Part 2 - Bunga Matahari

1.1K 134 30
                                    

Sudah terhitung satu bulan sejak Papa mengenalkan wanita barunya pada Renjun, sudah sering juga Renjun diam-diam mengetahui kalau papanya itu suka makan berdua dengan wanita itu.

Renjun tidak iri, toh selama ini juga Papa selalu tidak ada waktu untuk dirinya. Sejak Mama tidak ada, Renjun memang selalu sendiri dan dia juga lebih nyaman sendiri. Biarlah Papa sibuk dengan pekerjaan dan wanitanya. Renjun tidak peduli. Dirinya sendiri sudah cukup.

Namun berbeda dengan pagi ini, Papa bisa meluangkan waktunya untuk sarapan bersama Renjun dan ia juga tidak tahu sihir mana yang membuat meja makan penuh dengan makanan, setahunya Papa tidak begitu jago memasak.

Papa tersenyum menatap Renjun yang kebingungan dengan begitu banyak makanan yang tersaji di meja makan. "Ayo dimakan, Renjun."

"Penyihir dari negeri mana yang membawa makanan ini, Pa?" tanya Renjun sembari mencoba salah satu sop hangat.

Papa tertawa. "Penyihir apaan, calon mamamu yang memasak."

"Uhuk!" Renjun langsung tersedak hingga terbatuk-batuk.

Papa menyodorkan air minum, Renjun langsung mengambilnya dan meminumnya dengan rakus.

"Calon mama? Si penyihir itu? Ups." Renjun menutup mulutnya yang keceplosan.

"Renjun," tegur Papa.

Renjun tertawa. "Iya iya, Pa, maaf. Tapi memang---"

"Hust, atau nanti nggak Papa beliin cat lagi."

Renjun cemberut, tetapi dia memilih tidak melanjutkan perkataannya. Hari ini Papa bahagia, Renjun tidak boleh merusak hari bahagia papanya.

"Selamat makan, Pa!" ujar Renjun semangat.

Papa tersenyum melihat Renjun makan dengan lahap, dia jarang melihat Renjun makan, sarapan bersama seperti ini saja sudah tidak pernah sejak kematian mamanya Renjun, terkadang Papa merasa bersalah.

"Renjun, Papa mau bicara," ujar Papa.

Renjun mengangkat wajahnya. "Iya, bicara apa, Pa?"

"Renjun sudah tahu kan kalau Papa dekat dengan wanita, namanya Lee Yurim. Papa meminta izin Renjun, kalau Papa mau menikahinya," kata Papa pelan-pelan.

Sendok yang ada di tangan Renjun terjatuh, membuat suara berkelontang di piring. "Eh, maaf, Pa."

"Papa mau menikah dengan Tante Yurim? Terserah Papa sih," jawab Renjun sekenanya.

Renjun berdiri, ia mengambil tasnya dan menggunakannya. "Aku berangkat dulu Pa, aku sudah terlambat."

"Tunggu Renjun, makananmu belum habis!" seru Papa sedangkan Renjun sudah berlari keluar rumah.

Renjun berlari menuju halte dan untung saja busnya belum datang. Sebenarnya dia sama sekali belum terlambat sekolah, ia hanya malas membicarakan tentang pernikahan papanya.

Ting!

Ada pesan di ponselnya. Renjun tidak duduk, ia bersandar di tiang halte sembari membuka ponselnya. Ada dua pesan, dari Papa dan Yangyang.

Papa

Renjun, nanti kita makan malam dengan Yurim. Kosongkan waktumu untuk nanti.

06.10 AM

Renjun mengeluarkan room chat dengan Papa, dia lagi malas membalas chat papanya. Lalu ia membuka pesan Yangyang.

Liu Yangyang

Jangan lupa bawa tanaman, ingat hari ini ada agenda bersih-bersih kelas.

Dear My DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang