. Sesampainya disana, mereka disambut kericuhan oleh mereka. Yujin menatap mereka yang masih bercanda dengan tatapan tak percaya.

Jadi.....dia harus mengurus semua cucu-cucu Oma yang tidak bisa diam itu?

"Ini den minumannya."ucap bi Irma kepada mereka. Yujin mengikuti bi Irma dan berdiri di belakangnya.

"Makasih bi!"sahut mereka serempak.

Tak lama kemudian, tatapan mereka berhenti pada gadis cantik di sebelah pembantunya. Bibi Irma yang tahu tatapan itu, menarik tangan Yujin untuk ia perkenalkan pada mereka.

"Kenalin den, ini Yujin. Yujin ini yang bakal jadi art di sini buat ngurusin kalian."jelas Bi Irma.

Mereka menatap gadis itu terkejut, hingga tiba-tiba si bungsu menyeletuk dengan angkuhnya.

"Dih, di jagain? Oma pikir kita masih bayi harus di jagain?"celetuk si bungsu yang membuat saudara-saudaranya tertawa.

"Perkenalkan, nama saya Yujin. Saya akan bekerja disini untuk mengurus kalian. Ini amanah dari Oma kalian, jadi mohon kerja samanya."tukas Yujin sabar.

Ketujuh saudaranya masih menatap gadis itu dengan seksama. Tak lama, sebuah ide tercipta dari salah satu dari mereka. Dia Wahyu, yang memberi isyarat pada Sandi, Joshua, dan Mondy. Mereka mengangguk seolah tahu apa yang Wahyu pikirkan.

"Oh iya. Lahiran tahun berapa lu?"sahut Sandi basa-basi.

"Saya lahiran tahun 98."sontak, mereka terkejut.

"Wah, seumuran sama kak Harlan dan kak Satria tuh!"sahun Yunan.

"Kak Harlan? kak Satria?"

"Itu gue, Harlan. Yang Satria itu yang paling tua disini atau sesepuh."mendengar itu, Satria langsung menampar mulut adiknya.

"Mulutnya!"Yujin mengangguk paham.

Jadi, mereka Harlan sama Satria? Jadi, mereka seumuran sama saya?

"Eh, Yujin! Gue manggil lu ape nih? Yujin doang gapapa kan?"

"San!"

"Namanya emang Yujin, kan? Gak salah dong gue,"

"Ya sopan dong dikit!"tegur Harlan.

"Gak papa kok. Kalian boleh manggil saya Yujin, teteh, atau mbak juga gak masalah, terserah kalian."

"Nah kan! Dia aja gak masalah kok!"timpal Wahyu membela. Satria menatap tajam mereka berdua.

Hening.

Sekarang, giliran Mondy yang sedari tadi diam, kemudian bersuara.

"Eh, Yujin! Lu bohong kan kalau Oma yang nyuruh lo disini? Kalau beneran, tunjukin buktinya ke kita, baru kita percaya!"titah Mondy. Yujin terdiam cukup lama, membuat keempat adik bungsu Satria tersenyum senang.

"Kenapa? Gak bisa kan? Berarti lu bohong----"

"Itu Oma yang suruh."

Tiba-tiba, Oma mereka turun dari lantai atas menyahut ucapan mereka. Sontak, Mondy langsung terdiam tak berkutip begitu pun yang lain. Omanya berjalan kearah mereka dan menatap cucu-cucunya dengan dingin, terutama Mondy.

"Om-Oma....,"guman Mondy terbata.

"Yang dibilang Yujin sama Bi Irma bener, kalau Oma yang suruh."jelasnya. "Jadi, jangan ada yang berani macem-macem sama Yujin kalau gak mau menghadap sama Oma! Terutama kamu Mondy, San, Wahyu dan Johan!"tegas Oma sembari menunjuk keempatnya.

"Iya, Oma,"guman mereka, beserta sisanya yang mengangguk dengan serempak.

"Satria? Harlan? Jagain adik-adik kamu! Ini pesam Oma!"

"Iya, Oma."keduanya mengangguk serempak. Setelah itu, Omanya pergi meninggalkan mereka semua.

Sepergi Oma mereka, Yohan langsung bangkit dari tempatnya menuju ke kamarnya.

"Gue duluan."pamitnya. Dia melewati Yujin begitu saja tanpa melirik kearahnya.

"Dia emang gitu non, dingin orangnya."sahut bi Irma yang seolah membaca pikirannya.

Tak lama, keempat cucu dari Oma ikut bangkit disusul ketiganya. Namun sebelum pergi, keempat cucu termuda melirik sinis Yujin. Berbeda dengan ketiga cucu tertua keluarga Sanjaya. Mereka menatapnya biasa saja.

















Bersambung....

8 Makes 1 Family'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang