⚠️ Trigger Warning! Banyak adegan kekerasan! ⚠️
***
Renjun sadar kalo akhir-akhir ini dia memang sering pulang terlambat, mau bagaimana lagi, Renjun sebenarnya diam-diam melukis di sekolah, kalo dia tidak melakukan hobinya, Renjun benar-benar bisa gila. Orang lain mungkin hanya menganggap hobi Renjun itu hal sepele, tapi bagi Renjun, hobinya itu bagian dari hidupnya.
Biasanya Renjun melukis di ruang seni atau atap sekolah, beberapa kali Yangyang menemaninya walaupun Renjun lebih banyak menghabiskan waktu sendiri, tetapi kali ini berbeda, Jaemin tiba-tiba menawarkan diri untuk menemani Renjun, walau anak itu lebih banyak diam.
Jaemin memandang langit, tatapan matanya kosong dan helaan napas berat terdengar berkali-kali yang mana membuat Renjun yang duduk di sebelahnya dan sedang fokus melukis pun menolehkan kepala kemudian mendengus kesal.
"Kau kenapa, Jaemin? Ada masalah?"
Jaemin menggeleng. "Aku hanya malas pulang."
Keduanya terdiam lagi karena Jaemin enggan melanjutkan ceritanya, Renjun kembali fokus dengan lukisannya dan Jaemin fokus dengan masalah yang menghantui pikirannya.
"Kau biasa melukis di sini, Renjun?" tanya Jaemin basa-basi.
Pemuda itu menggeleng. "Kadang-kadang, biasanya lebih sering di ruang seni sih."
Jaemin memandang lukisan milik Renjun, sepertinya Renjun memang suka langit, beberapa kali Jaemin melihat Renjun melukis tentang langit.
"Rasanya punya orang tua tiri sama saudara tiri itu bagaimana, Renjun?"
Renjun menghentikan tangannya yang sedang mengoreskan kuas di kanvas hingga beberapa detik, baru kemudian dia meletakkan kuasnya dan menghadap Jaemin, sepertinya temannya itu ingin berbicara cukup serius dengan Renjun.
"Rasanya campur aduk, bisa dikatakan bahagia, tapi aku juga terkadang merasa sedih, iri dan tidak dihargai di saat bersamaan," balas Renjun.
"Tapi aku tidak lagi kesepian, aku jadi punya saudara yang bisa dijadikan teman dan aku bisa merasakan kembali keluarga lengkap." Renjun tersenyum setelah itu.
"Apa mama tirimu menyayangimu? Biasanya kan mama tiri itu jahat?" tanya Jaemin serius.
Renjun tertawa. "Itu hanya di film, Jaemin, tidak semua mama tiri begitu."
"Kan aku tahunya dari film," ujar Jaemin dengan nada merajuk. "Lalu Haechan bagaimana? Dia jadi saudara yang baik atau menyebalkan?"
"Haechan sangat baik, dia begitu peduli padaku, terkadang dia manja sih." Renjun terkekeh sendiri. "Walau begitu aku sangat menyayanginya."
Jaemin menatapnya dengan jijik. "Kau yakin kita berbicara Haechan yang sama? Selama aku mengenalnya dia begitu menyebalkan hingga rasanya ingin aku lempar ke Neptunus."
"Ah, aku lupa kalo aku murid pindahan jadi tidak begitu tahu tentang anak-anak kelas lain."
Jaemin memandang langit yang mulai mengeluarkan semburat warna jingga. "Sepertinya Haechan masih menyembunyikan sisinya yang lain. Di kelasnya, Haechan begitu pintar, ia bersaing sama Jeno, Haechan juga orangnya ceria, ia selalu tersenyum dan aku jarang melihatnya menangis."
Mendengar perkataan Jaemin membuat Renjun berpikir kalau selama ini Haechan memasang topeng kuat di hadapan teman-temannya karena saat bersama Renjun, Haechan menjadi dirinya sendiri yang menangis dan manja, dia sampai lupa kapan terakhir kali Haechan tertawa terbahak-bahak.
"Sebenarnya mamaku mau nikah lagi." Jaemin menghapus air mata yang tiba-tiba membasahi pipinya.
Satu bulan yang lalu Jaemin cerita kalau orang tuanya bercerai dan kini tiba-tiba dia bilang mamanya mau menikah lagi, apa memang gosip yang diceritakan Yangyang waktu itu tentang orang tua Jaemin yang selingkuh itu benar?
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear My Dream
Fanfiction"Apa kau menginginkan pernikahan ini, Haechan?" tanya Renjun. "Aku tidak begitu peduli, yang selama ini kuinginkan itu keluar rumah dan hidup sendiri," jawab Haechan, ia lantas menoleh pada Renjun yang dari tadi menatapnya. "Lalu kau sendiri bagaima...