"Aku mau punya saudara dan Mama baru," ujar Renjun dengan semangat saat dia sudah berada di kelas.
Yangyang meletakkan ponselnya, ia menatap Renjun yang dengan anehnya malah tersenyum lebar. "Siapa? Wanita yang waktu di restoran itu?"
Renjun mengangguk. "Dan saudara baruku Haechan."
"Uhuk!" Yangyang tersedak dari minumnya. "Lee Haechan kelas sebelah?"
Renjun mengangguk santai, dia lantas mengambil kantung kertas yang dari tadi ada di bawah mejanya, kemudian ia menaruhnya di atas meja.
"Kau tidak apa-apa kan?" tanya Yangyang khawatir.
"Memangnya kenapa? Menurutku akan menyenangkan karena aku jadi punya teman di rumah."
Yangyang menggeleng. "Bukan itu, mama barumu."
"Ah, dia. Tidak apa-apa, sepertinya dia sangat menyayangi Papa, aku cuma berharap agar Papa tidak kesepian lagi." Renjun tersenyum takzim.
Yanyang menahan tangan Renjun saat pemuda itu hendak berdiri. "Aku tidak peduli tentang papamu, Renjun. Aku bertanya tentang perasaanmu, saat papamu tidak memperhatikanmu saja kau marah-marah padaku walau kau berpura-pura tidak peduli, tapi aku yang kau omel terus, dan sekarang akan ada Haechan dan mama barumu yang lebih diperhatikan papamu, kau ... tidak apa-apa?"
Renjun terdiam, benar juga walau dia tampak tidak peduli saat Papa tidak terlalu memperhatikannya secara tidak sadar dia melampiaskan ke Yangyang, temannya itu begitu sabar saat Renjun baru datang ke kelas dan mengomel seperti cewek PMS. Lalu, apakah Renjun akan baik-baik saja setelah ini?
Renjun tertawa kaku. "Tidak apa-apa, kau kan siap untuk selalu jadi orang yang aku omel, aku pergi dulu ya?"
"Yak!" Yangyang hendak memukulnya tetapi Renjun lebih dulu berdiri dan menghindar.
Di ambang pintu Renjun tidak sengaja bertemu Jaemin yang tangannya penuh makanan, untung saja ia tidak menabrak Jaemin.
"Jaemin, lihat saudaraku di kelasnya nggak?" tanya Renjun, cukup keras hingga membuat beberapa teman sekelasnya menoleh pada Renjun dan Jaemin.
"Saudaramu? Lee Haechan? Dia tidak ada di kelasnya, dia di rooftop," jawab Jaemin membuat teman-teman di kelas juga terkejut.
"Mereka bersaudara?" tanya salah satu dari mereka.
"Segera, setelah orang tua mereka menikah," jawab Jaemin.
Renjun tidak begitu mendengar kelanjutan pembicaraan Jaemin dan teman-teman sekelasnya karena ia buru-buru ke kantin. Renjun membeli dua kotak susu dan tiga kimbab segitiga, setelah itu dia berjalan dengan semangat menuju rooftop sekolah.
Renjun menghirup udara yang berembus di rooftop, udara di sini sejuk dan menenangkan, pantas saja Haechan suka tidur di sini. Renjun menghela napas sejenak sebelum kembali melangkahkan kaki untuk menghampiri Haechan yang tidur di depannya.
Renjun duduk di sebelah Haechan, dia meletakkan kantung kertas yang berisi seragam, ia juga meletakkan kimbab dan susu kotak di sampingnya. Renjun baru menyadari kalau di sebelah Haechan ada bunga matahari pemberian Renjun kemarin, di bunga itu ada darah yang sudah mengering.
Renjun memperhatikan Haechan yang tertidur pulas walau angin dengan iseng memainkan rambutnya. Haechan tertidur dengan damai dan tenang, ia tidak terganggu bahkan saat Renjun memanggilnya.
"Haechan!" Renjun memanggilnya sekali lagi sembari dengan iseng menempelkan susu kotak dingin di pipinya.
Refleks Haechan membuka matanya, ia melototkan mata sembari menatap Renjun yang berada di sampingnya, tangannya secara otomatis menabok Renjun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear My Dream
Fanfic"Apa kau menginginkan pernikahan ini, Haechan?" tanya Renjun. "Aku tidak begitu peduli, yang selama ini kuinginkan itu keluar rumah dan hidup sendiri," jawab Haechan, ia lantas menoleh pada Renjun yang dari tadi menatapnya. "Lalu kau sendiri bagaima...