"Ini topi yang aku bicarakan waktu itu."
Renjun memberikan topi merah yang pernah dia beli di mal beberapa hari yang sengaja ingin ia berikan pada Haechan.
"Kau benar-benar memberikannya padaku? Aku kira kau hanya basa-basi saat itu." Haechan menerima topi dari Renjun, sebelum memakai topinya, ia mengecilkan ukuran topinya agar pas di kepalanya.
"Kenapa kau memberiku topi ini? Pasti ada sesuatu." Mata Haechan memicing.
Renjun meletakkan buku yang sedang ia baca, mereka berdua sedang belajar di kamar karena besok sekolah. "Anggap saja sebagai balasan karena kau memberi gantungan dandelion, tapi sebenarnya aku hanya tidak suka warna merah."
"Tapi kenapa kau beli warna merah?"
Renjun memutar bola mata malas. "Ya terserah aku, uangku juga."
Haechan melempar bantal ke arah Renjun. "Kau menyebalkan ya!"
Renjun cekatan menangkap bantal itu, ia tertawa lantas membalas dengan melemparkan dua bantal ke arah Haechan. Bantal mengenai wajah Haechan, pemuda itu menatap datar Renjun yang tertawa keras.
"Kau curang ya, aku cuma sekali, kau dua kali." Haechan cemberut.
"Apapun yang orang berikan padaku, akan aku balas dua kali lipat, Haechan."
Haechan tersenyum mendengar jawaban Renjun. "Kau keren Renjun."
"Aku memang dilahirkan keren," jawab Renjun, ia lantas menatap Haechan. "Sudah lanjut belajar, besok aku ada ulangan."
Haechan mengangguk, ia lantas mengambil bukunya dan berdiri. "Aku cari angin di balkon dulu ya."
"Hati-hati ada hantu!" seru Renjun saat Haechan sudah duduk manis di kursi yang ada di balkon.
"Ya! Jangan menakutiku, Renjun!"
Haechan segera berdiri saat Renjun dengan iseng mengunci balkon kamar dari dalam. Haechan mengetuk-ngetuk pintu balkon. "Renjun! Jangan dikunci, nanti kalo ada hantu aku nggak bisa lari!"
"Rasakan itu! Biar kau dimakan hantu!" Renjun tertawa, sepertinya mengerjai Haechan seru juga.
***
Renjun dan Haechan bersama-sama turun ke lantai satu setelah mereka memakai seragam sekolah. Hal pertama yang Renjun lihat saat dia melangkahkan kaki ke dapur adalah meja makan yang terisi banyak makanan, pemuda itu terdiam melihat pemandangan di depan, sudah lama ia tidak melihat meja makan penuh dengan makanan, biasanya hanya ada kekosongan.
"Anak-anak, ayo makan dulu," ujar Mama lembut setelah dia menaruh tiga gelas susu di meja makan.
Renjun mengangguk semangat, dia duduk di tempat biasanya sedangkan Haechan duduk di sebelahnya dengan ogah-ogahan. Mama duduk di depan Renjun, ia menatap sekilas kedua anaknya.
"Papa mana Ma?" tanya Renjun, ia mengambil gelas susu yang tadi sudah disiapkan Mama, Renjun melirik tempat di samping Mama yang kosong.
"Papa sudah berangkat kerja pagi-pagi tadi, katanya ada urusan mendesak," jawab Mama.
Renjun meletakkan gelasnya agak keras, ia lantas memutar bola mata malas. "Selalu saja begitu, alasannya selalu sibuk kerja, dia lupa apa kalau sekarang punya dua anak sama istri."
Mama hanya bisa tersenyum tipis mendengar omelan Renjun.
"Jangan begitu sama Papa, Renjun," ujar Haechan dengan suara pelan.
Renjun mengernyitkan mata, ia menoleh ke arah Haechan. "Iya iya, bela saja Papa kesayangamu itu, Haechan."
"Bukan begitu maksudku Renjun."
![](https://img.wattpad.com/cover/318884710-288-k953750.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear My Dream
Fanfic"Apa kau menginginkan pernikahan ini, Haechan?" tanya Renjun. "Aku tidak begitu peduli, yang selama ini kuinginkan itu keluar rumah dan hidup sendiri," jawab Haechan, ia lantas menoleh pada Renjun yang dari tadi menatapnya. "Lalu kau sendiri bagaima...