***
Shana sudah menyelesaikan pekerjaannya. Mira juga sudah pamit pulang karena ada toko yang bermasalah. Dia meregangkan ototnya sejenak sebelum pergi mencari Seira. Entah kemana perginya mereka hingga belum kembali sampai sekarang. pasti Seira yang rewel tak mau diajak kembali ke dalam.
Shana membereskan berkas-berkasnya dan memasukkannya kembali ke dalam tas. Dia pun berjalan keluar untuk mencari keberadaan putrinya. dia mencari dimana letak taman rumah sakitnya. Setelah beberapa menit berjalan akhirnya dia menemukan mereka.
Perempuan itu berhenti sejenak dan memandang haru kearah mereka. Keduanya sedang asyik bermain gelembung. Hati Shana menghangat melihat Seira tertawa bahagia dengan Daren. Jarang sekali dia bisa sebahagia itu.
"Mami, sini ikut bermain." Panggil Seira ketika melihat keberadaan Shana.
Perempuan itu pun mengangguk lalu berjalan menghampiri mereka. Daren kembali memainkan gelembungnya hingga muncul banyak gelembung yang menerpa Shana. Walaupun sudah dewasa tapi melihat gelembung adalah sebuah kebahagiaan baginya. Bukan hanya anak-anak saja yang suka tapi orang seusianya juga suka jika melihat banyak gelembung berterbangan.
"Mami tangkap itu Mami." Teriak Seira bersemangat. Shana pun meletuskan gelembung itu satu persatu hingga membuat Seira tertawa bahagia.
"Hah, capek juga ya." Keluh Shana setelah beberapa menit bermain.
"Sayang udahan ya mainnya. Kasihan tuh Om dokter capek." ujar Shana memberitahu putrinya. dia tak enak melihat Daren yang terlihat kelelahan.
"Yah, tapi kan Seira masih mau bermain." Seira berujar sedih. wajahnya sudah cemberut karena permainan berakhir.
"Besok kita main lagi ya sayang. Sekarang Om dokter mau kasih makan Tobby dulu biar dia pintar seperti Seira. Sekarang Seira balik ke kamar dan istirahat dulu ya." Bujuk Daren yang dijawab anggukan setuju oleh Seira.
Ternyata Seira lebih menuruti perkataan Daren daripada perkataannya. Sepertinya dia mendapatkan saingan baru sekarang.
Setelah selesai bermain Daren kembali mengantarkan Seira ke kamarnya. Dia membaringkan Seira di brankar rumah sakit lalu menyuruhnya untuk beristirahat. Seira pun mengangguk patuh mendengar nasihat dari Daren.
"Makasih ya udah ajak Seira bermain."ujar Shana tulus. dia mengantarkan Daren sampai pintu depan.
"Sama-sama Shan. Kalau aku ada waktu pasti aku akan kesini untuk main sama Seira." Ujarnya dengan senyum hangatnya.
"Jangan sering-sering. Nanti Seira lengket lagi sama kamu. Dia kalau udah nyaman sama orang sulit lepasnya loh. Bisa diintilin terus kamu sama dia." peringat Shana sembari tertawa kecil.
"Biar aja, aku malah senang bisa dekat dengan Seira." Ujarnya santai.
"Oh ya, kapan Seira bisa pulang?" Tanya Shana sekalian karena dari kemarin dia ingin bertanya tapi lupa.
"Melihat keadaan Seira yang sudah membaik, besok dia sudah bisa dibawa pulang. asalkan makannya dijaga dan diawasi ya. Obatnya juga rutin diminum." Pesan Daren yang dijawab anggukan senang oleh Shana.
Dia lega akhirnya Seira bisa pulang. dia sudah rindu dengan rumah. dia ingin segera merebahkan badannya di ranjang empuk miliknya. Walaupun matanya terpejam tapi dia tak benar-benar tidur. Dia tak bisa tidur nyaman ketika di rumah sakit.
"Eum boleh aku bertanya sesuatu?" Tanya Daren dengan ragu. Shana mengangguk mempersilahkan.
"Lelaki kemarin, apakah dia suamimu?" Tanya Daren perlahan. Dia tak ingin menyinggung Shana.
Shana tertawa kecil sebelum menjawab, "Dia bukan suamiku, dia abangku. Kakak kandung." Jelasnya membuat Daren bernapas lega.
"Syukurlah." Ujarnya spontan.
"Syukurlah kenapa?" Shana bertanya karena penasaran.
"Ah, tak apa. hanya ingin bersyukur saja." ujarnya tidak jelas sembari tersenyum salah tingkah.
Setelah percakapan yang cukup canggung itu akhirnya Daren pamit untuk pulang. Shana mengamati Daren hingga lelaki itu berbelok di koridor.
"Aneh." Batin Shana sembari menutup pintu kamar Seira.
***
THANKS FOR READING :))
SEE U TO THE NEXT PART......
KAMU SEDANG MEMBACA
Unexpected Child ( Terbit ✅️)
RomanceMemiliki anak di umur dua puluh empat tahun mungkin menjadi hal wajar bahkan sudah banyak terjadi saat ini. Namun, bagaimana jika anak tersebut bukan anak kandungnya sendiri? Dia harus mengurus dan membesarkan anak yang bukan darah dagingnya sendiri...