19. Yujin dan Ucapan Penenang

9 4 0
                                    

Yujin terdiam sembari mencerna semuanya yang terjadi. Tak lama, ia bertanya kepada Omanya.

"Oma? Kalau saya boleh tanya, memangnya kenapa dengan makanan saya? setelah itu, Oma memandang Yujin intens.

"Kamu yakin ingin mengetahuinya?"Yujin mengangguk yakin.

"Baiklah, akan saya ceritakan."

"Dulu, saya mempunyai seorang menantu yang cantik jelita seperti kamu. Dia baik, dan juga ramah. Dia sangat pandai memasak dan dia juga menjadi idaman para lelaki. Waktu itu, kami berniat untuk bertamasya seperginya suami saya yang sudah meninggal saat mereka masih kecil. Sebelumnya, dia sempat memasak sebuah masakan rendang. Beruntungnya, masakan itu disukai oleh kedelapan putranya dan menjadi makanan favorite mereka.

Mereka begitu menyukai makanan itu. Hingga suatu ketika, saat hari kelulusan Joshua, kedua orang tua mereka berniat untuk menghadiri acara tersebut. Sayangnya, di saat perjalanan, mereka mendapatkan sebuah musibah. Sebuah truk dengan kecepatan tinggi melaju hingga menabrak mobil kedua orang tua mereka. Saat itu, Joshua sudah sangat bahagia menantikan kedatangan mereka. Hingga kabar buruk itu, tersebar begitu saja hingga membuat Joshua sangat hancur."Oma menjeda kalimatnya sembari menahan tangisnya.

"Di hari kelulusan SD yang dia yakin adalah hari bahagianya, nyatanya hanya hari buruk yang menghampiri hidupnya. Dan setiap hari kelulusannya, kejadian itu menjadikannya sebagai traumanyaian yang selalu mengingatkannya pada kepergian kedua orang tuanya. Dia sangat benci hari kelulusan karenamerupakan sebuah perpisahan. Dan untuk masakan itu, saya baru tahu jika masakanmu sangat mirip seperti masakan alm. menantuku."lanjutnya.

Baiklah, sekarang dia paham apa yang terjadi. Dan alasan mereka menangis adalah karena mereka teringat dengan masakan Bunda mereka.

"Tapi, saya benar-benar tidak tahu siapa orang tua mereka. Dan saya mendapatkan resep itu dari ibu saya,"jelas Yujin.

"Jika memang itu dari ibumu, saya maklumi. Kalau begitu, kamu bisa ikut makan di sini Yujin,"Yujin tersenyum simpul. Setelah itu, ia ikut akan bersama dengan Oma dan juga bi Irma.

.....

Satria bersandar pada tembok kamarnya sembari menangis. Dalam hati ia berfikir, kenapa masakan Yujin bisa semirip masakan alm. ibunya? Bukankah dia baru beberapa bulan pindah ke sini?

Beralih pada Harlan. Dia sama halnya dengan Satria. Laki-laki itu menangis dalam keheningan dengan derai air mata yang terus menetes. Bahkan, ia baru tersadar jika minuman teh yang selalu dia minum, sama persis dengan buatan alm. bundanya.

Di kondisi Joshua berada.

Sore ini, dia tengah duduk di tangga balkon lantai bawah sendirian dengan isakan kecil. Joshua teringat dengan alm. bundanya yang meninggalkannya di hari kelulusannya.

bunda? Joshua kangen sama Bunda. Joshua juga kangen sama Ayah....Joshua pengin ketemu kalian...batinnya bersedih.

Ditengah kegiatannya menangis, seseorang mendekatinya dan duduk di samping laki-laki itu.

"Joshua?"panggilnya pelan pada Joshua.

"Saya tahu apa yang kamu alami. Maaf, kalau masakan yang teteh buat malah ngingetin alm. kedua orang tua kamu. Tapi, saya cuma mau ngasih saran. Jangan terlarut dalam kesedihan. Lagi pula, kesedihan itu gak bakal buat mereka kembali. Tapi, kamu harus ikhlas dan do'a-in mereka supaya mereka bahagia di atas sana. Kamu muslim kan? Habis ini, kamu shalat maghrib dan do'ain mereka. Do'a anak soleh itu bisa buat kedua orang tua kamu bahagia.

Teteh tahu, kamu orang yang kuat. Dan kamu gak usah malu untuk akui kalau kamu juga lemah. Kamu gak harus jadi kuat untuk menunjukkan kalau kamu hebat. Tapi, kamu boleh tunjukin diri kamu yang sebenarnya. Laki-laki itu boleh nangis. Jadi, jangan malu kalau kamu nangis di depan saudara-saudara kamu. Mereka semua pasti sayang banget sama kamu,"lanjutnya sembari mengelus bahu laki-laki itu. Mendengar motivasi dari Yujin, hati Joshua perlahan menjadi lebih tenang.

"Makasih,"balasnya serak dan pelan.

.....

Malam harinya setelah shalat maghrib, Joshua termenung di dalam kamarnya. Dia menjadi bimbang sembari memegang ponselnya dan menatap layar ponsel yang tertera nama 'Kak Yujin' di sana.

Ucapan wanita itu masih terngiang-ngiang di kepalanya. Padahal, dia pernah dan sering membenci wanita itu. Bahkan, dia juga pernah mendorong wanita itu ke dalam kolam. Tapi, bagaimana mungkin wanita itu masih baik kepadanya atas apa yang telah dia lakukan? Bahkan, tadi dia langsung menuruti ucapan wanita itu seperti magnet.

Kenapa gue langsung nurut gitu aja ya, sama dia? Gak mungkin dia pakai pelet sampai bisa narik gue gitu aja kaya magnet? Kalau iya, pantesan kak San bisa sesuka itu sama dia? Ihh....kenapa sih, gue? Joshua mengacak-acak rambutnya frustasi.

.....

Beberapa hari kemudian, suasana di rumah itu kembali seperti biasa. Tak ada kesedihan, atau pun keributan. Hanya terasa sunyi karena mereka hanya terdiam.

Hingga suatu saat, Yujin tengah membersihkan ruang tengah menggunakan lap dan kemonceng. Tiba-tiba, terdengar bunyi notif dari ponselnya. Dia pun segera mengeceknya. Rupanya, terdapat sebuah pesan dari San.

San Ganteng😎

Lo bisa bantuin gue gk?
Klu bsa, bales sekarang, enggk jga bls skrg

Saat hendak membalas pesannya, tiba-tiba muncul notif baru lagi dari Yunan. Bukan hanya Yunan saja, tetapi muncul enam notif lagi dari keenam Cucu keluarga Sanjaya.

Yunan (2): Kak. Lo bisa bantu gue gk?
Harlan 1 : Jin? Tolong bantuin gue bawa kased dong!
Satria 1 : Bantun saya ke cafe bisa?
Joshua 1 : Kak! Temenin gue di tempat latihan, sekarang!
Wahyu 1 : Jin! Bantuin gue ngerjain tugas npa?
Mondy 1 : Cewek kampung! Bantuin gue gercep!
Yohan 1 : Gue tunggu lo di halaman. Telat satu menit, gue samperin lo!

Sontak, Yujin langsung mengacak-acak rambutnya frustasi. Bagaimana bisa dia melakukan tugas itu di waktu yang bersamaan?

Tak lama, terdengar suara teriakan dari mereka yang menyerukan namanya.

"YUJIN!-KAK YUJIN!-CEWEK KAMPUNG!"teriak mereka bersamaan sembari keluar dari tempat yang berbeda.

Harlan dari luar, Satria dari dapur, Joshua dari tempat latihan gym, Yunan, San dan Wahyu dari kamar, Yohan dari halaman, dan terakhir Mondy dari lantai bawah. Sontak, Yujin langsung menoleh ke arah mereka.

"Ayo!"

Dengan tiba-tiba, kelima dari kedelapan Sanjaya bersaudara (Harlan, San, Satria, Yunan dan Yohan)langsung menggandeng tangan Yujin begitu saja. Tentu saja, perlakuan mereka membuat Yujin membeku di tempat.

Merasa menggandeng orang yang sama, mereka saling memandang dengan tatapan sengit.


























Bersambung.....

8 Makes 1 Family'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang