Haechan berjalan menuju pintu rumah sesampainya mobil berhenti di pekarangan rumah, sedangkan Papa masih berada di mobil karena mengambil barang-barang yang telah dipakai untuk piknik tadi.
"Astaga!"
Haechan terkejut setengah mati saat membuka pintu, Renjun tiba-tiba berada di sana dengan wajah datar dengan kedua tangan yang dilipat di depan dada.
"Dari mana?" tanya Renjun dengan nada tidak bersahabat.
"Piknik tadi sama Papa." Bukan Haechan menjawab, tetapi Papa lebih dulu menjawab sembari membawa tikar di tangannya.
Renjun memberi jalan pada Papa dan Haechan agar bisa masuk ke rumah.
"Dicariin Mama dari tadi, kumpul dulu di ruang keluarga," lanjut Renjun.
Haechan hanya mengangguk dan mengikuti langkah Renjun. Di sofa sudah ada Mama dan Mark yang berbincang-bincang, sedangkan entah sejak kapan Papa sudah duduk di samping istrinya sembari bergelayut manja.
"Enak banget bisa keluar berduaan bersama Papa," ujar Renjun dengan wajah cemberutnya.
Haechan yang duduk di sebelah Renjun pun menolehkan kepala. "Salah sendiri, kau pergi nggak ngajak aku."
Renjun kini membulatkan matanya, dia menoleh pada Haechan dengan wajah tidak percaya. "Hei, aku sudah membangunkanmu, Haechan. Kau itu tidur seperti orang mati!"
Haechan mencibir. "Itu karena kau tidak mau berusaha membangunkanku---"
Belum sempat pemuda itu meneruskan ucapannya, dia lebih dulu berdiri dan dengan cepat berlari saat Renjun malah semakin mengejarnya seperti singa kelaparan.
"Ahh! Renjun berhenti mengejarku!" seru Haechan.
Renjun yang mengejar Haechan itu tertawa keras, mereka bahkan sudah tiga kali mengitari sofa yang berisi Papa, Mama dan Mark.
Papa dan Mama tertawa melihat anak-anaknya, sedangkan Mark hanya tersenyum tipis. Papa mengeluarkan ponselnya dan merekam kedua anaknya. Ekspresi Renjun dan Haechan yang lucu harus diabadikan.
"Ah Papa! Tolong! Ada monster yang bernama Renjun Hyung mengejarku!" teriak Haechan, sebenarnya dia sudah lelah dikejar Renjun terus menerus.
Papa yang sedang merekam adegan kejar-kejaran itu hanya bisa tertawa dan tidak mempunyai niat untuk membantu.
"Energimu kuat sekali sih, Renjun! Sudah berhenti! Aku capek! Kau kecil-kecil gesit juga! Renjun berhenti! Mama!" oceh Haechan sembari membuat wajah seakan-akan mau menangis.
Mark yang melihat itu juga ikut tertawa, baru pertama kali dia merasakan kehangatan keluarga seperti ini, dan dia juga menyadari kalau adek-adeknya itu sangat lucu. Haechan yang dari dulu tidak pernah menunjukkan sisi gemasnya sebagai seorang adik membuat Mark sedikit kaget.
Mama kemudian berdiri dan menghampiri Haechan. Pemuda itu terkejut saat Mama tiba-tiba ada di depannya, karena tidak bisa mengerem mendadak, Haechan menabrak mamanya dan refleks dia memeluk mamanya.
Renjun menghentikan langkahnya, tidak mau mengikuti kebodohan Haechan karena tidak bisa mengontrol tubuhnya. Pemuda itu tersenyum manis melihat Haechan dan Mama yang saling berpelukan.
Papa yang berada di sofa mendesah kecewa karena Haechan dan Renjun berhenti main kejar-kejaran, sedangkan Mark di sebelahnya hanya menanggapi sekenanya ucapan Papa.
Berbeda dengan Haechan, jantung pemuda itu berdebar kencang saat mendapati dirinya menabrak Mama dan sekarang malah memeluk mamanya. Ia memejamkan mata, takut jika Mama akan marah padanya.
Suara tawa satu-satunya perempuan di rumah itu terdengar jelas di telinga Haechan yang mana membuat pemuda itu membuka matanya. Mama malah balas memeluk Haechan dengan erat, hal itu membuat keterkejutan Haechan bertambah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear My Dream
Fanfiction"Apa kau menginginkan pernikahan ini, Haechan?" tanya Renjun. "Aku tidak begitu peduli, yang selama ini kuinginkan itu keluar rumah dan hidup sendiri," jawab Haechan, ia lantas menoleh pada Renjun yang dari tadi menatapnya. "Lalu kau sendiri bagaima...