Juan tengah duduk santai di kursi kelasnya, tentu saja para sahabatnya ada untuk mengisi setiap moment yang ada, Reyhan yang melawak bersama Haikal, Tama sibuk berbincang dengan Juan, Lahar yang berbicara dengan gadis gadis di kelas nya, Lalu Jaka yang mengghibah bersama Dimas namun tidak di hiraukan."Sumpah ya! Gue udah kayak ngomong sama batu!" Ungkap Jaka kesal sendiri melihat Dimas yang memejamkan matanya acuh.
"Hm," Dehem Dimas.
"Jing? Gue ngomong dari A sampai Z cuman dapet balasan hmmmmmm??? Lo fikir gue nggak cape?"
"Jangan ngomong kalau cape" Sahut Dimas.
"Anjing--"
"JANCOK REYHAN ANYING!! AHAHAHAH BISA-BISANYA LO CURI KOLOR BAPAK LO?! NGGAK MELOROT??" Heboh Haikal menggerebek mejanya.
"Anjirr mulut lo udah kayak toa masjid!!" Reyhan mengusap kasar moncong Haikal.
"Melorot atau nggak, cuy?!"
"Melorot sih, tapi nggak apa-apa daripada gue cuman make sempak? Kan nggak lucu kalau anu gue tuing-tuing"
"Tuing-tuing, lo fikir gunungnya cewek? Paling suaranya kayak lato-lato,"
"Si goblok, lato-lato? Apa nggak pecah itu lo kalau suara nya kayak gitu?"
"Hay manis, bisa kerjain soal matematika gue nggak? Gue bingung soalnya" Ucap Lahar berbicara dengan gadis berambut panjang sebahu.
"Tapi janji nanti malam jalan sama gue, ya?"
"Bisa di atur, babe"
"Okey! Nanti aku balikin kalau udah selesai, Bayy lahar!!"
"Bye!!"
Itulah yang terjadi antara mereka, keseharian mereka tidak jauh dari kerandoman dunia, melucu, berghibah, menggoda, dan berbicara ringan, seperti Juan dan Tama.
"Jadi entar gue sama yang lain ngatur gimana cara buat nongkrong di rumah lo, biar nggak bosan-bosan amat" Ucap Tama.
"Rumah gue bukan tempat perkumpulan jamet-jamet, ya! Kenapa nggak di warung-warung, sih? Biar gue sekalian keluar gitu, sama Acha juga!" Juan berdecak tidak suka dengan ide Tama yang kurang bisa memanfaatkan waktu bersama antara dirinya dan juga Acha.
"Kagak, ya!" Jaka dan Reyhan menggerebek meja dengan keras.
"Gue udah nggak sanggung ngeliat kalian melakukan zina! Sudah cukup kawan! Kalau cinta kawinin langsung! Nggak baik nganggurin diri cuman untuk pacaran!" Ujar Jaka.
"Benar itu! Kalian sebagai sesama kawan harus mengerti teman kalian yang lain! Contohnya saya dan Jaka!"
"Yaelah heboh bener, gue juga jomblo! Nggak apa-apa kali! Entar kita julidin bareng-bareng" ucap Haikal yang tiba-tiba memasukkan dirinya dalam cicrle perjombloan.
"Lo kan udah punya Dara! Ngapain ngaku jomblo?!" Jaka.
"Gue belum nembak dia, entaran aja biar lo pada ada temannya" Santai Haikal.
"Lo juga, Har! Bukannya lo udah nembak Rina tadi malam? Masa mau jalan sama tu cewek? Wahhh parah lo!" Ucap Jaka dengan julit.
"Apaan sih? Walaupun gue playboy dan cewek gue segudang, kalau di hati gue cuman ayang Rina gimana?" Jawab Lahar dengan tampang santai.
"Dih, kalau Rina denger mampus lo!" Songong Haikal.
"Bro, denger nih, Juan mau ngomong" Ucap Tama yang tiba-tiba berdiri dari duduknya yang semula berhadapan dengan Juan, lalu berpindah tempat ke samping Juan.
"Gue mau ketemu sama, Bagas"
"Lah? Cepet banget, udah mau baku hantam?" Ucap Haikal yang me-melototkan matanya.
"Siapa bilang baku hantam? Gue sama dia mau ngomong baik-baik" ucap Juan melipat kedua tangannya dan terkekeh ringan.
"Serius lo? Gue ada feeling kalau si Bagas nggak bakal bisa di ajak bicara baik-baik" Ujar Jaka yang sedari tadi mencurigai sesuatu di balik maksud perkataan Juan.
"Nggak bakal, dia macam-macam kalau gue langgar perjanjian" Sahut Juan mengetuk-ngetuk sepatunya dengan lantai.
"Apa-apaan?! Lo nggak ada ngomong sama gue kalau si Bagas pake perjanjian segala! Lagi pula ini cuman bahas masa lalu, bro! Nggak usah pake acara perjanjian segala!" Ucap Tama sedikit tidak setuju, ada kejanggalan antara perjanjian dan masa lalu mereka.
"Bukan cuma, Ta. Untuk Bagas ini masalah harga diri dan kesalahpahaman yang menurut gue dia bangun sendiri, kita nggak bakal tahu apa yang akan di lakuin Bagas kalau gue ngelanggar perjanjiannya"
"Emangnya perjanjian lo sama dia apa?" Kali ini Dimas yang sedari tadi hanya mendengarkan ikut merta mengkhawatirkan Juan.
"Gue ke markas mereka sendirian, tanpa lo semua dan anak-anak yang lain"
Perkataan Juan sukses membuat teman-temannya tidak terima dan saling melempar tatapan bingung satu sama lain, apa yang membuat Bagas tidak ingin nereka menemani Juan?
"Loh? Loh? Loh?! Apaan si kunyuk! Nggak bisa lah! Lo bayangin, lo sendirian di markas dia yang pasti anak buahnya ada di sana semua! Dan lo datang sendirian? Lo nggak naruh sedikitpun rasa curiga?!" Lahar sedikt berteriak karena tidak suka dengan cara licik Bagas yang menyuruh Juan datang sendiri ke markasnya.
Juan hanya sedikit tersenyum ringan, dia menatap lantai dengan sayu dan mengangkat wajahnya.
"Ada, gue juga nggak mungkin sebodoh itu buat nyerahin diri gue sendiri ke Bagas, tapi lo pada tau sendiri, kan? Gue bukan tipe orang yang nggak bisa ngurus ini sendiri, percaya sama gue" Juan menatap lekat para sahabatnya itu dengan tatapan menyakinkan.
Mendengar hal itu, mereka hanya menganggukkan kepalanya ringan, mereka menganggap bahwa apa yang di katakan Juan memang benar, tidak pernah urusan mereka tidak berakhir dengan baik jika Juan langsung turun tangan untuk menyelesaikan masalah tersebut.
-Acha-
Thank you for reading and enjoy.
Love you guys!
Vote and comment untuk selanjutnya, follow untuk cerita terbaru yang lebih emosional.
💞💞💞💞
KAMU SEDANG MEMBACA
SHE IS ACHA [ON GOING]
Novela Juvenil"Ayo berharap, semoga kita nggak egois dengan memaksa satu sama lain, memaksa dunia dan semesta untuk menyatukan kita nanti, kalau dunia dan semesta nggak merestui kita nanti, seenggaknya mereka pernah tau dan menyaksikan kalau kita itu pernah bersa...