45. Mengikhlaskan

2.4K 117 0
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Daren menghampiri bang Shaka di rumah sakit dengan wajah kusutnya. Malam itu dia tak bisa tidur sama sekali. dia bahkan tak tenang semalaman. Dia telah memikirkan segalanya dan jalan terbaik adalah mengatakan semuanya dengan jujur.

Apapun yang akan dia dapatkan dari bang Shaka nantinya dia pantas mendapatkannya. Dia akan menerima segala konsekuensinya.

"Eh, kamu kenapa Daren?" Tanya bang Shaka terkejut ketika Daren tiba-tiba berlututu di hadapannya. Lelaki itu menunduk dalam dan bahunya pun bergetar.

Shaka tampak kebingungan dengan situasi itu. apalagi masih pagi hari. Dia tak tahu apa yang sedang terjadi pada lelaki di hadapannya itu.

"Aku akan menceritakan segala kebenarannya bang." ujar Daren kemudian memulai ceritanya itu.

Daren menceritakan apa yang sudah terjadi semalam. Dia menceritakan semuanya tanpa ada yang dikurangi maupun dilebihkan. Bahkan tentang perbuatan Mamanya itu. dia tetap menceritakannya.

Shaka terkejut bukan main ketika mendengar pengakuan jujur dari Daren. Dia bahkan tak menutupi atau membela perilaku ibunya disini.

"Maaf bang, Daren minta maaf. Sekarang aku akan terima apapun keputusan abang. Aku paham pasti abang juga tidak bisa menerima ini semua." Ujar Daren dengan putus asa.

Tentu saja Shaka tak terima dengan hal itu. mendengar hal itu membuatnya begitu frustasi. Dia tak bisa menerima begitu saja apa yang telah terjadi kepada adiknya itu. tapi bagaimanapun dia juga harus menyikapinya dengan tenang. Dia mulai mengontrol amarahna dan bisa berbicara dengan tenang.

"Daren, aku tahu itu semua bukan salahmu. Tapi maaf, aku tak bisa membiarkanmu lagi berhubungan dengan Shana. Ibumu terlalu membencinya, aku tak bisa tenang membiarkan adikku tinggal bersama seseorang yang bisa saja menyakitinya kapanpun. Jadi, abang mohon, lepaskan Shana." Ujar Shaka dengan tegasnya. Daren tidak bisa protes lagi. dia sudah bilang akan menerima segala konsekuensinya.

Daren menghela napasnya panjang, "Baik bang, jika itu sudah keputusan bang Shaka, aku akan menghormatinya."

"Tapi bolehkah aku menemui Shana untuk terakhir kalinya?" pinta Daren dengan penuh kesungguhan. Shaka mengangguk pelan dan membiarkan Daren berbicara dengan Shana di dalam sana.

"Aku memberimu waktu tiga puluh menit Daren. Setelah itu tolong kamu pergi." Daren mengangguk mengerti. Diberi kesempatan untuk bisa bertemu dengan gadis itu saja dia sudah sangat bersyukur.

Berat bagi Shaka mengambil keputusan itu. tapi mau bagaimana lagi. dia tak ingin adiknya terluka untuk kesekian kalinya. Daren memang begitu menyayangi Shana dengan tulus tapi tidak dengan ibunya.

Daren menemui Shana yang masih belum sadarkan diri. entah kapan perempuan itu akan membuka matanya dan melihat indahnya dunia ini kembali. Shaka duduk tepat di samping ranjang Shana, dia mengambil tangan gadis itu dan menggenggamnya erat. Ini pertemuan terakhir mereka, jadi dia akan berpamitan dengan kekasih hatinya itu.

"Hai Shan, Maaf membuatmu seperti ini. aku memang tak pantas dengan perempuan sebaik kamu. Terimakasih Shan sudah hadir di hidupku, aku begitu bersyukur bertemu perempuan baik sepertimu. Maaf belum bisa mewujudkan impian kita dan mungkin tidak akan pernah. Aku akan melepasmu Shan, aku yakin kamu akan temui lelaki yang lebih baik dari aku. Tapi satu yang harus kamu tahu Shan, I will always love you."

Daren mengatakan hal itu dengan mata yang berkaca-kaca. Dia tak menyangka ternyata seperti ini akhirnya. Mimpi-mimpi yang sudah mereka bayangkan harus pupus seketika.

"Semoga setelah ini kamu menemukan bahagiamu Shan. Aku harap kamu terus tersenyum, tertawa dan tak terluka lagi. Aku ikhlas melepasmu jika itu yang terbaik untuk kita." ucap lelaki itu lagi berusaha tegar.

Daren melepaskan genggaman tangan Shana dan beranjak dari sana. dia menatap Shana untuk terakhir kalinya. Dia tak akan pernah menemukan gadis seperti Shana lagi. tak ada yang bisa menggantikan Shana di hatinya.

Perpisahan itu memang menyakitkan, tapi Daren rela melakukannya asalkan Shana merasa bahagia. Dia tak ingin melihat Shana terus terluka jika bersama dirinya. walaupun Shana tak pernah mengeluh tetapi dia tahu Shana sedang terluka saat itu.

"Sekali lagi aku minta maaf bang, aku akan pergi dari hidup Shana. terimakasih abang udah baik sama aku selama ini." pamit Daren pada Shaka. Lelaki itu menepuk bahu Daren pelan.

"Aku melakukan ini untuk kebahagiaan adiku Daren. Terimakasih sudah mau mengerti." Daren mengangguk pelan. Lalu dia melanjutkan langkahnya.

Lelaki itu menyusuri koridor rumah sakit dengan perasaan yang sudah hancur tak karuan. Dia menunduk dalam, air matanya terus berjatuhan. Ternyata sesakit ini berpisah dengan orang yang dicintai. Begitu menyakitkan hingga dia tak mampu menahannya.

Bertemu Shana adalah takdir terindah di hidupnya. Walaupun pada akhirnya mereka tak bisa bersama tapi Daren tetap menyukurinya. Dia berharap Shana bisa mendapatkan lelaki yang tepat di hidupnya. Lelaki yang akan membuat Shana terus berbahagia.

Kacau. Begitulah kiranya keadaan Daren sekarang. tak ada yang membuatnya semangat dalam hidupnya. Kini semuanya terasa hambar baginya.

Setelah kejadian itu, dia tetap menjalani kehidupannya, tapi semua tak lagi sama. Dia berubah menjadi seseorang yang dingin dan tak banyak bicara. Bahkan ketika sedang bekerja, senyum ramah itu entah hilang kemana. Sampai anak-anak pun sempat ketakutan melihat dirinya yang berbeda.

Daren tak mampu melihat perempuan itu lagi. dia menatap kosong kearah ruangan yang dulu menjadi tempat Shana di rawat. Bang Shaka langsung memindahkan Shana ke rumah sakit lain malam itu juga. Daren tak tahu lagi informasi tentangnya, dia tak bisa menemui Shana lagi, bahkan walaupun hanya sekedar melihatnya dari kejauhan.

Melamun sekarang sudah menjadi hobinya. Dia bisa melamun sepanjang waktu ketika di rumah dan tak ada kegiatan apapun. Dia bahkan bisa tidur sepanjang waktu ketika libur dan hanya di rumah saja.

Penampilannya juga nampak begitu kacau. Kumis dan jenggotnya dibiarkan memanjang begitu saja karena dia begitu malas mencukurnya. Bahkan rambutnya nampak berantakan karena sudah mulai panjang.

Orangtuanya begitu memprihatinkan keadaan Daren. Tapi mereka juga tak bisa berbuat apa-apa. rasa bersalah itu terus menyelimuti hati bu Wisa.

"Pa, gimana kita bisa mengembalikan Daren seperti dulu lagi?" tanya bu Wisa dengan raut wajah cemasnya.

"Aku yakin kamu juga sudah tahu sendiri jawabannya." Ucap pak Ishaq dengan nada dinginnya.

Mau bagaimana lagi, semua juga sudah terjadi. Kasus tabrak lari itu juga sedang ditangani dan bu Wisa hanya sebagai saksi. Keluarga Shana tak memberi ampun kepada Keluarga Sarah. Mereka sudah cukup bersabar selama ini.

Bu Wisa dan pak Ishaq sudah beberapa kali meminta kepada keluarga Shana untuk bertemu dengan gadis itu dan memintamaaf secara langsung, tapi mereka tak mengizinkannya. Mereka sudah menerima maafnya diwakili oleh bapak ibunya dan setelah itu tak ada percakapan lagi. mereka hanya bertemu di pengadilan dan tak mendapatkan informasi apapun mengenai keberadaan Shana.

Keluarganya sengaja menyembunyikan lokasi Shana. dia tak ingin kejadian yang sama terulang lagi. mereka hanya memberitahu bahwa Shana sudah sadarkan diri dan sedang tahap pemulihan. Setidaknya mereka bisa lega mendengar kabar baik itu.

Pak Ishaq juga sudah memberikan kabar baik itu pada putranya tapi tak ada respon darinya. Tapi beliau yakin, Daren ikut berbahagia mendengar kabar baik tersebut.

***

Terimakasih sudah membaca :)

Unexpected Child ( Terbit ✅️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang