18. Cemburu?

8 4 0
                                    

(Jangan lupa, stel lagunya)🎶

Malam itu, Satria baru saja dari kamarnya dan hendak turun ke bawah. Tiba-tiba, ia melihat Yujin dan Yunan dari kejauhan sedang berpelukan. Tiba-tiba, ia memegang dada kirinya yang terasa sakit, dan merasakan perasaan aneh di hatinya yang belum pernah ia rasakan, sembari memalingkan pandangannya.

Kenapa hati gue sakit lihat mereka pelukan gitu, ya? Apa gue beneran udah suka sama dia? batinnya.

Satria yang masih memperhatikan mereka, tak lama ia melangkah pergi. Saat hendak melangkah, ternyata datanglah Harlan dengan wajah bantalnya.

"Kenapa kak?"

"Eoh, gue gapapa kok. Mau kemana lo? Tidur gih, udah malem!"

"Mau ambil minum. Duluan kak,"setelah itu, Harlan segera turun ke bawah. Seperginya Harlan, Satria menatap kepergian adiknya kemudian menghela napas.

Gue harap, lo gak suka Yujin juga, Lan.

.....

Yunan melepaskan pelukannya kepada Yujin. Lantas, Yunan segera menghapus air mata itu agar saudaranya yang lain tidak curiga jika ia habis menangis.

"Tidur atuh, udah malem,"

"Iya. Kalau gitu, gue ke kamar dulu ya kak?"Yujin mengangguk. Setelah itu, Yunan berjalan ke arah kamarnya.

Sesampainya di kamar, ia sedikit terkejut melihat Yohan sedang membaca novel sembari bersandar di tembok. Tiba-tiba, Yohan menyeletuk,

"Lo abis nangis kan?"tebaknya tanpa menatap lawan bicaranya.

"Kalau lo gak mau cerita, gak usah cerita. Simpan aja cerita lo dari pada lo sakit hati."tak lama, Yunan menutup pintu, kemudian menghampiri ranjangnya.

"Makasih udah ngertiin gue. Kalau gitu, gue mau istirahat dulu."

"Hm. Semoga tidur lo nyinyak."Yunan merebahkan tubuhnya, kemudian mulai menatap ranjang atasnya.

Mengira Yunan sudah tidur, Yohan melirik ke ranjang Yunan sebentar.

Gue tahu perasaan lo. Semoga lo bisa lewatin ini semua nan. Meskipun kita bukan saudara kandung, gue bakal tetep dukung lo dari belakang. batinnya. Setelah itu, Yohan kembali pada novelnya.

.....

Keesokan harinya, setelah San dan ketiga saudaranya berangkat sekaligus Yunan dan Yohan, tinggal lah Satria dan Harlan di rumah. Mereka sedang libur, namun memiliki kegiatan mandiri yaitu menjaga cafe dan menyiarkan radio mingguan.

Keluarga Sanjaya selain memiliki sebuah resto, keluarga itu sempat berniat memiliki cafe juga. Beruntunglah, kesempatan itu dimanfaatkan oleh putra sulung mereka, yaitu Satria. Dia sudah tiga tahun mengelola cafe dan selalu ramai di kunjungi pelanggan tiap harinya. Bahkan, ia juga memiliki beberapa karyawan dan berencana untuk membuka cabang lain di luar kota.

"Lan? Gue jaga cafe bentar ya? Kalau lo mau ke studio, langsung pergi aja. Jangan lupa, pamit sama Oma, bibi, atau Yujin. Kalau gitu, gue pergi,"Satria mengenakan jaketnya, kemudian keluar rumah.

"Hati-hati kak!"seru Harlan. Tal lama, Yujin memberikan secangkir teh kesukaan Harlan.

"Ini lan, tehnya diminum!"titahnya.

Harlan yang sedang membaca koran, segera meletakkan korannya kemudian mengambil cangkir itu.

"Makasih,"

"Sama-sama. Kalau gitu, saya balik lagi ke dapur ya?"Harlan mengangguk antusias tak lupa dengan senyum manisnya.

Perlahan, Harlan meniup cangkir itu sebelum ia menyesap tehnya. Asap teh yang wangi saat menguap, membuatnya merasa tenang dan ingin segera menyeruput teh itu. Setelah sedikit hangat, ia mulai menyeruput sedikit teh itu. Rasa hangat bercampur manis, membuat perasaannya jauh lebih tenang.

8 Makes 1 Family'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang