***
Seira selalu bersemangat berangkat sekolah seperti biasanya. Kini Shana tak perlu susah-susah lagi membangunkan Seira untuk sekolah karena dia sudah bangun sendiri tanpa diminta. Dia begitu bersemangat bersekolah karena sudah memiliki banyak teman baru.
Sampai suatu ketika, Seira pulang sekolah dengan wajah sedihnya. Dia tak bersemangat seperti biasanya. Shana khawatir putrinya itu sedang sakit. tapi ternyata Seira sehat-sehat saja.
"Seira, kenapa nak? Kok sedih gitu?" Tanya Shana pada putrinya.
"Mami, Kapan Seira punya Ayah sendiri? teman-teman Seira tadi menceritakan tentang Ayah mereka. Ayah mereka selalu mengajaknya jalan-jalan dan bermain. Bahkan membelikan mereka kado boneka yang besar. Seira juga ingin Mami." Ucapnya lirih dengan kepala menunduk dalam.
Hati Shana serasa dihujam oleh bongkahan batu besar. hatinya ikut sakit ketika mendengar keluhan Seira. Selama ini dia mengaggap Seira tak memikirkan tentang Ayahnya ternyata dugaannya salah. Semakin besar Seira akan semakin butuh sosok seorang Ayah.
"Kan Seira udah punya Ayah Shaka. Dia kan juga baik sama Seira. Sering beliin Seira kado juga kan." Shana mencoba menghibur Seira tapi nyatanya putrinya itu sudah mengerti.
"Ayah Shaka kan Ayahnya kakak Ken dan Kinan Mami, dia tidak tinggal bersama kita Mami. Seira itu maunya punya Ayah sendiri, yang bisa tinggal sama Seira dan Mami. Yang selalu menemani Seira Mami." Jelas anak itu sembari menatap wajah Shana sendu.
Shana menghela napasnya pelan. Ternyata Seira sudah berpikir sampai kesana. Gadis kecilnya kini sudah memahami mengenai orangtua aslinya. jujur, Shana belum siap menceritakan semuanya. Kebenaran mengenai Seira. Shana hanya ingin putrinya itu tumbuh menjadi anak yang ceria dan tak mengingat tentang luka masa lalunya.
"Kalau begitu Seira berdoa ya sama Allah. Kan Mami udah ajarin sama Seira kalau ingin sesuatu mintanya sama Allah, karena Allah-lah yang memiliki segala-galanya di muka bumi ini." ujar Shana mencoba menenangkan Seira.
"Oke Mami, Seira boleh minta Ayah yang seperti Om dokter gak Mami?" pertanyaan polos Seira tersebut berhasil membuat Shana terpaku.
Sudah lama Seira tak membahas mengenai Daren. Dia sengaja tak membiarkan Seira menghubungi ataupun membicarakan mengenai Daren. Setelah pernyataan Daren kemarin, Shana benar-benar meminta petunjuk dari Allah. Dia shalat istikharah untuk memantapkan hatinya.
Tapi dia masih ragu akan semua itu. rasanya mustahil jika keluarganya nanti tidak keberatan dengan kehadiran Seira. Dia tak ingin keluarganya itu memandang sebelah mata tentang putrinya.
Dan kali ini Seira mulai membahas mengenai Daren lagi setelah seminggu ini dia berusaha untuk sejenak tak memikirkannya. entah itu pertanda atau hanya kebetulan belaka. Shana masih terpaku di tempatnya hingga teriakan Seira menyadarkannya.
""Mami! Mami kenapa melamun? Mami gak dengerin Siera ya?" ocehnya membuat Shana menggelengkan kepalanya pelan.
"Maaf sayang, Mami melamun. Yaudah yuk kita pulang ya." Ajak Shana yang dijawab anggukan oleh Seira.
"Mami, Seira mau makan chicken sama es krim." Pinta gadis kecil itu pada Maminya. Shana pun langsung menyetujuinya tanpa penolakan. Sebenarnya dia tadi sudah memasak untuk Seira tapi tak apa, bisa dimakan untuk sore nanti.
Setelah memarkirkan mobilnya, Shana mengajak Seira untuk turun. Tempat itu sudah mulai ramai karena akan memasuki jam makan siang. Shana memilihkan tempat duduk untuk Seira dan mendudukkan anaknya disana sembari menunggu dirinya memesan makanan.
"Seira duduk disini ya, Mami mau pesan makanan. Nih kamu mainan ponsel Mami dulu." Seira mengangguk patuh sembari menerima ponsel milik Shana.
Shana harus sabar menunggu tiga antrian lagi. dia menoleh kearah Seira yang masih asik bermain dengan ponselnya. Sampai di antriannya dia langsung memesan dan membayarnya sekaligus. Setelah selesai dia kembali ke tempat duduk mereka.
"Seira, Makan dulu ya, Hp nya di letakkan dulu." Perintah Shana pada putrinya yang langsung dituruti oleh Seira.
Shana membersihkan tangan putrinya terlebih dahulu dengan tissu basah lalu baru memperbolehkannya makan. Seira begitu lahap memakan ayam kesukaannya. Bahkan jika diberi tiga potong ayam dia bisa menghabiskannya sendiri.
Ketika sedang menikmati makanannya, pandangan Seira teralihkan ke seseorang. Gadis kecil itu langsung melambaikan tangannya dengan semangat.
"Om Dokter! Om dokter, Seira disini!" teriaknya membuat Shana langsung meminta Seira untuk diam karena semua orang sedang memperhatika mereka.
"Seira, gak boleh teriak-teriak nak." Pintanya membuat Seira mengangguk patuh lalu meminta maaf pelan.
"Hai Seira, hai Shan." Sapa seseorang yang menghampiri mereka. Shana pikir Seira hanya salah panggil orang tapi ternyata dia benar-benar melihat Daren disana.
Shana merasa canggung dengan kehadiran Daren. Dia belum siap jika harus bertemu dengan lelaki itu. dia sudah berusaha menata hatinya tapi tetap saja ketika bertemu langsung seperti itu rasanya berbeda. Ada debaran di hati Shana dan tak bisa dijelaskan rasanya.
"Hai om dokter, Seira kangen banget sama Om dokter." Ujar Seira lalu langsung menghambur ke pelukan Daren.
Hati Shana selalu saja menghangat jika melihat betapa dekatnya Seira dengan Daren. Dia tak tega jika harus memisahkan Seira lagi dengannya. terlihat betapa Seira merindukan om dokternya itu.
"Kamu tidak bekerja?" Tanya Shana pada lelaki yang duduk di hadapannya itu.
"Aku sedang istirahat tadi. tiba-tiba Seira menelpon dan memberitahuku kalian sedang makan disini. jadi sekalian saja deh aku makan siang disini." jelasnya membuat Shana terkejut. Ahh, Shana baru teringat ponselnya tadi dia berikan pada Seira. Tentu saja dia tadi sibuk bermain ponsel karena sedang berbincang dengan Daren.
"Maafkan aku Daren, aku tidak tahu jika Seira tadi menelponmu." Ujar Shana tulus.
"Tak apa. lagipula aku juga merindukan Seira. Sudah cukup lama kita tidak bertemu." Ucapnya jujur.
"kalau begitu aku pesankan makanan dulu ya." Tawar Shana yang dijawab anggukan oleh Daren.
Lelaki itu sepertinya ingin melepas rindu dengan Seira. Shana pun pergi ke kasir kembali untuk memesan makanan dan membiarkan keduanya bercengkrama sembari melepas rindu.
"Thanks, Shan." Ucapnya ketika makanannya telah tiba.
"Seira, duduk dulu ya nak, biar om dokter makan dulu." Ujar Shana memberitahu putri kecilnya. Namun gadis kecil itu seakan tak mau beranjak dari pangkuan Daren.
"Seira, sini mami pangku. Kasian om dokternya mau makan dulu." Perintah Shana lagi pada putrinya yang tak mau pisah jika sudah menempel pada Daren.
"Biarkan seperti ini saja Shan, aku gak repot kok." ujar Daren dengan santainya. Tapi tetap saja Shana merasa tak enak.
"Lanjutkan makanmu juga Shan. Tuh belum abis kan." Sontak Shana pun melihat piring makannya yang juga masih penuh. Akhirnya dia pun setuju dan menghabiskan makanan mereka dalam hening.
***
Terimakasih sudah membaca :))
KAMU SEDANG MEMBACA
Unexpected Child ( Terbit ✅️)
RomansMemiliki anak di umur dua puluh empat tahun mungkin menjadi hal wajar bahkan sudah banyak terjadi saat ini. Namun, bagaimana jika anak tersebut bukan anak kandungnya sendiri? Dia harus mengurus dan membesarkan anak yang bukan darah dagingnya sendiri...