11. Gundah

16 6 0
                                    

"Kakak yang baik, harus mengerti perasaan adik-adiknya, kan?"

—Satria—

"Jangan pergi...,"

"San? Lepasin tangan saya...,"titah Yujin pelan.

Setelah beberapa menit, akhirnya tangan San melemas dan itu digunakan Yujin untuk melepaskan diri, kemudian pergi dari sana.

Yujin berjalan kearah dapur untuk mengambil air putih. Sesampainya disana, dia dikejutkan oleh seseorang yang tengah duduk di kursi ruang makan.

"Satria?"tebaknya.

Laki-laki yang disangka Satria itu menoleh dengan tatapan sendu. Melihat itu, Yujin langsung menghampirinya.

"Kamu kenapa Sat?"

"Gatau, gue bingung, Jin. Apa gue terlalu kasar ya, sama adik-adik gue? Gue ngerasa bersalah sama mereka, Jin,"Satria kemudian menunduk lesu. Ia terus teringat dengan ucapan Yunan dan Yohan sore tadi.

Flashback on

Setelah Satria pergi dari mereka, beberapa menit setelahnya Yohan memanggil namanya. Tiba-tiba Yohan berujar membuaat Satria semakin merasa bersalah.

"Jangan lupain tugas lo sebagai kakak yang mendidik adiknya, bukan memarahi. Lo dan Kak Harlan itu idola bagi mereka, dan mereka selalu percaya sepenuhnya sama lo. Jangan ngerusak kepercayaan mereka yang udah sepenuhnya sama lo, kak! Mereka butuh suport dari lo." dan kalimat itu terus berputar-putar di kepalanya, hingga malam menjelang.

Satria tak ikut bergabung bersama saudara-saudaranya, karena ia memilih menyendiri di dalam kamar. Menunggu San yang tak kunjung pulang, membuatnya semakin merasa bersalah. Ia tahu, jika itu kesalahannya. Dan kesalah kecil itu lah, yang berdampak besar untuk adik-adiknya.

"Karena yang dibutuhin mereka itu kasih sayang dan kepercayaan dari seorang kakak, bukan bentakan!"

"Jangan lupain tugas lo sebagai kakak yang mendidik adiknya, bukan memarahi. Lo dan Kak Harlan itu idola bagi mereka, dan mereka selalu percaya sepenuhnya sama lo. Jangan ngerusak kepercayaan mereka yang udah sepenuhnya sama lo, kak! Mereka butuh suport dari lo."

Satria yang berada di kamarnya dan duduk bersandar pada tembok, mengacak-acak rambutnya frustasi sembari menangis dalam diam. Ucapan dua adiknya itu benar-benar membuatnya tertampar akan kesalahannya yang ia perbuat pada keempat adiknya.

Bunda...ayah....maafin kita yang kurang baik dalam mendidik adik-kita. Kita gak tau harus gimana lagi selain menghukum mereka ayah, bunda...

Sudah beberapa jam sepulangnya San, Satria masih di kamarnya sembari merenungkan isi kepalanya hingga ia berjaga sepanjang malam. Sudah berapa kali Harlan memanggil namanya, namun tak ada satu pun ucapan yang direspon oleh Satria. Karena yang ia inginkan adalah ketenangan dari situasi apapun.

Merasa sudah tak terdengar suara, Satria memutuskan untuk keluar kamar, sekaligus makan malam, karena ia sangat lapar.

.....

Satria menelusuri setiap lorong kamar adik-adiknya. Ternyata, lampu lorong sudah dimatikan, sehingga terasa sunyi dan gelap. Satria menuruni tangga dan ia melihat San tengah terbaring lesu di sofa. Melihat wajah tenang adiknya, membuat hatinya sakit.

Maafin gue, San. Gak seharusnya gue marahin lo dan ngelarang lo. Maaf udah buat lo dan tiga saudara lo kecewa.

Lagi-lagi air matanya kembali menetes. Dengan cepat, Satria langsung menghapusnya. Setelah itu, Satria pergi ke dapur untuk makan malam, hingga akhirnya ia bertemu Yujin.

8 Makes 1 Family'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang