-Acha-
"Berisik" Tegur Juan yang kini terlihat tengah di suapi oleh Acha.
"Nih satu, punya tangan, mata, mulut sama hidung masih aja minta di suapin! Cewek lo gimana makannya kalau tiap ngantin harus nyuap lo!" Ucap Tama yang terlihat membagikan cikinya bersama Jeje.
Juan terdiam, dia lalu bangkit dari menopang dagunya dan menatap Acha.
"Lo belum makan?"
Mendengar hal itu, dengan sedikit samar Acha mengangguk lalu dengan cepat menggeleng saat melihat Juan menarik mangkuk baksonya.
"Eh, nggak apa-apa kok, kalau kamu masih mau makan, aku bisa makan nanti istirahat ke dua" ucap sedikit tersenyum ringan.
Juan yang melihat itu menghela nafasnya dan tersenyum teduh ke arah Acha, di ambilnya sendok yang ada di tangan Acha dan menyendok sedikit kuah dan satu bakso kecil di mangkuk itu.
"Nggak usah nanti kalau sekarang bisa makan, dari pada kita berdua nggak makan, mending yang makan kita berdua" Ujar Juan sambil memasukkan sendok yang sudah dia isi itu kedalam mulut Acha.
Acha di buat malu, matanya menerjab lambat dan sedikit tertawa.
"Pffft, aku malu! Ihh kak Juan! Lihat-lihat tempat bisa nggak?!" Ketus Acha mencubit pinggang Juan, yang ternyata tidak ada sakitnya sama sekali.
Sedangkan mereka semua ada yang saling menatap satu sama lain, ada yang baper sambil memeluk satu sama lain, dan ada juga yang menatap songong kedua makhluk berbeda gender itu.
"Kalau gue berani, udah gue tendang nih meja kantin, perasan dari dulu guuuueee aja yang ngelihat lo pada mesra-mesraan! Kesel banget gue!!!" Ketus Reyhan.
"Makanya cari cewek!" Ucap mereka semua serempak dan di akhiri tawa karena Reyhan mendadak melampiaskan kekesalannya itu dengan menggoles kepala Haikal.
"Apa-apaan?!" Ucap Haikal tidak terima.
Beberapa menit kemudian, terlihat Juan yang berdiri dari duduknya, dia lalu memegang tangan Acha dan mengajaknya pergi dari sana.
"Ikut gue sebentar, ada yang mau gue omongin sama lo"
Acha mengangguk dan berjalan sambil di iringi oleh Juan, saat mereka sudah pergi suasana mendadak menjadi senyap.
"Mereka mau kemana, By?" Ucap Dara kepada Haikal, karena aneh saat tiba-tiba melihat monyet itu menjadi seekor Jerapah.
"Entah, nanti tanya sama Acha kalau udah balik, makan aja lagi, nanti keburu bel, udah kamu makannya lama kayak siput" Ujar Haikal.
"Panas!" Ketus Dara dan lanjut makan dengan Haikal yang bersandar di pundaknya sambil memainkan handphonenya.
"Mukanya kak Juan serius banget, kenapa ya?" Sahut Mawar yang menoleh ke arah Dimas, tentu saja Dimas yang di tatap balik membalasnya dengan tatapan mata.
"Dih! Lo fikir gue tuli pake isyarat-isyarat? Nggak mau kasih tau gue juga NGGAK APA-APA!" Ucap Mawar yang di akhiri dengan nada ngegas.
"Lo mau tau nggak? Suara lo kayak kaleng bekas yang di tendang, nyelengking!" Balas ketus Dimas sedangkan mawar tidak meladeninya.
"Kamu juga nggak tau apa-apa?" Kali ini Jeje yang berbicara kepada Tama.
"Tau, tapi bukan hak aku buat ngasih tau kalian, tunggu aja Acha" balas Tama.
Mereka hanya melanjutkan makan mereka, sejujurnya mereka juga tahu bahwa masalah ini hanyalah mereka berdua yang harus menyelesaikan, mereka tidak punya hak apapun kecuali menemani dan membantu jika di izinkan.
Taman belakang sekolah, tepatnya di warung belakang sekolah, tempatnya geng Juan yang lain, mereka berdua berdiri di bawah pohon rindang.
"Mau ngomong apa?"
Juan menatap Acha, ada sedikit rasa gugup untuk dirinya mengatakan sesuatu kepada Acha, apa lagi hal itu menyangkut hal tidak baik seperti ini.
"Gue mau ketemu Bagas"
Alis Acha menyatu, dia mencoba mengingat sesuatu di kepalanya.
"Bagas.... Ohh dia ya? mau ngapain ketemu sama Bagas? Bertengkar lagi?" Ucap Acha yang menatap Juan.
"Nggak, Bagas ngundang gue buat bicarain kesalahpahaman yang terjadi waktu gue sama dia di sekolah yang sama"
"Bagus dong, kamu jadi bisa bicarain apa selama ini menjanggal di hati kamu, kamu juga pergi sama teman kamu, kan?" Acha mengangguk dan mengelus wajah Juan, dia lalu beralih untuk bertanya kembali.
"Kenapa? Meraka ikut, kan?"
Juan menyentuh tangan Acha, dan tersenyum tipis, "Mereka nggak ikut, gue nggak ijinin mereka ikut"
"Kenapa?"
"Itu perjanjiannya, Acha"
Acha terdiam, dia lalu menganggukkan kepalanya, ada senyuman sedikit ragu di wajahnya.
"...oke, tapi janji kakak pulang harus dalam kondisi Kakak pergi, kakak harus pulang tanpa luka, janji buat jauhin pertengkaran apapun yang nanti bakal terjadi, ya?"
"Kalau soal nggak bertengkar, gue minta maaf, Cha" Juan mengelus kepala Acha, "Gue sama Bagas itu cowok, cowok kalau ketemu cowok terus ada sedikit aja argument, bakal jadi besar masalahnya, apa lagi soal harga diri, jadi gue mohon jangan buat gue janji buat nggak bertengkar"
Acha yang mendengar itu perlahan tersenyum tipis, dia memang sudah tahu bawah harga diri laki-laki adalah harga mati, jadi mau bagaimana pun di katakan untuk tidak bertengkar, jika dengan cara itulah kerjanya, maka Acha mengerti.
"Iya, kakak nggak perlu janji soal itu, kakak janji kalau nanti kakak ada apa-apa, cepat hubungin teman kamu, dan kalau butuh seseorang buat dengerin cerita kakak, kakak datang aja ke rumah, hm?"
Juan mengangguk sambil tersenyum, dia membawa Acha kedalam pelukannya erat.
"Gue janji"
"Iya, makasih"
-Acha-
*See you soon guys 💞💞💞Don't forget to follow, vote, and comment this story!💞💞
KAMU SEDANG MEMBACA
SHE IS ACHA [ON GOING]
Teen Fiction"Ayo berharap, semoga kita nggak egois dengan memaksa satu sama lain, memaksa dunia dan semesta untuk menyatukan kita nanti, kalau dunia dan semesta nggak merestui kita nanti, seenggaknya mereka pernah tau dan menyaksikan kalau kita itu pernah bersa...