***
"Seira bangun nak, ini udah siang loh. Yuk ikut mama ke Kafe." Ajak Shana sembari berjalan menghampiri putrinya yang masih berada di bawah selimut.
Shana mengusap pelan wajah Seira berniat untuk membangunkan putri kecilnya itu, tapi dia merasakan pipi Seira panas. dia menyentuh dahi Seira dan merasakan hal yang sama. Dengan cepat Shana mengambil thermometer di laci meja nakas dan memakaikannya di mulut Seira.
Perempuan itu begitu terkejut ketika melihat suhu badan Seira mencapai 38 derajat. Tanpa pikir panjang lagi dia langsung menggendong Seira dan membawanya ke rumah sakit. Shana menyambar tasnya sembarangan dan mengambil kunci mobilnya.
Seira duduk di pangkuan Shana sembari dia menyetir. Gadis kecil itu terus bergumam tidak jelas. Shana terus menciumi kening Seira untuk menguatkan gadisnya itu. entah apa yang terjadi dengan Seira hingga bisa terkena demam.
Sesampainya di rumah sakit Shana langsung menuju ruang administrasi untuk mendaftar. Saking paniknya dia menjatuhkan isi tasnya hingga berserakan. Dia begitu kerepotan karena harus menggendong Seira juga.
"Biar saya gendong anaknya mbak, saya lihat mbak kerepotan." Tawar seorang lelaki yang memakai jas dokter. Shana pun langsung menyerahkan Seira kepada lelaki itu. dia tak banyak berpikir karena ingin Seira segera mendapatkan perawatan.
Shana langsung mengurus administrasinya dan mendapatkan antrian yang cukup lama. Shana mendengus kesal. dia tak bisa sabar jika itu urusan anaknya.
"Mbak ini anak saya udah demam tinggi loh. Gak ada dokter lain apa?" Tanya Shana memohon.
"Ada tapi.." ucapan suster itu terhenti ketika melihat kearah lelaki yang tengah menggendong Seira.
"Akan saya tangani pasien ini. Mari ke ruangan saya." ajak lelaki itu kemudian dijawab anggukan oleh Shana. Perempuan itu sebenarnya tak tahu siapa yang dia ikuti tapi dia yakin dia adalah dokter disana. yang terpenting anaknya bisa tertangani dengan baik.
Ketika sampai di ruangan itu, lelaki yang memakai jas dokter langsung membaringkan Seira diatas brankar rumah sakit. dia langsung memeriksa keadaan Seira dengan tenang.
"Sudah berapa lama dia demam mbak?" Tanya dokter itu sembari menatap wajah cemas Shana.
"Baru pagi ini dok. Kemarin dia masih baik-baik saja tapi.." Shana menghentikan ucapannya ketika teringat sesuatu. Ya, Seira terlalu lama bermain salju kemarin. Apakah itu penyebabnya. Apalagi ini baru pertama kalinya bagi Seira.
"Dia kemarin main salju di mall gitu dok. Sekitar tiga atau empat jam. Apakah itu yang menyebabkan Seira demam tinggi?" Tanya Shana pada dokter itu.
"apakah itu pertama kalinya?" Shana tentu saja mengangguk menjawab pertanyaan dokter itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unexpected Child ( Terbit ✅️)
RomansaMemiliki anak di umur dua puluh empat tahun mungkin menjadi hal wajar bahkan sudah banyak terjadi saat ini. Namun, bagaimana jika anak tersebut bukan anak kandungnya sendiri? Dia harus mengurus dan membesarkan anak yang bukan darah dagingnya sendiri...