"Kak? Kak San beneran gak mau pulang le rumah, ya?"ujar Joshua putus asa.
"Aduh, gue sih gak yakin kalau itu, ya? Eum....gini aja. Gimana kalau kita jemput aja dia? Ya, siapa tau setelah dia di bujuk atau di jemput, dia mau pulang? Bener gak?"usul Harlan tiba-tiba. Saudara-saudaranya mengangguk serempak.
"Yaudah, kalau gitu, biar gue jemput dia—"
"Gue aja."
.......
Di kontrakan, San masih terduduk lesu dengan pikiran yang masih bingung. Di hadapannya, ia sudah memasukkan beberapa pakaian ke dalam koper.
"Kira-kira, gue pulang gak, ya? Kalau gue pulang, apa mereka masih nganggep gue ada? Tapi, kalau gue gak pulang.....kasihan juga Joshua kalau nanyain gue mulu. Duh, serba salah gue,"gumannya.
Tak lama, terdengar suara mesin mobil dari arah kamarnya. Dahi San berkerut.
"Siapa ya? Perasaan gak ada orang lain lagi selain tahu kontrakan gue selain Junna, Mario sama Yujin? Tapi, siapa ya....?"
Sebelumnya, San pernah memberitahu lokasi kontrakannya pada dua sahabatnya. Bahkan, mereka juga sudah berkunjung ke kontrakannya. Disaat mereka di sana, San memberitahuan sesuatu pada mereka,
"Jun, Mar? Kalian udah tahu kan, di mana tempat gue sembunyi? Gue mohon, jangan kasih tahu ke siapapun keberadaan gue di sini, termasuk dua saudara gue."
"Emang kenapa, kalau gue kasih tahu mereka?"
"Pokoknya jangan! Gue gak mau mereka tahu. Gue takut mereka juga akan maksa gue pulang, yang akhirnya mereka akan ikut kabur juga ke sini."
"Tapi, mereka saudara lo, San! Apa lo tega lihat mereka sedih? Bagaimana pun, mereka harus tahu keberadaan lo! Lo sayang kan, sama mereka? Kalau lo sayang, kenapa lo kabur dari kenyataan? Harusnya, lo lawan kenyataan pahit lo biar kenyataan itu menjadi manis!"
"Kalau dari dulu lo hidup penuh masalah dan pengin banget kabur dari mereka, kenapa gak dari dulu aja lo lakuin itu? Kenapa baru sekarang lo lakuin hal yang selama ini pengin lo lakuin?"San terdiam.
"San! Yang ada kalau lo kaya gini, masalah lo yang semula sedikit, akan bertambah banyak. Lo gak mikir sampai ke sana? Mereka yang di rumah akan kebingungan kasih solusi ke adik-adik lo yang lo tinggal!"
"Ucapan lo bener Jun, dan gue lakuin ini salah. Tapi, gue belum bisa pulang sekarang. Gue bakal pulang kalau keputusan gue udah bagus."
San menghela napas mengingat percakapan mereka malam itu. Setelah itu, ia segera membukakan pintu pada tamu yang mengetuk pintunya.
"Assalamualaikum!"
"Waalaikumsalam. Ada apa ya—"
Deg!
"Kak-Kak Satria?"
<<<
"Yaudah, kalau gitu, biar gue jemput dia—"
"Gue aja."sontak, mereka langsung menoleh pada Satria.
"Kak? Lo serius mau jemput San? Kalau nanti kalian–"
"Kalau kalian berpikir gue bakal berantem, tenang aja. Gue usahain gak terpancing emosi sama dia. Lagi pula, ada hal pribadi yang mau gue omongin ke dia."jelasnya.
"Mau gue temenin?"tawar Yunan. Penawaran itu langsung ditolak tegas oleh empunya.
"Gak perlu! Gue bisa sendiri. Kalau gitu, gue pamit dulu,"Satria segera keluar dari kamar Joshua.
"Kak? Gue takut mereka bakal bertengkar kalau ketemu."
"Kalian tenang aja. Berdoa aja, semoga mereka gak kenapa-napa."
![](https://img.wattpad.com/cover/318205675-288-k16871.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
8 Makes 1 Family's
Teen Fiction[TELAH DIBUKUKAN] Kamu pernah merasa menjadi orang yang paling beruntung diantara orang lain? Pasti sangat menyenangkan bukan? Ya, itulah yang di rasakan oleh seorang gadis desa bernama Arqelah Yujin Hidayah. Tapi, siapa sangka jika gadis desa itu...