Bab 32

6 2 0
                                    

-Acha-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-Acha-

"Serius??? Ahh lo mah, pokoknya habis pelajaran lo punya utang cerita ya sama kita semua!" Ucap Acha kelewat penasaran.

"Aman-aman! Entar gue ceritain sampai lo budeg dengernya" Rina kini duduk di kursinya dan mengeluarkan buku paket serta buku tulis.

"Ahh nggak asik! Lo pada punya pacar, tapi gue? Hilang ajalah gue dari kehidupan lo pada! Kagak ada setia kawan-setia kawannya!" Mawar berdecak kesal sambil bersedekap dada.

"Udah gue bilang, mending lo pepetin kak Dimas aja! Dari pada lo jomblo?" Dara kini memberi solusi untuk penyakit kejomblo-an yang di derita mawar.

"Udah diem! Pak Hendra dah datang tuh" Mawar menyudahi percakapan mereka.

"Anak-anak hari ini kita akan belajar bab 3 yaitu memanusiakan manusia" ucap pak Hendra yang berdiri di depan papan tulis.

"Manusia jangan di manusiakan, Pak! Di hewankan saja!" Rio, laki-laki pentolan di kelas mereka, berambut cepmek.

"He nggak usah banyak candaannya kamu, saya tahu kamu kayak gitu biar saya ladeni terus pelajaran saya nggak masuk, kan?"

Rio menangguk mantap dan memberikan jempolnya kepada Pak Hendra.

"Oalah ngelunjak kamu ya, itu rambut kamu kayak buntut ayam, sini!! Ta botakin kepalamu, cepat!" Pak Hendra kini tidak jadi menjelaskan bab itu, Beliau justru lebih tertarik untuk menghukum Rio, anak jamet kesukaan guru-guru.

"Aduh pak! Saya sudah setengah umur dan penuh dengan usaha memanjangkan rambut saya, kok bapak dengan enaknya bilang itu rambut kamu kayak buntut ayam, sini!! Ta botakin kepalamu, "

"Apa nggak sakit hati saya, pak?" Ucap Rio sedikit memelas.

"Mau sakit hati, sakit empedu kek! Ya saya nggak perduli! Sini cepat, ta hitung sampai 5! "

"Aduh pakk!! Plis deh! Jangan lebay! Kau fikir aku ini siapa mu? Ohh plis deh!" Rio merengek dan tiba-tiba menanyikan sebuah lagu.

"Sudah habis kebasaran.. kebesara..kerabasan.. aduh opo yo itu?" Pak Hendra tiba-tiba belibet untuk mengatakan sesuatu, siswa-siswi di sana juga ikut bingung, terkecuali Mawar, sang Dewi pentolan.

"KESABARAN, PAK!" Pekik Mawar kencang.

"Ohh itu!! Sini kamu Rio!! Atau saya botakin sampai bulu hidungmu?"

"Saya mana ada bulu hidung pak,"

Pak Hendra mendekati meja Rio, beliau dengan tingkah randomnya menarik kerah baju belakang Rio dan menyeretnya ke depan papan tulis.

"Ayo! Bacakan undang-undang dasar negara republik Indonesia! Kalau nggak bisa, saya kepret kamu pake peci bapak"

Rio mendadak bisu, dia melihat sekeliling kelasnya, dan menatap sahabat sematinya yang sibuk menutup mulutnya, menahan tawa karena di dalam mulutnya ada sebuah air samudera yaitu, Teh Sosro.

"Undang-undag dasar! Satu percaya kepada--"

"Eh! Eh!! Kok malah satu, toh? Mana ada undang-undang dasar 1,2,3, ngaco kamu!"

Tingkah Rio mengundang tawa orang-orang sekelas, tak terkecuali Alan, sahabat sematinya, sudah tengkurap tidak berdaya dengan teh yang keluar dari mulutnya.

"ANJIR SI ALAN KELUARIN AIR MANCUR DARI MULUTNYA!! WOY LIHAT TUH!! ANJIR LO LAN, LAN!! HAHAHAHA" Teriak Mawar heboh kala netra cokelatnya tidak sengaja menangkap Alan yang menepuk-nepuk dadanya.

"ASTAGHFIRULLAH LAN! LO MAKAN APA? PASTI LO MINUM MINUMAN DI DEKAT WARUNG DEKAT WC, KAN? MAMPUS LO MUNTAH KAN JADINYA!" Rina tidak kalah heboh, dia terlonjak senang karena melihat ekspresi Alan yang menahan mati-matian untuk tidak batuk lebih keras.

"Alan, Alan, gue saranin nggak usah sok keren minum teh Sosro sambil goda anak sebelah lewat kaca kelas, akhirnya lo muntah sedirikan? Pasti lo muntah karena keinget gombalan lo yang di tolak mentah-mentah sama adek kelas, ya?" Acha menutup wajahnya yang sudah memerah padam karena tertawa.

"Ya gimana nggak di tolak! Mana ada hubungan ayam bercocok tanam sama aku cinta kamu? Gila kali lo, Lan!"

"Kamu tahu nggak kenapa ayam bercocok tanam? Karena aku cinta kamu, muachh" Dara meniru gaya Alan yang menggoda adik kelas tempo lalu.

"Udah-udah!! Gue nggak kuat! Sialan lo Rio! Bisa-bisanya undang undang dasar ada satu dua tiganya! Gue keselek kan jadinya!" Alan duduk sambil menutup wajahnya yang memerah karena batuk.

Tak terasa waktu berlalu begitu cepat, bel istirahat 2 menit lagi akan terdengar, Pak Hendra berdiri dari duduknya.

"Anak-anak cukup disini untuk pelajaran bapak, ingat ya, jangan bersikap baik untuk sesuatu yang tidak baik, karena bisa membuat kalian menjadi pribadi yang munafik, cukup sekian dari saya, wassalamu'alaikum wr. wb." Pak Hendra pergi dari kelas dan bersamaan dengan itu bel istirahat berbunyi.

"Ada ya, we er we be, tuh guru kocak abis" Rina tertawa berjalan ke arah meja Acha.

"Ye itu singkatan dari wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh" Jelas Mawar duduk di meja nya.

"Gue tau kali, lo fikir gue Islam KTP? Masalahnya dia nggak nyebut warahmatullahi wabarakatuh, tapi we-er, we-be, kan goblok" ujar Rina.

"Mager kali, biarin aja lah" Acha.

Kantin yang ramai membuat lima gadis yang baru saja datang dari kelas mereka itu menghela nafas panjang, masalahnya antrian dari mereka ke ibu kantin adalah 30 siswa lagi, hawa panas dan saling menabrak satu sama lain membuat mereka untuk mencari tempat duduk terlebih dahulu dan mengambil air minuk di mesin kulkas.

"Panas ey!" Dara mendudukan pantatnya di kursi kantin.

"Apa sih ramai banget? Padahal kan sebelumnya mereka tertib, bahkan nggak ada tuh antrian sepanjang anaconda kayak gitu!" Mawar mengibaskan tangannya.

"Katanya tadi sempat ada yang bertengkar hebat, nggak tahu siapa" ujar Rina.

-Acha-

-Acha-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

****

See you guys, makasih karena udah baca bab ini dan semua ceritanya, tenang bentar lagi end kok. Pantengin terus yaw..

• Rio dan Alan, pentolan kelas yang menjadi moodboster para teman kelasnya, buah bibir guru mata pelajaran kelas mereka dan mengikuti kegiatan ekskul seni di bidang alat musik tradisional.

Love uu guysss!

SHE IS ACHA [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang