***
A
khirnya setelah penantian yang lama, hari itu datang juga. Rasa rindu mereka setelah seminggu tidak bertemu akan usai sekarang. Ketidakmungkinan yang dulu ada kini akhirnya sirna juga.
Shana sudah bangun tepat pukul tiga pagi. Dia sudah siap untuk dirias dengan riasan adat sunda. sedangkan Daren juga sedang bersiap di hotel tempat dia dan keluarganya menginap. Mereka datang tepat sehari sebelum hari-H untuk mempersiapkan segalanya.
Daren merasa gugup. Dia semalaman tak bisa tidur karena menghapalkan kalimat ijab qabulnya. Rasa gugup, cemas dan senang bercampur menjadi satu. Tapi tentu saja yang ia pikirkan adalah segera bertemu dengan calon istrinya.
"Udah siap semua belum? Kalo sudah kita berangkat saja. sudah jam segini." Peringat pak Ishaq pada rombongan keluarganya.
"Mama sebentar lagi turun Pa. Kita siap-siap di mobil dulu saja." ujar Daren yang dijawab anggukan mengerti oleh sang ayah.
Mereka segera berangkat ke lokasi pernikahan setelah semuanya siap. Akad nikah akan dilaksanakan pukul delapan pagi. Mereka tiba di lokasi satu jam lebih awal dari waktu yang telah ditentukan.
Disana mereka mengobrol terlebih dahulu dan saling memperkenalkan keluarga besar Daren, dari tante, om dan keponakannya. Sampai tibalah pak penghulu disana. mereka langsung tenang dan mendengarkan apa saja yang disampaikan oleh beliau.
Shana sudah selesai di rias namun dia harus masih menunggu di tempatnya sampai ijab qobul selesai dilaksanakan. Dia ditemani oleh Ibu dan kak Visha disana. tentu saja Shana merasa gugup namun dia juga bahagia. Entahlah, rasanya campur aduk hingga membuat Shana bingung.
"Mami cantik sekali." puji Seira ketika melihat ibunya sendiri di rias seperti itu.
Memang tak bisa dipungkiri Shana terlihat sangat cantik ketika dirias dengan adat sunda itu. aura bahagia terpancar dari wajahnya itu.
"Makasih sayang, Seira juga cantik sekali."
Akad sudah akan dimulai. pak penghulu memberikan arahan terlebih dahulu sebelum ijab qobul dimulai. Ayah Shana dan Daren mulai berjabat tangan. Suasana pun menjadi hening.
"Saudara Darendra Wijaya."
"Ya, saya."
"Saya nikahkan engkau dengan putri kandung saya, Shana Anaisha binti Hasan Kurniawan dengan mas kawin emas 100gram dan seperangkat alat shalat dibayar tunai."
"Saya terima nikahnya Shana anaisha binti Hasan Kurniawan dengan mas kawin tersebut tunai."
"Saksi Sah?"
"Sah."
"Saksi, Sah?"
"Sah."
"Alhamdulillahirabbilalamin." Setelah itu Pak penghulu membacakan doa setelah ijab qabul dan diaminkan oleh semua hadirin disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unexpected Child ( Terbit ✅️)
RomanceMemiliki anak di umur dua puluh empat tahun mungkin menjadi hal wajar bahkan sudah banyak terjadi saat ini. Namun, bagaimana jika anak tersebut bukan anak kandungnya sendiri? Dia harus mengurus dan membesarkan anak yang bukan darah dagingnya sendiri...