7. Izin orangtua

3.7K 201 1
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

S

hana menimang-nimang Seira yang menangis sejak tadi. sepertinya bayi mungil itu ikut merasakan kesedihan yang sedang dialami oleh Shana. Perempuan itu sedang bimbang saat ini, dia ingin mempertahankan Seira tetapi dia takut abangnya marah lagi. apalagi kalau sampai mengadu ke bapak ibu. Pasti akan lebih parah lagi.

"Tenang ya sayang, Mami akan mempertahankan kamu bagaimanapun caranya." Shana berbicara pelan kepada putri kecilnya itu sembari mengusap air matanya agar tak jatuh mengenai Seira.

Walaupun baru beberapa hari bersama tapi Shana begitu menyayangi Seira. Bayi mungil itu seakan menghipnotis Shana untuk jatuh cinta pada bayi itu. rasa sayang itu tumbuh begitu saja layaknya ikatan sedarah.

Bahkan ketika tengah malam Shana rela terbangun untuk memberikan asi perah yang sudah disiapkan oleh kak Visha. Untung saja ada Visha yang selalu mendukungnya dan banyak membantu dirinya. jika tidak dia tak tahu harus bagaimana lagi.

Ketika sedang menenangkan Seira, Shana melihat abangnya berdiri di ambang pintu. Mengetahui hal itu Shana langsung meminta maaf pada abangnya karena telah mengganggu tidur mereka.

"Maaf bang, berisik ya. Aku keluar dulu kalau gitu." Ujar Shana merasa bersalah. Perempuan itu bergegas untuk menenangkan Seira keluar tapi ditahan oleh abangnya.

"Sini biar abang gendong." Ujar Shaka meminta untuk menggendong Seira. Tapi Shana tampak menatap abangnya ragu. Dia takut kalau abangnya akan membawa Seira pergi dari sana.

"Abang mau bawa kemana? Please bang, aku gak akan berisik lagi. besok aku akan pulang ke kosan dan menjaga Seira disana." pinta Shana dengan wajah memelasnya. Abangnya berdecih pelan dan mengambil Seira dari gendongan Shana.

"Kamu tidur, biar abang yang jaga." Abangnya berujar dengan nada datarnya. Shana mengerti abangnya masih marah padanya. dia juga memaklumi itu.

"Tapi abang jangan apa-apakan Seira ya." Pinta Shana yang terdengar seperti cicitan karena saking pelannya.

"Kamu pikir abang ini sejahat apa Shan? Aku tidak akan apa-apakan bayi ini. tidurlah, abang tahu kamu capek. Besok pagi baru kita bicara lagi." Perintah Shaka lagi yang tak mampu dibantah oleh Shana.

Shana menunduk dalam lalu mengatakan terimakasih pada abangnya walaupun dengan suara pelan. Perempuan itu kemudian merebahkan dirinya diatas ranjang dan pura-pura memejamkan matanya. dia masih mengawasi abangnya yang menimang Seira di dekat pintu. Dia takut jika abangnya membawa Seira pergi. Tapi saking lelahnya dia pun benar-benar terlelap.

Keesokan harinya Shana terbangun karena mendengar suara adzan. Dia langsung mencari keberadaan Seira. Dia mencari di sampingnya tidak ada, di dalam box bayi juga tak ada. Shana sudah panik dan khawatir jika Seira dibawa pergi begitu saja.

Shana berlari menuruni tangga dan betapa leganya dia ketika melihat Seira sedang bersama abangnya. Ternyata semalam abangnya menidurkan Seira di bawah sampai dia pun ikut ketiduran di sofa dengan Seira diatasnya. Bayi mungil itu begitu tenang tidur di dalam dekapan abangnya.

Shana jadi merasa bersalah sekaligus menyesal telah berprasangka buruk pada Abangnya itu. dia juga jadi merasa tak enak karena banyak merepotkan mereka. perlahan Shana mengambil Seira dari gendongan abangnya. Dia kasihan pada abangnya, pasti punggungnya sakit karena tidur sembari duduk seperti itu.

Ketika sedang mengambil Seira abangnya sontak terkejut karena gerakan yang ditimbulkan oleh Shana. Padahal perempuan itu sudah berusaha bergerak sepelan mungkin. perempuan itu otomatis mengucapkaan kata maaf karena telah mengganggu tidur abangnya.

"Jam berapa ini?" Tanya Shaka dengan suara serak khas bangun tidur.

"Sudah adzan subuh bang." Jawab Shana dengan senyum simpulnya. Shaka pun mengangguk dan berjalan gontai menuju kamarnya.

