Epilog

9 2 0
                                    

Satu bulan kemudian....

Keadaan cucu Sanjaya sudah membaik. Mereka tak lagi bersedih meskipun rasa kehilangan itu masih kian terasa. Namun mereka tak peduli. Karena masih ada satu sama lain yang saling menjaga dan melindungi. Biarpun orang yang mereka sayangi sudah pergi, tetapi rasa kekeluargaan mereka masih melekat di dalam hati mereka.

Beberapa Minggu setelah Yujin pergi, mereka mulai bangkit dari keterpurukan. Percuma saja sedih, jika mereka masih bisa berkomunikasi lewat telepon. Percuma sedih, jika mereka bisa bertemu kembali yang entah kapan itu. Satria bilang,

"Udah, jangan sedih lagi, kita lupain masa lalu yang buat kita jatuh! Kita masih ada satu sama lain yang bisa saling menguatkan. Ayo kita bangkit?"

Mereka sudah percaya sepenuhnya pada Yujin yang sudah menjadi bagian dari keluarga mereka walaupun statusnya masih calon keluarga. Ya, bagaimana tidak? San tentu belum siap jika harus meminang gadis itu sementara ia masih menyandang status pelajar.

Apalagi ia belum pernah mencari pekerjaan untuk mencukupi kebutuhannya sendiri. Bagaimana ia bisa menafkahi keluarganya kelak? Memang ia kaya. Tetapi kekayaan itu bisa habis jika terus digunakan tanpa bekerja. Ia selalu meminta uang atau mengambil uang yang sudah dijatahkan di dalam rumah itu.

Saat ini, mereka tengah libur semesteran kenaikan kelas. Joshua naik ke kelas 12, sementara tiga bersaudara itu sudah lulus SMA. Untuk yang berkuliah, mereka sudah memasuki semester akhir yang artinya, sebentar lagi tugas mereka sudah selesai sebagai status mahasiswa kampus.

Untuk masalah pekerjaan, mereka sudah mematangkan niat mereka sesuai keahlian mereka. Harlan akan meneruskan pekerjaannya sebagai penyiar radio, Satria akan meneruskan sebagai pekerja cafe, sementara dua 'Y' akan berkerja di status yang sama, yaitu hakim sekaligus detektif kepolisian.

"Ini serius tempatnya? Kita gak nyasar kan Han?"

"Enggak, ini bener kok desanya. Ayo!"

Delapan laki-laki bersaudara ini berada di sebuah perkampungan yang asri daerah Bandung. Laki-laki yang merupakan saudara keempat dari Sanjaya bersaudara, mulai memimpin jalan. Setelah mereka memasuki kampung, mereka memakirkan mobil mereka di sebuah lapangan luas di dekat salah satu rumah warga.

Mereka mulai berjalan bersama untuk mengunjungi satu rumah yang ditunjukkan oleh laki-laki tadi karena merindukan seseorang di tempat itu. Mereka begitu menikmati udara segar di desa yang jauh berbeda dari tempat tinggal mereka.

"Sumpah ya, gue lupa kapan gue pernah ke desa kaya gini!"seru anak kedua.

"Bener banget kak. Semenjak gue di asuh ke panti asuhan dan kemudian di asuh ke keluarga ini, gue bener-bener lupa gimana gue bisa sampai ke kota. Mungkin gue pernah ngerasain tinggal di desa kata pemilik panti, tapi gue lupa kalau pernah mencium segarnya udara desa."jelas anak ketiga.

"Dari pada kelamaan, mending buruan yuk! Gue kangen banget sama cewek gue!"

Anak kelima menyusul saudaranya yang sudah agak jauh di depan. Di belakang, saudara-saudaranya mencibirnya dengan kesal.

"DASAR BUCIN! MENTANG-MENTANG BARU JADIAN!"

"BODO AMAT! GUE LDR AN BEGO!"

Beberapa menit kemudian, akhirnya mereka tiba di sebuah rumah sederhana berbahan kayu. Sepanjang perjalanan, banyak warga yang terpukau akan kedatangan delapan laki-laki tampan dari kota. Mereka terus membicarakan mereka, hingga dua laki-laki menegur mereka.

"Aya naon?"

"Itu, ada orang-orang kota datang kemari Dri,"

"Wah, serius?"mereka mengangguk.

8 Makes 1 Family'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang