34. Kabar Duka🥀

13 3 0
                                    

"Entah kenapa, gue ngerasain ada hal yang buruk terjadi sama Oma. Apa lebih baik kita ke kamarnya aja, ya? Filing gue seolah saranin gue buat ke kamarnya. Gue takut Oma kenapa-napa,"tak lama, San dan ketujuh saudaranya menuju kamar Oma tak lupa Yujin dan Bi Irma.

Satria mengetuk pintu kamar itu dengan sabar. Nyatanya, pintu itu tidak dibuka oleh pemilik kamar. Pikiran buruk mulai bermunculan.

"Coba lo telpon Oma Lan. Siapa tahu dia lagi pergi,"usul Satria. Harlan mengangguk, kemudian ia mulai menelponnya dengan panik.

Bunyi ponsel tiba-tiba terdengar di dalam kamar Oma. Sontak, keringat dingin mulai membasahi mereka.

"Bukannya itu suara telepon Oma? Kalau gitu, berarti Oma....."celetuk Joshua khawatir.

Satria menatap pintu itu dengan ragu. Jika Oma pergi tidak membawa ponsel, berarti kemungkinan besar Oma berada di dalam kamar. Oma tidak pernah meninggalkan ponselnya begitu saja dan selalu menjawab telepon yang entah ia tak tahu siapa.

"Kalau gitu, kita dobrak aja pintunya! Gue ngerasa, ada yang gak beres di dalem. Gue takut Oma ada apa-apa di dalam kamar. Nan, Jos? Kalian tolong dobrak pintu itu!"titah Satria, kemudian dua orang itu menurut.

Dobrakan pertama tidak berhasil. Kedua, hingga terakhir, ketiga, pintu terbuka lebar dengan memperlihatkan kondisi kamar Oma yang kosong. Joshua dan yang lain langsung masuk begitu saja hingga ia melihat sepasang kaki tergeletak begitu saja di lantai. Mereka sontak berteriak menyerukan nama Oma mereka.

"OMA!!!"mereka segera berlari menghampirinya.

Di dalam, Oma tergeletak tak sadarkan diri. Satria menepuk-nepuk wajah Omanya agar tersadar.

"Oma? Oma bangun! Oma kenapa?"merela mengguncang-guncangkan tubuh Oma mereka yang tidak bergerak.

Tak lama, Yohan menyentuh urat nadi di telapak tangannya hingga ia terdiam cukup lama dengan air mata yang perlahan turun. Ketujuh saudaranya menatap penuh harap Yohan, namun laki-laki itu menggeleng lemas, seolah mengatakan jika Oma mereka sudah meninggal.

Suara tangisan pilu mulai bergema di dalam ruangan. Mereka tak menyangka, Oma mereka akan pergi secepat itu. Mereka sudah kehilangan kedua orang tuanya, lalu kakek mereka, sekarang Oma mereka.

Apa itu hukuman dari perbuatan mereka dulu? Hukuman yang seharusnya sudah terlaksana sejak mereka melakukan kejahatan. Sekarang, hukuman itu malah terjadi setelah mereka sudah berubah menjadi orang yang lebih baik. Apa Tuhan itu adil? Tentu saja.

Mereka mengguncang-guncangkan tubuh Oma mereka yang sudah tidak atau dapat bangun kembali. Jiwanya sudah benar-benar pergi dari raganya.

Mendengar teriakan itu, para penjaga rumah mulai berdatangan ke dalam rumah kediaman Sanjaya. Dilihatnya, Oma di bawa oleh kedelapan cucunya ke ruang tengah dengan raut wajah sedih.

"Ada apa ini?"

"Oma....Oma meninggal pak....,"tersentak, penjaga kediaman rumah keluarga Sanjaya langsung tercekat.

Jadi, pemilik rumah sekaligus istri dari Sang legenda kisah keluarga ini telah meninggal? Padahal, tinggal beliau dan kedelapan cucunya saja yang masih bertahan. Nyatanya, dia juga pergi meninggalkan dunia ini untuk selamanya.

"Kalau gitu, kita siapkan pemakamannya."mereka mengangguk kemudian mulai bersiap untuk melakukan pemakaman Oma mereka.

......

Setelah acara pemakan selesai, mereka masih berduka di makam Oma mereka. Mereka terus menangis tanpa henti, bahkan Mondy sempat mengamuk karena tak terima jika Oma nya telah pergi meninggalkannya.

8 Makes 1 Family'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang