Part 17 - Kartu Tarot

463 69 3
                                    

Liburan dua hari kemarin membuat badan Renjun pegal-pegal, dia yang memang pada dasarnya tidak suka aktivitas fisik tiba-tiba dua hari penuh Haechan mengajaknya bermain tanpa henti membuat energi di tubuhnya habis begitu sudah pulang ke rumah.

Netra yang awalnya terpejam itu perlahan terbuka saat sebuah cahaya masuk melewati jendela kamarnya. Renjun merenggangkan tubuhnya dan sesaat hendak memejamkan mata kembali untuk menyambung tidur, tetapi kegiatannya itu terhenti karena mendengar suara ketukan pintu dari luar, dia juga baru menyadari kalau Haechan tidak ada di sebelahnya.

"Renjun, sudah bangun? Mama masuk ya?" tanya Mama dari luar kamar Renjun.

"Iya Ma masuk saja." 

Renjun kemudian duduk setelah Mama masuk, rambutnya acak-acakan dengan wajah khas orang yang bangun tidur, matanya masih terpejam karena mengantuk. 

Mama kemudian duduk di samping Renjun, wanita itu tersenyum melihat wajah Renjun. Tangannya terulur untuk merapikan rambut Renjun yang berantakan, kemudian tangannya menyentuh pipi Renjun hingga membuat pemuda itu membuka matanya dan wajah Mama yang tersenyum teduh menatapnya dengan sayang.

"Renjun kalau masih mengantuk boleh lanjut tidur dulu, sekolah masih libur," ujar Mama masih dengan tangannya yang mengusap pipi Renjun dengan gemas.

Renjun tertegun selama beberapa saat dengan perlakuan Mama. Dia memang jarang berdua dengan Mama seperti ini, perlakuan Mama Yurim mengingatkannya pada mendiang mamanya, dia rindu diperlakukan manis seperti itu, berbeda sekali dengan Papa yang akan memukulnya kalo Renjun terlambat bangun sekolah.

Tanpa sadar mata pemuda itu berkaca-kaca. Mama lantas memeluk Renjun tanpa pemuda itu minta dan Renjun membalas pelukan Mama dengan erat, pelukannya sehangat pelukan mama kandung Renjun.

"Bentar Ma, aku ingin memeluk Mama lebih lama lagi." Renjun semakin membenamkan wajahnya di pelukan Mama.

Mama tersenyum, dia mengelus kepala Renjun, beberapa menit kemudian Renjun melepaskan pelukannya.

"Haechan sama Papa ke mana, Ma? Kok sepi?" Renjun menyadari kalo rumah hari ini agak sepi daripada biasanya.

"Haechan sama Papa jalan-jalan karena hari ini ulang tahun Haechan," balas Mama.

Renjun melototkan mata. "Haechan hari ini ulang tahun? Aku baru tahu."

Mama terkekeh gemas. "Sepertinya Haechan belum memberi tahu ulang tahunnya pada Renjun."

Renjun kemudian memasang wajah cemberut. "Aku juga sebenarnya ingin jalan-jalan, Ma, walau hari ini agak capek."

"Jalan-jalan sama Papa?" Mama memastikan.

Renjun menggeleng. "Nggak, mau sama Mama saja, berdua."

Mama lantas mengangguk, ia mengelus kepala Renjun. "Iya nanti setelah sarapan, bagaimana? Renjun mandi dulu, Mama tunggu makan di bawah ya, sayang?"

Renjun mengangguk semangat. Setelah Mama keluar kamarnya, dia refleks berdiri dan menari bahagia tetapi di detik berikutnya Renjun tumpang di ranjang karena kepalanya pusing karena gerakannya yang tiba-tiba berdiri.

Tidak sampai setengah jam Renjun sudah berada di meja makan dengan pakaian yang rapi, kemeja biru muda dengan celana jeans putih yang tampak serasi dengan tatanan rambut yang awalnya belah tengah tetapi kemudian pemuda itu mengacak-acak rambutnya.

Mama sudah menyiapkan makanan di atas meja, Renjun tersenyum lebar melihat banyak sekali makanan kesukaannya yang berjejer rapi di meja, Renjun jarang memakan makanan seperti itu karena saat tinggal berdua dengan Papa, Renjun biasanya hanya memesan makanan karena Papa tidak bisa memasak dan Renjun hanya bisa memasak makanan dasar.

Dear My DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang