Part 5 - Dandelion

803 106 20
                                    

Renjun balik badan dan berlari menjauh agar hatinya tidak sakit lagi saat melihat kebersamaan Haechan dan Yurim bersama papanya. Benar kata Yangyang, dia tidak akan siap menerima fakta bahwa Papa akan lebih menyayangi mereka daripada Renjun sendiri.

Bruk!

Karena tidak memperhatikan jalan, Renjun menabrak orang yang ada di depannya. Ia buru-buru berdiri dan membungkuk untuk meminta maaf.

"Huang Renjun?"

Renjun mengangkat kepala saat mendengar suara familier itu. "Lee Jeno?"

"Kau sendirian di sini? Kenapa berlari-lari?" tanya Jeno.

Renjun gelagapan, dia tidak mau bilang kalau ia tadi bertemu dengan Haechan, takutnya besok saat sekolah Jeno cerita ke Haechan, jadi Renjun hanya mengangguk. "Iya, aku sendiri, habis beli kanvas, ini mau makan."

"Mau makan juga? Ayo sekalian." Jeno mengajaknya.

Renjun mengangguk, ia lantas mengikuti Jeno yang sudah berjalan. Sekilas pemuda itu menoleh ke belakang, sepertinya Haechan akan bahagia bersama keluarga barunya, Renjun lebih baik menjauh daripada dia sakit hati.

"Ada apa? Ayo, Renjun." Jeno menarik tangan Renjun karena ketahuan kalau dia melamun.

Renjun dan Jeno sampai di restoran Cina karena Renjun tiba-tiba ingin makan hotpot. Baru pertama kali Renjun makan bersama Jeno karena ia biasanya sering makan bersama Yangyang.

"Selamat makan!" ujar Jeno semangat.

Renjun hanya mengangguk dan balas tersenyum. Ia memandang daging dan sayuran yang baru beberapa menit yang lalu ia masukkan kuah panas yang sedang dimasak. Renjun memandang makanan di depannya tanpa minat, padahal beberapa menit yang lalu dia merasa sangat kelaparan, tetapi nafsu makannya tiba-tiba menghilang begitu saja.

"Kau tadi bertemu Haechan kan?" tanya Jeno tiba-tiba.

Renjun langsung mengangkat wajahnya, ia lantas mengangguk.

"Kau pasti khawatir ya?"

Renjun mengangkat alisnya bingung. "Khawatir apa?"

"Haechan itu teman baikku, dia sudah cerita padaku dan kekhawatirannya sudah terbukti. Dia takut kau akan membencinya karena kau tadi melihat Haechan lebih dekat sama papamu, tapi jangan khawatir Renjun, Haechan bukan tipe orang yang suka merebut," ujar Jeno panjang lebar.

Renjun hanya mengangguk karena yang diucapkan Jeno benar, ia memang sedang mengkhawatirkan hal itu. Renjun lantas tersenyum lebar dan memakan hidangan di depannya, tiba-tiba nafsu makannya kembali.

Renjun sejenak melupakan perihal Haechan, ia mencoba untuk bisa berteman dekat dengan Jeno, bosan juga jika teman dekatnya hanya Yangyang. Jeno ternyata orangnya menyenangkan, pembahasannya dengan Renjun bisa nyambung dan mereka tidak lagi canggung.

"Haechan suka apa saja, Jeno?" tanya Renjun tiba-tiba.

Jeno tersedak karena saat itu dia sedang meminum kuah. "Kenapa kau nggak tanya Haechan sendiri?"

Renjun tertawa. "Kalau aku tanya langsung jadi nggak enak."

"Haechan sebenarnya sangat suka main game, tapi akhir-akhir ini dia tidak mau aku ajak main game, katanya sibuk. Haechan juga suka bunga matahari, apalagi pemberianmu waktu itu, dia cerita padaku semangat sekali waktu itu," ujar Jeno.

Renjun mendengarkannya dengan serius, sesekali ia juga tersenyum lebar saat Haechan ternyata menyukai bunga pemberiannya. "Lalu? Apa lagi?"

"Dia sangat menyayangi mamanya."

Dear My DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang