Bab 28

5 2 0
                                    

-Acha-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-Acha-

Relaxing cafe. Sebuah restoran di pinggir jalan milik keluarga Acha, kini di isi oleh circle Acha sendiri, Mawar, Rina, Dara, dan satu lagi, cewek yang baru saja gabung bersama mereka, Yaitu Jeje.

Anggota inti Kārvounō juga sudah kenal dengan Jeje sejak gadis itu menjadi pacar Tama, hanya saja Jeje tidak ingin mencolok, jadi dia hanya diam dan ikut bergabung bersama Acha, itu juga karena Tama yang memaksanya.

"Hai, Nama gue Acha" Acha mulai memperkenalkan dirinya saat menyadari suasana canggung semakin menerobos mereka.

"Oh kalau gue Mawar, salam kenal" ujar mawar setelah mendapat dorongan bahu dari Acha.

"Gue Rina"

"Gebetannya kak Lahar" mawar menutup mulutnya berniat untuk menggoda Rina, justru sang empu malah menatapnya tajam.

"Sorry, Rin"

"Gue Dara, pacarnya kak Haikal" Ucap Dara dengan intonasi menyakinkan, mereka di buat melongo dengan keberanian Dara yang mengakui dirinya sebagai pacar Haikal, padahal setiap bertemu mata mereka selalu ingin saling mencakar satu sama lain.

"Gue Jeje, kalian pasti udah tau siapa gue" Jeje tertawa kecil, mereka sudah tau bahwa Jeje adalah pacar Tama, gadis bermata tajam namun senyumnya begitu manis dan lucu, saat tertawa maka gusinya akan terlihat, memperlihatkan gigi kecilnya.

"Iya, kita tahu kok, Jeje pacarnya Kak Tama, wakil ketua Kārvounō" Mawar.

"Nah, berhubung kita udah disini semua, gimana kalau bicara-bicara santai biar saling kenal? Nanti kalau di sekolah jangan malu tegur sapa, ok?" Rina kini mulai membuka sesi perkenalan agar mereka saling mengenal satu sama lain dan tidak saling acuh.

"Dan ini," mawar merangkul pundak Acha "Pacarnya Ketua Kārvounō, Kak Juan, kalau ada apa-apa bicarin ke dia aja, udah pasti nggak beres"

"Ihh apa-apaan sih lo mawar! Sok asik!" Acha melepas rangkulan dari mawar dengan wajah kesal, sedangkan yang lain hanya tertawa.

"Lo pacarnya kak Juan, Kak Luna udah putus sama Kak Juan?" Tanya Jeje, membuat suasana kembali kaku dan canggung.

"E-emm, Gini Je, Kak Juan sama Kak Luna udah putus dari lamaaaaaaa banget, nah untuk sekarang jangan bahas cewek cabe itu lagi, ya? Kasihan Acha" Ujar Mawar.

Mendengar hal itu Jeje berbinar, dia kini menyamankan posisi duduknya agar bisa dekat dengan Acha.

"Serisu?! Eh, kalau kalian mau tau kenapa gue jarang kumpul sama geng Karvo, nih gue kasih tahu, Si Luna nempel banget sama Juan, bahkan dia sampai senggol-senggol gue buat jaga jarak dari mereka, Luna ngerasa kalau satu-satunya perempuan di geng Karvo itu Dia! Harus hanya dia!"

"Dan itu yang buat Kak Tama sama gue jadi nggak bisa punya waktu leluasa karena Kak Tama selalu ngikutin Kak Juan, sedangka Kak Juan di sampingnya selalu ada Luna,"

"Waktu gue tau kalau Luna pergi ke amerika gue jadi bahagia banget! Gue sama Kak Tama jadi punya waktu berdua lebih banyak dan gue jadi sering main sama anggota geng Karvo lagi"

Mereka yang mendengar penjelasan Jeje seketika geram, ada yang meminum jusnya dengan brutal, ada yang meremas tasnya dengan kuat, ada yang serius setengah nyawa, dan ada juga yang menganga tidak percaya.

Prok!

Mawar menepuk tangannya tidak percaya, dia menunjuk Jeje dengan senyuman Lebarnya, dia masih tidak menyangka bahwa Jeje sangat sefrekuensi dengan mereka, "Lo... Harus dan mesti gabung sama geng kita! Lo itu sefrekuensi dan sehati sama kita-kita, Je!!"

Dara dan Rina saling melirik dan mengangguk satu sama lain, sedangkan Acha menunjukkan jempolnya mantap, "gabung aja, Je"

"Gue sama Lahar, Dara sama Haikal, Acha sama Juan, Mawar sama Dimas, dan Jeje sama Tama! Ihhh lucu banget nggak, sih!" Rina berteriak kesenangan sambil memeluk Acha.

"Sama Kak Dimas?! Heh! Gue mandi bersih tiap hari kalau sama dia! Apa nggak putus tali urat gue kalau sama Kak Dimas?! Ngaco banget, ih!" Mawar memeluk dirinya sendiri membayangkan bagaimana dia dan Dimas akan selalu adu bacot jika berpapasan, jangankan berpasangan, saling bertemu saja sudah menaikkan bendera tanda perang.

"Siapa tahu, kan? Biasanya yang sering bertengkar satu sama lain itu, bisa jadi... Jodoh!" Rina.

"iya, hahaha" mereka berlima pun tertawa.

Mereka semua sudah pulang, tidak terkecuali Acha yang sibuk mengunci pintu tokonya, sebentar lagi Juan akan sampai untuk menjemputnya, jadi sebelum Juan sampai Acha akan mempercepat diri dan menunggunya di kursi depan.

Acha memasukkan kunci toko itu setelah berhasil dengan susah payah menguncinya karena kaitan pintu dan lantai yang terlalu mepet membuat acha harus sedikit mengangkatnya agar tidak membunyikan decitan.

Di depan Acha, seorang laki-laki bertubuh tinggi berhenti dengan nafas yang memburu, laki-laki itu terlihat berlari untuk datang ke cafenya ini.

"E-em... Siapa?" Ujar Acha sedikit menunduk untuk melihat siapa laki-laki yang tengah berjongkok menarik nafas itu.

"Mbak, cafenya udah tutup?" Laki-laki itu membuka suara setelah sekian lama hanya melakukan ekshalasi dari mulutnya.

"Iya, masnya mau beli, ya?"

"Iya, Mbak. Tapi udah keburu tutup" Laki-laki bangun dan duduk di kursi kayu.

"Masnya mau balik besok lagi? Besok bukanya dari jam 08.00 pagi sampai 14.30 sore, habis itu malamnya dari jam 19.30 sampai 22.50" Jelas Acha sambil memasukkan Handphone nya ke dalam tas kecilnya.

"Gitu. Besok saya usahain, terimakasih infonya, Mbak"

"Iya, sama-sama"

Sebuah motor berhenti di depan mereka berdua, bukannya senang, Acha justru bingung dengan tatapan Juan yang menunjukkan sirat tidak bersahabat sama sekali dengan pelanggan nya ini, apakah mereka musuh? Tapi,

"Kak? Hey, kenapa?"

Juan tidak menggubris panggilan Acha, Juan hanya menatap tajam Laki-laki itu sambil menyiratkan sesuatu dari matanya, anehnya lagi, laki-laki itu tersenyum kemenangan, entah karena dia telah menemukan sesuatu atau karena hal yang lain.

"Berengsek lo, Albagas!!"

-Acha-

-Acha-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


****

Enjoy this story, okay?!
Don't forget to give this story vote and comment, ya?

•Jeje berhubungan selama 3 tahun bersama Tama, yang berarti sudah sejak kelas 10 SMA dan kakel dari Acha dkk, sefrekuensi karena bergabung di organisasi osis yang memberinya pengalaman bersosialisasi dan juga berita sekolah.

•Tidak terlalu dekat dengan Acha dkk karena kelas akhir dan banyaknya yang harus di lakukan sebagai OSIS untuk OSIS selanjutnya.

See you guys, I hope you like this hihi!

Love youu

SHE IS ACHA [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang