11. Playdate

3.7K 209 0
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"

Bi Murni di rumah saja ya, Bibi istirahat. Itu batuknya makin parah kalo bi Murni kerja terus. Semua udah Shana beresin jadi Bibi pokoknya tidur saja." ujar Shana dengan nada yang lembut. Dia benar-benar merawat bi Murni seperti ibunya sendiri.

Bi Murni memang sering batuk-batuk dari seminggu yang lalu. Shana sudah membawanya ke dokter dan menyuruhnya untuk istirahat total. Awalnya beliau masih nurut tapi lama-lama beliau sudah segan untuk hanya tidur saja. dia terus membereskan rumah dan memasak untuk Shana.

"Tapi bibi ini kan bekerja disini neng. Gak enak kalau Cuma tidur doang." Ujarnya setiap kali Shana memintanya untuk beristirahat.

"Iya bi, tapi kondisinya sekarang kan bibi sedang sakit. Bibi istirahat dulu kalau sudah sembuh baru boleh bekerja lagi. atau kalau perlu bibi mau pulang dan istirahat di rumah dulu? Baru nanti Bibi boleh kembali lagi kesini." Shana tidak bermaksud mengusir sama sekali. dia hanya merasa kasihan jika bi Murni bekerja saat sakit. mungkin jika di rumahnya sendiri bi Murni bisa beristirahat dengan baik dan bisa dirawat oleh anak-anaknya. Shana merasa bi Murni juga rindu dengan anaknya jadi sering sakit-sakitan seperti itu.

"Boleh neng? Saya juga kangen sama anak saya. sebentar lagi anak saya wisuda dari SMA jadi saya ingin datang melihatnya." ujar bi Murni dengan jujur.

Sekarang Shana paham, Bi Murni sakit karena memikirkan hal tersebut. dia pasti tak enak minta izin libur dari Shana karena memang bi Murni sudah sering meminta libur. Kemarin dia libur karena anak pertamanya menikah. Kemudian, ketika dia menerima cucu. Dan sekarang anak yang terakhir akan wisuda SMA. Tapi Shana tak keberatan dengan itu semua.

"Yaampun Bi, Gak papa dong. Bibi tuh jangan sungkan kalau mau apa-apa. yaudah nanti biar Shana siapkan transportasinya. Bibi tenang aja ya. Lagipula Seira juga sudah besar dan bisa aku tangani sendiri." ujar Shana membuat bi Murni tersenyum gembira.

"Makasih ya neng Shana udah baik banget sama Bibi. Selama ini neng Shana sudah menganggap bibi sebagai ibu sendiri."ujar bi Murni dengan mata berkaca-kaca.

"Sama-sama Bi. Shana juga berterimakasih karena selama ini Bibi sudah membantu Shana merawat Seira." Ucap Shana dengan tulus.

Pagi itu juga Bi Murni mengemas beberapa pakaiannya. Dia mungkin akan pulang selama seminggu. Shana pun membantu bi Murni membereskan pakaiannya dan membantunya memasukkan ke dalam Grab yang telah ia pesan.

"Ini sedikit untuk Bibi. Semoga bisa bermanfaat ya." Shana memberikan amplop berisi beberapa lembar uang untuk bi Murni. Anak-anak bi Murni pasti senang ibunya akan hadir di wisudanya nanti.

"Ini juga, ada hadiah sedikit untuk Anak ibu. Semoga anaknya suka ya." Shana menyerahkan paperbag berisi hadiah untuk anak bi Murni. Dia tadi memesan mendadak ke toko online dan untungnya sampai dengan cepat. Jadi dia bisa memberikannya saat itu juga.

"Terimakasih banyak Neng Shana. Bibi gak tahu lagi harus membalas neng Shana dengan apa." Bi Murni menangis terharu mendapatkan perhatian dari Shana.

"Itu hanya sedikit Bi. Salam ya buat Bibi dan keluarga. hati-hati di jalan." Shana tersenyum kemudian menyalami bi Murni. Tapi sebelum pergi bi Murni memeluk Shana erat. Beliau benar-benar bersyukur bisa bertemu dengan orang baik seperti Shana.

"Bibi hanya bisa mendoakan semoga neng Shana diberi kelancaran rejeki juga mendapatkan jodoh yang terbaik ya. Siapapun lelaki yang mendapatkan neng Shana pasti lelaki itu sangat beruntung." Shana mengangguk mendengar doa bi Murni dan tak lupa mengaminkannya.

Shana masih berdiri mengawasi bi Murni hingga mobil itu tak terlihat. Dia kemudian masuk dan membangunkan putri kecilnya.

Tepat setelah dzuhur, Shana dan Seira berangkat menuju mall. Mereka tak lupa untuk mampir dulu ke rumah bang Shaka untuk menjemput Ken dan Kinan. Seira sudah bersemangat ingin bertemu dengan kedua kakanya itu.

"Halo kakak Ken dan Kinan. Seira kangen banget." Ujar Seira setelah bertemu dan berpelukan dengan kakak-kakaknya itu.

Shana dan Visha hanya bisa tertawa kecil melihat keakraban mereka. Kalau lama tak bertemu pasti mereka rajin videocall atau langsung minta bertemu. Kadang mereka juga playdate ke mall atau ke taman bermain.

"Oke anak-anak. Ayo kita berangkat!" ajak Shana membuat ketiga anak itu bersemangat. mereka langsung masuk mobil dengan riang gembira.

"Let's Go Mami!" Teriak Seira bersemangat.

Sesampainya disana Seira dan kakak-kakaknya asik bermain salju sedangkan Shana dan Visha asik mengoborol sembari meminum kopi. Mereka akhir-akhir ini memang jarang bertemu jadi di kesempatan kali ini mereka menghabiskan waktunya untuk mengobrol tentang kehidupan.

Mereka bermain cukup lama hingga sore hari. Anak-anak sudah mengeluh kelaparan jadi mereka menyelesaikan bermainnya dan pergi ke tempat makan. setelah sampai ke dalam restorannya Shana pamit kepada kak Visha untuk shalat ashar terlebih dahulu.

Shana pun pergi ke mushola yang ada di mall tersebut. letaknya cukup terpecil jadi dia sulit mencarinya. Dia mengambil air wudhu dan mengeluarka mukena travel yang selalu ia bawa kemanapun. Seperti yang orangtua ajarkan kepadanya bahwa dimanapun kita berada kita harus tetap menjalankan Shalat.

Usai shalat, Shana keluar dari mushola. Dia sedang memakai sepatunya dengan posisi berjongkok, ketika hendak berdiri dia tak sengaja menginjak roknya sendiri hingga dia hampir terjerembab ke belakang. untung saja ada sebuah tangan yang menahan tangan Shana namun secepat kilat dia juga melepaskan tangan perempuan itu hingga Shana terjerembab ke belakang.

"Eh maaf mbak, saya reflek melepaskan karena sudah wudhu tadi. tapi sudah terlanjur juga menyentuh mbaknya. Maaf ya mbak." ujar lelaki itu dengan penuh penyesalan.

"Gak papa mas, gak papa. maaf mas jadi batal wudhunya." Ujar Shana tanpa melihat kearah lelaki itu karena terlalu fokus pada pantatnya yang terasa sakit.

"Mbak gak papa? Sini saya bantu berdiri." Lelaki itu hendak membantu Shana berdiri namun perempuan itu dengan cepat menolaknya.

"Tidak mas, tidak papa. silahkan lanjutkan shalatnya saja."ujar Shana sembari melihat sekilas kearah lelaki itu.

Untung saja tidak banyak orang disana jadi rasa malunya tidak terlalu berlebihan. Coba saja kalau banyak orang pasti dia akan mendapatkan rasa malu juga disaat dia harus menahan rasa sakitnya.

Shana perlahan berdiri dengan susah payah dan lelaki itu sudah pergi ke tempat wudhu lagi. Perempuan itu kemudian melangkahkan kakinya dengan menahan rasa sakitnya kembali ke tempat mereka makan.

Di perjalanan Shana berpikir tentang lelaki itu. walaupun hanya sekilas tapi rasanya dia tak asing bagi Shana. Sepertinya dia pernah melihat lelaki itu tapi dia tak ingat dimana. Dia berusaha mengingat tapi tak juga ketemu. Akhirnya dia memutuskan untuk melupakannya saja daripada ia pusing sendiri.

Shana menghentikan langkahnya di sebuah toko tas ternama. Dia berhenti karena melihat seseorang yang mirip dengan teman yang sudah lama menghilang. Ya, dia seperti melihat Sarah. Walaupun sudah lima tahun tak bertemu tapi dia yakin betul itu Sarah. Dilihat dari perawakannya juga rambutnya yang selalu dibiarkan tergerai panjang.

Shana hendak mendekati perempuan itu tapi dering ponsel menginterupsinya. Ternyata itu dari Kak Visha yang menanyakan keberadaannya karena Seira terus merengek mencari dirinya. akhirnya Shana mengurungkan niatnya itu dan memilih untuk melanjutkan langkahnya menuju restoran tempat mereka makan.

"Sarah aku yakin itu kamu. Paling tidak aku sudah tahu kamu sudah ada di dekat kami lagi. suatu saat nanti aku pasti akan mempertemukanmu dengan Seira." Ucap Shana dalam hati.

***

Terimakasih sudah membacaaa ceritaku

May Allah blessed us and give a happiness :))

Unexpected Child ( Terbit ✅️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang