Prolog

2.7K 195 23
                                    

Renjun menatap jam di ruang tamu. Sekarang jam dua dini hari dan papanya belum juga pulang.

Akhir-akhir ini Papa sering sekali pulang larut malam, atau bahkan pulang saat pagi harinya.

Walau dia sendirian di rumah, Renjun sama sekali tidak merasa kesepian atau takut didatangi hantu, dan dia penganut sekte yang percaya bahwa hantu itu tidak ada.

Renjun sebenarnya menyelesaikan karya lukisnya dan berkedok menunggu Papa pulang agar ia punya alasan untuk begadang. Sebenarnya Papa tidak perlu itu, hanya saja Renjun terbiasa menggantikan peran Mama yang sudah tiada dengan menunggu Papa pulang.

Hubungan Renjun dan papanya tidak bisa dibilang begitu dekat, juga tidak sejauh itu, hubungannya dengan papanya ya sekadar hubungan ayah dan anak. Semenjak Mama tiada, Papa jadi jarang bicara dan sering pulang malam, Papa jarang memperhatikan Renjun lagi.

Dan Renjun sendiri jadi lebih ketus ke papanya, dia menjadi tidak terlalu peduli dengan keadaan Papa. Namun sisi positifnya, Renjun lebih bebas, tidak ada lagi yang melarangnya melakukan ini-itu, ya karena sudah tidak ada lagi sih yang memperhatikannya di rumah.

Andai dia punya adik, pasti Renjun akan sedikit senang.

Suara pagar terbuka terdengar dari dalam, pasti Papa yang datang. Beberapa menit kemudian suara pintu terbuka dan langkah kaki mendekat terdengar semakin jelas.

"Renjun?"

Papa berdiri tidak jauh dari Renjun. Wajahnya tampak lelah dengan rambut dan kemeja acak-acakan, tangannya menenteng tas laptop dan beberapa berkas.

Renjun yang tadi serius menggambar di kanvas menoleh, dia menghentikan kuas yang bergerak di kanvasnya.

"Kenapa belum tidur?" tanya Papa basa-basi karena dia tahu Renjun tidak akan tidur sebelum papanya pulang.

"Papa masih ingat jalan rumah ternyata, aku kira Papa tersesat," sarkas Renjun.

"Kamu seperti mamamu," ujar Papa.

Papa melangkah mendekat, ia mengelus pelan kepala Renjun dan mengintip melihat lukisan Renjun.

"Renjun nungguin Papa ya? Maaf ya?"

Renjun menggeleng. "Mana ada, aku tuh sibuk melukis."

Renjun menunjuk lukisannya, kini dia fokus mewarnai lagi.

"Renjun melukis apa? Kok warnanya cuma merah?" tanya Papa.

"Catnya habis," jawab pemuda itu singkat.

"Yang Papa belikan kemarin udah habis?"

Renjun menatap Papa. "Papa cuma membelikan sedikit, dan aku sering kali menggunakannya, jadi wajarlah cepat habis."

"Yaudah, besok Papa belikan lagi. Sekarang Renjun ayo tidur." Papa menepuk pelan bahu Renjun.

Pemuda itu langsung bangkit, ia membereskan peralatannya dan berjalan menuju kamarnya.

Papa juga ikut berjalan di belakang Renjun, membuntunti anaknya itu sampai kamar, kalau tidak nanti Renjun malah akan melanjutkan lukisannya.

"Apa Renjun mencium bau amis di sini?" tanya Papa, membuat Renjun berhenti dan menoleh ke belakang.

Renjun menggeleng.

"Seperti bau darah," lanjut Papa.

Tubuh Renjun membeku. Ia lantas menggenggam erat kanvasnya.

"Mungkin ada pembunuhan di sekitar sini, Pa."

Setelah menjawab tanpa pikir panjang, Renjun masuk ke kamarnya, membuat papanya hanya bisa geleng-geleng kepala.

💚💚💚

Hai aku kembali dengan cerita renhyuck 😍 cerita ini beda universe ya sama seri Dream-verse.

Rabu, 12 Juli 2023.

Dear My DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang