41. Tak Percaya

2.2K 124 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


***

Plakk....

Tamparan itu mendarat mulus di pipi Shana. dia belum lepas dari rasa terkejut yang pertama dan kini dia tambah terkejut dengan tamparan itu.

"Jauhi anak saya sekarang juga! Wanita gak bener!" ujar bu Wisa dengan nada penuh amarah.

"Belum apa-apa kamu sudah berani menduakan anak saya. bahkan terang-terangan kencan dengan lelaki yang populer itu. beraninya kamu membodohi anak saya." Bu Wisa terus menyudutkan Shana tanpa henti.

"Tante, ini semua salah paham. Saya dan Shawn tak ada hubungan apapun." Shana berusaha menjelaskan tapi bu Wisa seakan tak mau mendengarkannya.

"Saya bukan orang bodoh yang bisa kamu tipu Shana. saya sudah lihat banyak bukti. Sarah punya semua foto-foto kamu ketika di kafe, ketika dia di rumah ini berduaan denganmu, dan berjalan-jalan bersama. apakah itu bisa disebut teman? Orang bodoh mana yang mau ditipu oleh perempuan licik sepertimu?" Shana sudah tak bisa berkata-kata lagi.

Ternyata Sarah adalah dalang dari semua ini. dia menggunakan cara kotor untuk merusak reputasi Shana.

"Oh, jadi kamu Sar yang bikin berita bohong ini. kamu yang merencanakannya?" Shana langsung mencecar Sarah yang sedari tadi hanya berdiri di belakang Bu Wisa.

"Kamu tidak punya hak menyerang dia. Berkat Sarah semua kebusukanmu terbongkar Shana." Bu Wisa mencoba menghalangi Shana yang hendak berbicara dengan Sarah.

"Tapi dia memfitnah saya. semua yang dia katakan itu bohong." Shana mulai kesal dan tak terima dipojokkan terus terusan.

"Dia yang hamil di luar nikah, dia yang lari dari tanggungjawabnya sebagai seorang ibu. Saya sudah menolongnya tapi apa yang dia lakukan sekarang? dia malah menusuk saya dari belakang." Ujar Shana menggebu.

Karena emosinya, Sarah reflek mendorong Shana hingga perempuan itu terdorong ke belakang dan menabrak meja kecil yang ada disana. Shana merintih kesakitan akibat benturan itu.

"Hey, ada apa ini?" Untung saja Daren segera datang dan melerai pertengkaran mereka.

"Daren, kenapa kamu disini? kamu semalaman tidak pulang karena tidur bersamanya?" Tanya bu Wisa tak percaya dengan keberadaan Daren disana.

"Ma, kita bicara baik-baik. jangan seperti ini." ujar Daren mencoba menenangkan mereka semua.

Lelaki itu berdiri di samping Shana dan memastikan bahwa perempuan itu baik-baik saja.

"Ikut mama pulang Daren! Jangan berurusan lagi dengan wanita licik ini." Bu Wisa mencoba menarik tangan Daren untuk pergi dari sana.

"Mama, apa yang mama lihat itu salah paham. Shana hanya sebatas teman dengannya." jelas Daren bersikeras mempertahankan nama baik Shana.

"C'mon Daren, kamu Cuma dibodohi olehnya. Sudah jelas mama pilihkan calon istri yang baik untukmu, tapi kamu malah memilih sampah sepertinya. Kalau sekarang saja sudah berani seperti ini, mungkin setelah menikah dia akan bermain di belakangmu." Ujar bu Wisa dengan nada sinisnya.

"Maaf ya bu Wisa yang terhormat, saya tidak pernah sedikitpun ada niat untuk berkhianat maupun menyakiti anak ibu. Saya mungkin bukan dari keturunan darah biru atau keluarga ternama tapi saya selalu diajarkan oleh orangtua saya untuk tidak melakukan hal-hal buruk seperti itu."

Shana sudah tak tahan lagi dengan segala hal buruk yang mereka lontarkan padanya. dia tak bisa diam saja untuk waktu yang lama. dia tak bisa terus diinjak-injak seperti itu.

"Banyak sekali alasanmu. Kamu bersikeras mempertahankan Daren agar tidak kehilangan sumber kekayaanmu kan. Kamu sudah tahu kalau menikah dengan anak saya kehidupannya akan terjamin. Sudah tentu, kamu menghalalkan segala cara agar Daren tetap disisimu." Bu Wisa menyunggingkan senyum getirnya kearah Shana.

"Mama cukup!" Daren sudah muak mendengarkan perdebatan mereka selama ini.

"Aku punya banyak bukti mengenai Sarah. Tentang dia dan Sei.." belum sempat Daren menyelesaikan ucapannya, Shana sudah lebih dulu menghentikkannya.

Shana melihat Seira yang mengintip perdebatan mereka di balik tembok. Dia tak ingin gadis kecilnya itu mendengar semuanya. Itulah kenapa dia menghentikan ucapan Daren.

"Sekarang, terserah tante mau berpikir apa tentang saya. yang terpenting saya sudah menjelaskan semuanya sebenar-benarnya. Jadi saya mohon cukup sampai disini, silahkan pergi dari sini." Shana mengusirnya dengan terang-terangan tetapi dengan nada yang cukup sopan.

"Siapa juga yang mau berlama-lama disini. kalau bukan karena Daren saya tak akan menginjakkan kaki di rumah perempuan licik sepertimu." Ujarnya sebelum pergi meninggalkan rumah Shana.

"Daren, pulang sama Mama!" perintah bu Wisa tak terbantahkan. Lelaki itu sempat ingin menolak tapi Shana mengisyaratkan agar dia menuruti saja perkataan ibunya.

"Mama tunggu di mobil saja, aku mau ambil tas ku dulu." Bu Wisa mengangguk pelan lalu tanpa berpamitan dia pergi begitu saja.

Shana langsung jatuh terduduk di lantai. Kakinya rasanya lemas dan tak dapat menopang tubuhnya lagi.

"Shan, maafin mama ya. Aku gak tahu kalau bakalan seperti ini." Daren merasa bersalah dengan tindakan Mamanya itu.

"Are you okay Shan?" Tanya Daren karena tak mendapatkan respon dari Shana. perempuan itu sudah susah payah menahan air matanya. tapi kini pertahanannya runtuh begitu saja.

Dia menangis sampai bahunya bergetar, "Bagaimana aku bisa baik-baik saja Daren setelah mendapat tamparan dari mamamu. Punggungku juga sakit terkena meja itu. hatiku lebih sakit mendengar kata-kata buruk mereka." Shana mengeluarkan segala unek-uneknya di depan Daren.

Ya, tentu saja dia tak baik-baik saja. Daren menyesali pertanyaan bodohnya itu. Lelaki itu segera memeluk Shana erat. Dia memeluknya agar Shana segera merasa tenang.

"Mami!" kemudian gadis kecil itu ikut memeluk Shana. dia menenangkan ibunya dengan pelukan hangat.

***

Terimakasih sudah membacaa :)

Jangan lupa vote dan komentranya biar aku semangat update cerita :)

See u to the next part ==>

Unexpected Child ( Terbit ✅️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang