" My hum is only for this universe "
-Acha-
Acha terduduk lesu di depan jendela kamarnya yang langsung mengarah ke jalanan pelalu lalang, ramai sekali, tapi tidak seramai pikirannya, berisik tapi tidak seberisik Kepalanya, aneh rasanya, bagaimana bisa suasana yang tadinya begitu senyap dan damai menjadi canggung dan sesenyap itu?
Apakah dirinya adalah penghalang? Jujur keluarganya memang sangat menyayanginya, tapi tidak jarang mereka akan menganggap dirinya tidak ada, tidak pernah ikut dalam percakapan mereka, itulah keluarganya, bisa terlihat saling menyayangi, bisa juga terlihat saling tidak mengenal, dia bingung apakah itu hanya berlaku untuknya.
" Cape ya.. gue yang selalu berusaha jaga kondisi rumah gue, gue juga yang di salahin karena ngerusak kondisi rumah gue, gue yang berusaha buat menjadi kakak dan putri yang baik, malah gue yang selalu di cari-cari kesalahannya, pengen nyerah tapi keingat perjuangan gue selama 14 tahun ini, rasanya sia-sia kalau nyerah, pengen ngeluh ke bunda tapi gue udah dewasa, pengen cerita ke adek gue, tapi gue motivasinya, cape.. "
Acha memeluk lututnya, dia melihat jalanan, sebuah keluarga yang harmonis membuat dirinya benci diri sendiri, kenapa saat itu dia tidak melerai pertengkaran Ayah dan Bundanya, kenapa?
" Andai waktu itu gue punya kekuatan sendiri, ayah sama bunda pasti masih sama-sama "
Acha pun memilih untuk memasukkan sebuah postingan di Twitter, itupun untuk melegakan hatinya, bukan maksud untuk cari perhatian atau apapun, demi apapun dia hanya ingin lega.
Setelahnya, muncul komentar mengenai dirinya, siapa lagi kalau bukan para sahabatnya, bersyukur dan dia hanya bisa tersenyum.
••••
Malam itu, Juan tengah duduk di teras rumahnya, sambil apa? Yah merokok, tidak mau di pukul oleh mamanya hanya karena asap rokok, sejujurnya Juan tidak masalah jika mamanya harus mengusir dirinya saat merokok, tapi apakah perlu sampai menutup pintu?
Juan yang asik menyesap rokoknya, terdiam saat melihat group WA miliknya, Acha? Ada apa dengan gadis itu? Wahh apakah dia sesibuk itu sampai tidak sempat membuka Twit, Juan pun membalas chat tersebut.
" Akh! Punya teman kagak nyambung semua! " Gerutu Juan, pasalahnya bukannya membalas chatnya temannya justru komat-kamit.
Juan pun memilih untuk mencoba untuk mengirim pesan Acha.
" Acha? Balas ya, please "
Lama setelah itu, Juan langsung memeriksa handphone, akhirnya, Acha membalas pesannya, setelah cukup berbincang, Juan langsung menyuruh Acha untuk keluar dan menunggu dirinya, tentu saja dia akan membawa Acha pergi agar tidak masuk kedalam kesedihannya sendiri.
Di sisi Acha, Acha menatap sendu Room chatnya bersama Juan, dia dengan segera mengganti pakaian dan menunggu Juan di depan Gerbang, bundanya? Tentu saja bundanya akan mengizinkannya pergi, karena dia adalah Acha, bukan Chaca.
••••
Di sinilah, keduanya, Acha yang berdiri di hadapan Juan, sambil menutup wajahnya dengan topi Hoodie nya, Juan yang melihat itu terkekeh, dia pun membuka topi itu dan melihat mata sembab Acha.
" Sampai bengkak gini, Cha "
Bukannya menjawab, Acha malah menangis, Juan yang memang tidak bisa melihat seorang perempuan menangis pun langsung mendekap Acha, begitu erat.
" Nangis aja Cha, gue ada di sini "
" Gue Cape kak, gue juga manusia, gue bisa cape, gue berhak ngeluh, Tapi kenapa seakan gue adalah manusia yang paling beruntung? "
Juan menepuk kepala Acha pelan, dia mengecup dan mengelus kepala Acha, sakit, seorang perempuan menangis, jangankan Acha, jika mamanya menangis, Juan akan ikut menangis.
" Gue bukan penceramah dan penasehat yang baik. Tapi Acha, apapun keadaan lo, lo berhak ngeluh, lo berhak nangis, lo berhak cape, nggak ada yang bisa nahan lo untuk itu "
" Kak Juan.. "
" Udah-udah, si cantik malah jadi si cengeng "
Acha masih terdiam di pelukan Juan, tidak ada niat untuk melepasnya, ini nyaman, hangat dan dia merasa aman, pelukan Juan adalah hal ternyaman yang pernah dia dapatkan setelah 14 tahun lamanya.
" Kak Juann "
Acha bersuara bak anak kecil yang merengek, terdengar jika hidungnya tersumbat.
" Cieeee yang lagi nangis hahahaha "
Suara itu mengagetkan keduanya, Acha langsung memeluk Juan, menyembunyikan wajahnya, melihat itu Juan pun menutup Acha, dia menyentuh kepala Acha supaya wajahnya tidak terlihat.
" Eh cunguk! Apa-apaan Lo malah muncul di sini! " ketus Juan.
Sedangkan pelaku penciduk itu hanya tertawa sambil memotret mereka berdua.
" Eh Haikal! Lo bener-bener ye! Tengil banget jadi orang "
Satu lagi, muncul seorang laki-laki lagi, dia adalah Tama.
" Tama, Haikal, lo berdua kenapa bisa di sini? "
Juan masih memeluk Acha, dia sempat berfikir kenapa dia tidak memanfaatkan ini? Memeluk Acha yang kecil, ahh benar-benar nyaman.
" Kak Juan, aku malu, " bisik Acha.
" Eh lo pada pergi deh sana! Cewek gue malu kan jadinya "
" Napa malu sih neng, kakak nggak gigit kok "
" Haikal gue tampol ya! "
" Iya-iya ah! "
Lalu mereka berdua pun pergi sambil tertawa, Sekilas Juan tertsenyum dan mengangkat tangannya sebagai tanda terimakasih untuk sahabatnya itu.
" Selowww!! " Teriak Haikal.
" thank you for your time, for the sake of the universe I am very grateful "
-Acha-
Vote dan komentarnya di tungguin ya..
Selamat membaca dan terimakasih sudah membaca.
Seperti biasa, Dukungannya di kirim aja lewat pos berbetuk bintang di bawah, dan tulis untuk kelanjutan chapternya di kotak pesan bawah! Okeyy..
KAMU SEDANG MEMBACA
SHE IS ACHA [ON GOING]
Novela Juvenil"Ayo berharap, semoga kita nggak egois dengan memaksa satu sama lain, memaksa dunia dan semesta untuk menyatukan kita nanti, kalau dunia dan semesta nggak merestui kita nanti, seenggaknya mereka pernah tau dan menyaksikan kalau kita itu pernah bersa...