"Bang, makasih ya." Ujar Shana yang dijawab deheman oleh abangnya itu.

Karena Seira masih tertidur, Shana pun membantu kakak iparnya untuk membuat sarapan sekaligus membersihkan rumah. dia tak enak jika hanya terus merepotkan mereka tanpa berbuat apapun. Jadi dia memanfaatkan waktu sebaik mungkin agar bisa membantu meringankan pekerjaan mereka.

"Shan, abang mau bicara sama kamu." Panggil Shaka pada adiknya dengan mimik wajah seriusnya. Shana pun mengangguk mengerti. Dia membawakan kopi yang telah dibuatnya untuk abangnya itu.

Mereka pun duduk di balkon rumah sembari menikmati udara pagi itu. Shana sudah sangat siap sekarang. Dia akan membela Seira sampai Abangnya mengizinkan. Dia akan lakukan apapun hingga abangnya mau menerima Seira.

"to the point aja ya Shan, kamu serius ingin menjaga Seira? Kamu yakin menanggung resiko apapun?" Tanya Shaka pada adiknya. Saat ini Shana merasa sedang diinterogasi oleh kakaknya sendiri. dia tahu abangnya itu tegas tapi dia belum pernah diinterogasi sampai seperti itu.

"Shana serius bang. Shana akan menjadi wali dari Seira. Shana yang akan bertanggungjawab atas hidup Seira sampai dia besar nanti." Ujar Shana dengan penuh keyakinan.

"kamu tahu bukan, mengurus anak tak semudah itu. apalagi kamu sedang merintis bisnis kamu. Kamu juga masih muda dan belum pernah menjadi seorang ibu ditambah lagi kamu hidup sendirian. abang Cuma khawatir sama kamu Shan. Abang gak mau adik abang ini jadi kesusahan karena sebuah kesalahan yang tidak kamu perbuat." Mata Shana berkaca-kaca mendengarkan ucapan abangnya itu. ternyata dibalik amarah abangnya kemarin terdapat kekhawatiran seorang kakak pada adiknya.

"Shana yakin bisa mengurus Seira bang. Bagaimanapun caranya nanti Shana akan membesarkan Seira dengan penuh kasih sayang." Perempuan itu berkata dengan penuh keyakinan dan tekad yang kuat.

"Oke, akan abang izinkan dengan satu syarat." Shana mengernyitkan dahinya penasaran dengan syarat dari abangnya itu.

"Kamu temui bapak sama ibu dan jelaskan semuanya pada mereka tentang anak itu. Izin abang ini gak ada apa-apanya dibandingkan izin orangtua kita. Jadi lebih baik kamu meminta izin kepada mereka. karena kamu masih tanggungjawab orangtua Shan, kecuali kalau kamu sudah menikah, kami pasti akan membebaskan apapun yang ingin kamu lakukan." Shana kembali lesu mendengar hal itu.

Padahal dia merahasiakan hal itu dari orangtuanya. tapi sekarang dia malah diminta untuk meminta izin bapak ibunya. Entah seperti apa nanti reaksi mereka. mungkin Shana akan dimarahi juga seperti apa yang dilakukan abangnya.

"Abang, boleh lah bantu Shana bicara sama Bapak, Ibu." Pinta Shana dengan puppy eyesnya.

"Lakukan sendiri Shan. Kamu sudah dewasa dan kamu harus bisa menyelesaikan masalahmu itu sendiri. bukankah kamu ingin merawat Seira sampai dia besar nanti kan? Jadi kamu harus mendapat izin dulu dari bapak ibu." Shana menunduk lesu. Bagaimana mungkin ia bisa mengatakan secepat ini? apakah ia akan siap?

"minggu depan abang libur, abang antarkan kamu kesana." Ujar Shaka telak. Lelaki itu kemudian beranjak dari duduknya dan meninggalkan Shana seorang diri.

Pikiran Shana sedang kacau sekarang. entah apa yang harus dia lakukan sekaraang. Dia tak yakin orangtuanya akan setuju. Dia berpikir pasti orangtuanya akan melakukan hal yang sama seperti yang abangnya itu lakukan.

Perempuan itu mengacak rambutnya frustasi. Dia tak berpikir bahwa semua akan serumit ini. dia hanya berjanji tanpa tahu akibatnya akan sepert i ini.

*** 

Terimakasih sudah membaca

Jangan lupa vote dan komentarnya ya

See you to the next part ==>

Unexpected Child ( Terbit ✅️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang