***
Siang itu, setelah menjemput Seira di sekolahnya, Shana langsung mengajak Seira menuju ke rumah Daren. Dia mengganti pakaian Seira terlebih dahulu sebelum pergi kesana. Dia datang untuk menghargai undangan itu dan juga ingin memastikan bahwa bu Wisa serius menyetujui mereka, sehingga Shana juga akan memutuskan langkah selanjutnya.
Sesampainya disana, ternyata Daren sudah menunggu kedatangan mereka. dia langsung menghampiri mobil Shana dan menyambut hangat Seira. Tentu saja gadis itu begitu gembira bertemu Om Dokter kesayangannya.
"Nah gitu dong senyum, dari kemarin galak mulu sama aku." Ujar Daren ketika mendapati Shana tersenyum melihat keakraban Seira dan Daren.
"Ok, Sorry. I don't mean it." Ujar Shana meminta maaf karena dia tak seharusnya marah pada Daren. Dia kemarin sangat kesal dan tak tahu harus melampiaskan pada siapa. Jadilah Daren yang menjadi sasarannya.
"It's okay, Udah yok kita masuk. Mereka sudah menunggu." Ajak Daren pada mereka.
"Daren, aku mau bicara sama kamu bentar." Lelaki itupun mengangguk pelan. Dia menurunkan Seira dari gendongannya dan membiarkannya bermain dengan Papanya.
"Ada apa Shan?" Tanya Daren ketika mereka sudah ada waktu berbicara berdua.
"Kenapa kamu tidak bilang kalau kamu menemui abang? Terus kamu juga mau menemui orangtuaku? Apa benar?" cecar Shana membuat Daren sedikit terkejut. Karena dia pikir Shaka akan merahasiakannya.
"Kemarin kamu kan cuekin aku terus, jadi yaudah aku harus ambil tindakan serius biar kamu gak lepas lagi. aku memang sudah berencana menemui orangtuamu Shan. Itu bukti keseriusanku padamu, jadi kamu tak perlu meragukanku lagi." jelasnya dengan senyum lebar di wajahnya.
"Memangnya Mamamu sudah benar-benar setuju?" tanya Shana lagi mencoba meyakinkan.
"Aman Shan. Kamu sudah lihat sendiri kemarin. Dan sekarang buktinya kita ada disini lagi." ujar Daren dengan santainya.
"Shan everything will be okay." ucap Daren lagi yang kini sudah tak mempan untuk menenangkan Shana. terakhir kali Daren mengatakan hal itu dan pada akhirnya semua berantakan. Tidak ada yang baik-baik saja.
"Are u sure?" Shana mencoba meyakinkan sekali lagi dan Daren menjawabnya dengan anggukan.
"Udah yuk masuk. Aku udah laper." Ajak Daren dengan nada manjanya. Akhirnya Shana pun setuju dan mengikuti Daren masuk ke dalam.
Bu Wisa terlihat menyambut Shana dengan senyum hangatnya. Bahkan beliau memberikan pelukan selamat datang pada Shana. hal yang aneh dan membuat Shana semakin gelisah. Entah kenapa perasaannya menjadi tak enak.
"Ayo silahkan duduk dulu, tapi tunggu bentar ya. Kita tunggu satu orang lagi." ujar bu Wisa yang membuat semuanya bertanya-tanya. Bahkan pak Ishaq dan Daren pun tak tahu siapa yang diundang oleh mamanya.
Sembari menunggu mereka berbincang kecil. Pak Ishaq asik bermain dengan Seira. Beliau katanya begitu merindukan Seira karena sudah lama mereka tak berjumpa. Tak lama terdengar suara salam dari seorang perempuan..
"Nah itu dia sudah datang, sini nak masuk." Ujar bu Wisa kemudian menyambut perempuan itu dengan ramah. Sontak saja semua mata tertuju pada perempuan yang baru saja datang itu.
Ketika Shana melihatnya, dia begitu terkejut. Hal yang sama juga dilakukan oleh perempuan itu. mereka sama-sama terkejut ketika melihat satu sama lainnya.
"Sarah!" Gumam Shana pelan sembari menatap kearah perempuan itu tak percaya.
Perempuan yang masih berdiri di tempatnya itu menjadi gelisah ketika melihat Shana ada disana. mungkin dia juga tak menduga bahwa akan bertemu dengan sahabatnya dulu disini.
Shana berlari menghampiri perempuan itu, dia langsung memeluknya. Tentu saja mereka semua terkejut terutama bu Wisa. Dia tak mengira bahwa Shana mengenal perempuan yang diundangnya itu.
"Sarah, kamu apa kabar? Sudah lama sekali kita tidak bertemu?" tanya Shana dengan nada terharunya.
"Kabarku baik." jawabnya singkat dan terdengar dingin. Tak seperti Shana yang terlihat antusias dan begitu tulus.
"Kalian saling mengenal?" Tanya bu Wisa pada mereka.
" Iya kami.." Shana hendak menjelaskan betapa dekatnya mereka dulu tetapi Sarah memotong omongannya.
"Eum, dia dulu hanya teman sewaktu kuliah." Jawabnya dengan gugup.
Sarah melepaskan pelukannya perlahan. Dan menghindari berbincang dengan Shana. mungkin dia takut jika Shana akan membongkar aibnya dulu. Shana tersenyum senang bisa melihat Sarah kembali tapi dia juga sedih ketika Sarah mengatakan hanya menganggapnya seorang teman.
Dia merasakan Sarah kini berbeda. Dia bersikap seakan tak ingin mengenalnya kembali. Setelah apa yang Shana korbankan selama ini, rasanya tidak adil jika Sarah berlaku seperti itu kepada Shana. tapi Perempuan itu mencoba memakluminya. Dia melirik kearah Seira, dia hanya ingin menunggu waktu yang tepat untuk memperkenalkan Seira kepada Sarah. Dia tak sabar memberitahu Sarah bahwa putrinya dulu sudah tumbuh menjadi gadis yang cantik.
"Nah tamunya sudah datang, sebelumnya biar tante perkenalkan dulu ya, Ini Sarah, perempuan yang tante jodohkan dengan Daren." Ucap bu Wisa dengan senyum lebar di wajahnya.
Tak ada lagi senyum di wajah Shana dan juga Daren. Mereka sama-sama tak menduga dengan pernyataan Bu Wisa barusan. Shana jadi mengerti tujuan makan siang ini sebenarnya apa. pantas perasaannya sudah tak enak dari kemarin.
***
Terimakasih sudah membacaa :)
Jangan lupa vote dan komentranya biar aku semangat update cerita :)
See u to the next part ==>
KAMU SEDANG MEMBACA
Unexpected Child ( Terbit ✅️)
RomanceMemiliki anak di umur dua puluh empat tahun mungkin menjadi hal wajar bahkan sudah banyak terjadi saat ini. Namun, bagaimana jika anak tersebut bukan anak kandungnya sendiri? Dia harus mengurus dan membesarkan anak yang bukan darah dagingnya sendiri...