San benar-benar kacau dan tidak bisa berfikir lagi. Beberapa menit kemudian, seorang pria paruh baya berjalan seorang diri dengan sebuah payung besar berwarna biru ke arah San.
"Den? Kamu kenapa disini sendirian? Kemana saudara-saudara kamu?"San menoleh ke arah pria itu, kemudian berujar,
"Saya pergi dari rumah pak. Keluarga saya sudah muak sama kelakuan saya, makanya saya milih pergi dari rumah."jelas San.
"Ya Allah....Apa aden udah punya tempat tinggal setelah pergi?"San menggeleng lemah.
"Kalau gitu, apa aden mau ikut saya? Kebetulan, saya ada kontrakan kosong. Kalau aden mau, aden bisa ikut saya buat tinggal di sana sementara. Untuk biayanya, aden bisa nyicil tiap bulannya. Gimana?"San berpikir sebentat.
Apa sebaiknya gue ikut bapak ini aja, ya? Lagian, ini udah malem juga dan gue belum punya tempat tinggal. Baju juga udah basah kuyup gini. Kalau kemaleman, takutnya gue kedinginan disini.
"Yaudah pak, saya ikut bapak."
"Mari den,"San bangkit dan menuntun motornya untuk mengikuti pria paruh baya itu.
......
"Ini kontrakannya den. Tapi maaf, kalau kontrakannya agak kumuh dan kumuh. Tapi, kalau dibersihin, insyaallah bersih lagi den,"San menatap setiap sudut kontrakan itu secara detail sembari mengangguk-angguk.
Lumayan juga sih, kontrakannya. Bisa buat istirahat sementara juga di sini. Ya...walaupun agak kecil, tapi cukup lah buat gue sendiri disini sampai beberapa hari.
"Yaudah pak, terimakasih buat kontrakannya."
"Sama-sama den. Ini kuncinya sama nomor saya. Kalau misalkan ada apa-apa, aden bisa hubungin saya di nomor itu. Kalau begitu, saya permisi den,"
"Terimakasih sekali lagi pak,"pria itu tersenyum tulus sembari mengangguk. Setelah itu, pria paruh baya tadi segera meninggalkan San sendiri.
San segera menutup pintu rumah itu dan menuju ke kamarnya. Begitu tiba di dalam, dia langsung menata barang-barangnya ke dalam sebuah lemari kayu sedang dan meletakkan koper serta tasnya di dekat tempat tidurnya.
"Gapapa deh, disini dulu. Seenggaknya ini tempat yang aman buat bersembunyi,"gumannya.
San menutup pintu kamarnya dan segera berganti pakaian. Setelah itu, dia merebahkan tubuhnya di ranjang biasa dan tidak sebagus kamarnya. Yang pasti, dia bersyukur bisa memiliki tempat tinggal.
San menatap sebuah foto kecil berupa foto gadis cantik di dalam dompetnya. Dia menatap foto itu dengan sendu.
"Gue kangen sama lo. Apa besok lo bisa temuin gue ya? Gue kangen sama motivasi lo, cewek kampung,"monolognya. Tak lama, San menghela napas gusar.
"Kira-kira, kabar tiga saudara gue gimana ya, setelah gue tinggal pergi? Apa mereka udah berhenti nangis? Hahaha....gue bego banget. Bisa-bisanya gue buat adik gue sengsara sama kelakuan gue,"
......
Setelah lima menit berlalu, ketiganya masih terduduk lemas dengan hujan yang tak kunjung berhenti. Di dalam rumah, Satria dan Harlan memantau ketiganya dengan tatapan datar.
"Apa mereka udah boleh masuk? Gue tega lihat mereka kehujanan,"ujar Harlan iba.
"Kalau kalian kasian, bawa mereka masuk. Lagi pula, ini udah terlalu malam buat hujan-hujanan. Bi Irma? Tolong suruh mereka masuk!"tumpal Oma kemudian.
"Baik Oma,"Bi Irma segera mengambil payung dan segera keluar untuk menjemput mereka.
"Aden! Masuk yuk! Gak takut kedinginan di luar?"ketiganya hanya menatap kosong setelah mereka lelah menangis.
![](https://img.wattpad.com/cover/318205675-288-k16871.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
8 Makes 1 Family's
Teen Fiction[TELAH DIBUKUKAN] Kamu pernah merasa menjadi orang yang paling beruntung diantara orang lain? Pasti sangat menyenangkan bukan? Ya, itulah yang di rasakan oleh seorang gadis desa bernama Arqelah Yujin Hidayah. Tapi, siapa sangka jika gadis desa itu...