21. Take Me Home

7 3 0
                                    

Beberapa hari sebelum kejadian, saat itu San baru saja keluar dari kamarnya. Tiba-tiba, terlintas ingatan tentang ucapan Bintang yang memintanya agar membayar uang lima juta untuk menyelesaikan kesepakatan.

"Kalau mau urusan kita selesai, lo harus bayar gue 5 juta. Kalau enggak, gue dan temen-temen gue bakal terus buat masalah di sekolahan lo! Ngerti?!"

Dapet uang dari mana ya, uang lima juta? Duit aja gue minta, masa gue minta lagi sih sama mereka? Mau bales apa sama mereka kalau uangnya dipakai buat apa? batinnya. Tiba-tiba, terlintas sebuah ide saat ia menatap ruangan rahasia.

Apa gue ambil aja ya uang lima juta di ruangan itu? Mumpung sekarang masih sepi dan gak ada yang tahu.

San mengendap-endap memasuki ruangan itu. Sayangnya, dia lupa tidak membawa kunci yang selalu di bawa oleh kedua kakaknya.

Sial! Dikunci lagi! Pakai apa ya? Di dobrak kayaknya gak mungkin. San memutar otaknya.

Tak lama, dia melihat sebuah benda pipih tajam seperti besi entah milik siapa. Lantas, dia segera mengambil benda itu dan membukanya.

.....

Beberapa menit kemudian, San berhasil membuka pintu itu. Dia pun segera masuk ke dalam sana. Setibanya di dalam, dia melangkah ke sebuah lemari kecil. San membuka lemari itu, yang berisi sebuah brankas kecil. San kemudian menekan tombol kunci hingga brangkas itu terbuka kuncinya.

Dengan cepat, dia mengambil uang itu dan memasukkan ke dalam saku celananya. Sekiranya sudah cukup, dia segera menutup brangkas itu dengan rapi, agar siapapun tidak curiga. Tanpa dia sadari, dia telah meninggalkan satu barang bukti walaupun barang bukti itu tak terlihat tanpa menggunakan alat khusus. Sidik jari.

Maafin gue kak, gue terpaksa ngelakuin ini demi gue bisa bebasin adik-adik gue dari kemarahan lo.

......

Stel lagunya😀

"Ini hasil sidik jarinya. Gue mau, kalian semua tunjukin sidik jari kalian di sini! Atau mau ngaku sekarang juga gak masalah,"setelah tidak ada yang berani mengaku, tiba-tiba San mengangkat tangannya.

"Kak? Gue yang mengambil uang itu."ujarnya lirih. Sontak, mereka semua terkejut.

"APA?!"

"Kita buktiin dulu kebenarannya. San? Tolong perlihatkan kedua telapak tanganmu!"tanpa ragu, San menunjukkannya pada kakak keempatnya, Yohan. Selain menjabat sebagai hakim, dia mengikuti PKM Kepolisian sebagai detektif.

Sesuai dengan ucapan San, bukti itu mengarah kepadanya. Jelas, ketiga kakaknya menatap San tak percaya, begitu pun ketiga saudaranya yang memihaknya.

"JADI LO PELAKUNYA, SAN?!"

"Maaf,"ujarnya sembari menunduk lemah.

"Cih, jadi lo pelakunya San? Bagus banget tadi akting lo! Bahkan, Joshua sampai nuduh gue kalau gue pelakunya. Rupanya kalian kerja sama, ya? Mungkin gak cuma Joshua dan San aja yang terlibat, tapi lebih."dia menjeda sebentar, kemudian menatap Mondy.

"Mon? Gue percaya sama lo. Tapi kenapa lo ngecewain gue? Gue bener-bener kecewa sama lo!"setelah itu, Yunan berlalu meninggalkan saudara-saudaranya dengan perasaan kecewa.

Beralih pada Satria. Dia menatap garang adiknya yang masih tertunduk.

"Bangun! Gak usah nunduk! Gue bener-bener gak nyangka kalau lo yang udah berani mencuri uang simpenan buat kebutuhan kita! Lo apain uang itu, San? Judi? Minum alkohol?"San hanya terdiam.

"Mau jadi apa kalau kamu begini terus San?!"Sampai akhirnya, dia berujar.

"Gue ngelakuin ini, karena gue-"

8 Makes 1 Family'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang