Part 7 - Terluka, Lagi

951 120 11
                                    

"Sepulang sekolah jalan-jalan yuk, Renjun." Yangyang menoleh pada Renjun yang sedang membereskan bukunya.

Renjun menggeleng. "Aku udah ada janji sama Haechan habis ini."

Yangyang cemberut. "Sudah ada Haechan jadi aku dilupakan ya? Padahal biasanya kau aku ajak jalan-jalan selalu mau."

"Itu dulu, sekarang tidak karena ada Haechan," balas Renjun bertepatan dengan bel pulang sekolah berbunyi.

"Idih." Yangyang mencibir. "Pilih aku atau Haechan?"

"Pilih Haechan lah, dia kan saudaraku," jawab Renjun cepat.

Yangyang memutar bola mata membuat Renjun tertawa. "Tapi kau nggak bisa digantikan Yangyang, kau temanku yang sama seperti saudaraku sendiri."

"Ya terserah." Yangyang berdiri. "Ayo, aku akan mengantarmu ke kelas Haechan, sekalian aku mau bertemu Haechan."

"Kenapa kau mau bertemu Haechan?" Renjun berdiri setelah melihat beberapa teman sekelasnya keluar kelas.

"Memberinya wejangan. Ayo Renjun cepat!" Yangyang lebih dulu berjalan ke luar kelas, ia bahkan sudah meributi Renjun untuk segera bergegas.

Keduanya berjalan santai menelusuri lorong-lorong kelas dan bertemu banyak siswa yang Renjun tidak kenal.

"Kau nggak ingin liburan ke Cina, Renjun?" tanya Yangyang.

"Ingin sih, mungkin waktu liburan semester aku akan ke Cina."

Renjun menghentikan langkahnya saat berada di dekat kelas Haechan. Ia mengernyitkan kening saat melihat Haechan yang terpojok di dinding dengan pemuda yang mencengkeram kerah bajunya. Pemuda itu orang sama yang memukuli Haechan di rooftop waktu itu.

"Dia Mark Lee kan?" tanya Renjun pada Yangyang, seingatnya waktu itu Jeno memberitahu nama orang yang merundung Haechan.

Yangyang di sebelahnya mengangguk. "Mereka saling mengenal ya?"

Renjun melupakan fakta bahwa Yangyang tidak mengetahui tentang peristiwa di rooftop malam itu. Renjun mengepalkan tangan saat Mark masih berbicara sesuatu yang membuat Haechan ketakutan dan terancam.

Renjun memasang wajah garang karena memang dia sudah kepalang emosi apalagi saat Mark mulai mendorong Haechan sampai dia kesakitan.

"Mark Lee! Mau kau apakah Haechan!" seru Renjun, ia langsung menyambar tangan Mark yang memegang kerah baju Haechan hingga tangan itu berhasil terlepas.

Yangyang buru-buru menyusul Renjun karena dia tidak menyangka Renjun akan berteriak marah dan membuat atensi beberapa siswa mengarah padanya. "Ada apa, Renjun?"

Mark menoleh pada Renjun dan tersenyum miring. "Cih, kau sama saja."

"Tunggu pembalasanku," kata Mark pada Haechan sebelum dia pergi dari hadapan Haechan.

Haechan menghela napas lega, ia langsung merosot dan berusaha mengatur napasnya. Jujur saja ia sudah lelah dengan semua ini.

"Haechan, kau tidak apa-apa?" tanya Renjun dan Yangyang bersamaan, mereka ikut berjongkok di depan Haechan.

"Aku ... tidak apa-apa," balas Haechan, ia memandang lantai di bawahnya dengan pandangan kosong.

Renjun menepuk pelan pipi Haechan. "Butuh pelukan?"

Haechan langsung menubruk Renjun dengan badannya, tanpa banyak kata Haechan memeluk erat Renjun, tanpa sepengetahuan Renjun, setetes air mata turun dari kelopak mata Haechan, ia benar-benar ketakutan sekarang.

Renjun mengelus pelan punggung Haechan. "Ada aku di sini, Haechan."

"Kalian harus saling melindungi ya?" Yangyang menyahut.

Dear My DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang