Part 33 - Kepalsuan

359 58 13
                                    

Bermimpi saat demam adalah mimpi terburuk yang paling Haechan hindari, mungkin juga dihindari orang-orang.

Di alam mimpinya, Haechan dikejar seekor dinosaurus merah dengan tinggi kira-kira sepuluh meter, dinosaurus itu mengeram dan semakin mempercepat larinya seakan-akan ingin menerkam Haechan, tetapi anehnya langkah kaki Haechan yang awalnya ringan kini semakin memberat hingga tiba-tiba saja tubuhnya diterkam macan.

Haechan berteriak saat macan itu membawa tubuhnya terombang-ambing dengan kaos yang digigit macan itu. Dalam sekejap dia dilempar begitu saja di sebuah tempat aneh yang begitu asing.

Hampir saja Haechan menghela napas lega sebelum dia mengetahui bahwa di depannya adalah sebuah jurang yang kedalamannya tidak bisa dia kira-kira.

"Kalau aku terjatuh di jurang ini mati tidak ya?" gumam Haechan.

Tidak jauh dari tempatnya berdiri, ada rubah yang menatapnya dengan iris tajam, rubah itu menggeram dan semakin mendekati Haechan, pemuda itu mau tak mau harus melangkah mundur, tetapi sialnya di belakangnya ada jurang.

Apa Haechan harus melompat jurang saja daripada dimakan rubah? Haechan mengangguk, dia lebih memilih melompat dalam jurang.

"Akhhh!"

Haechan terbangun dari mimpi buruk itu, peluh membasahi badannya, dia segera mengubah posisinya menjadi duduk.

"Mimpi aneh," gumamnya.

Pemuda itu mengecek suhu tubuhnya dan sepertinya sudah menurun. Haechan tersenyum tipis karena berkat meminum obat dan istirahat yang cukup, demamnya bisa turun.

Tidak lama senyum itu menghilang, digantikan sebuah wajah cemberut saat tidak mendapati Renjun tidur di sebelahnya, padahal langit sudah gelap yang mana mengartikan malam telah tiba, tetapi ke mana Renjun? Apa dia tidak mau tidur bersama Haechan lagi? Jahat sekali.

"Apa Renjun belum pulang ya? Seingatku tadi dia pergi sama Mark Hyung," gumam Haechan.

Tangan Haechan menyingkirkan selimut yang berada di tubuhnya, kaki itu dia turunkan dari ranjang. Saat hendak berdiri, pemuda itu kembali duduk karena menemukan obat dan air putih di atas nakas, sepertinya dari Mama jadi Haechan meminumnya terlebih dahulu.

Sesaat rasa pusing mendera kepalanya setelah meminum obat itu, tetapi kemudian hilang dengan cepat. Haechan menggelengkan kepala untuk menghilangkan pengar di kepalanya, padahal dia tidak mabuk tetapi kenapa rasanya seperti mabuk ya? Haechan bahkan belum cukup umur untuk mabuk.

Pemuda itu kemudian turun ke lantai satu dan menuju dapur saat dirasa perutnya meronta-meronta minta diisi, dia lapar sekarang dan di kamarnya tidak ada makanan sama sekali. Haechan menghentikan langkahnya saat mendapati Mama dan Mark sekarang berada di dapur, mereka sedang melakukan makan malam, dalam hati pemuda itu bertanya-tanya kenapa hanya ada Mama dan Mark yang ada di sana, lalu di mana Renjun dan Papa?

"Haechan mau makan, Nak?" tanya Mama dengan suara lembut.

Haechan yang berdiri kaku itu mengangguk, Mama meletakkan sumpitnya kemudian dia berdiri dan mempersilakan Haechan untuk duduk di sebelahnya.

"Mama buatin makanan dulu buat Haechan ya? Tadi Haechan masih tidur, Mama tidak tega buat banguninnya."

Haechan mengangguk. "Iya, Ma. Terima kasih."

Mama meninggalkan makanannya yang tersisa dan memilih untuk berkutat dengan masakannya. 

Terdengar decakan kesal dari Mark, dia meletakkan sumpitnya dengan keras. Wajah sinisnya tidak berhenti memandang Haechan yang kini tertunduk.

"Menyusahkan, kau buat Mama malam-malam memasak untukmu. Dia bahkan belum menyelesaikan makannya," ujar Mark tajam.

Haechan mengepalkan tangannya, padahal dia tidak berniat menyusahkan Mama, niatnya tadi mau membuat mi instan, tetapi kenapa dia malah mendapatkan ujaran kebencian dari kakaknya?

Dear My DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang