***
T
anpa banyak berpikir lagi, Shana langsung menelpon sahabatnya itu. dia berharap Shawn bisa pergi dengannya sekarang. dari kemarin soalnya dia banyak pekerjaan. Bahkan dia baru mengunjungi Shana tiga kali itupun Cuma sebentar. Tapi tak apa, Shana mengerti pekerjaan temannya itu yang semakin hari semakin sibuk saja.
"Hai Shan, ada apa?" tanya Shawn melalui saluran telepon tersebut.
"Boleh minta tolong temani aku keluar sebentar? Aku bosan Shawn di rumah." pinta Shana dengan nada memohonnya.
"Mmm.. sebenarnya siang ini aku ada jadwal Shan." Ujar Shawn membuat Shana lesu seketika.
"Yaah. Sekali ini aja Shawn." pinta perempuan itu lagi dengan penuh kesungguhan. Lelaki itu tampak berpikir sejenak sebelum menjawabnya.
"Baiklah, tapi aku hanya bisa sampai jam 1 ya Shan. Setelah itu aku akan kembali bekerja." Putus Shawn saat itu juga karena merasa kasihan kepada sahabatnya itu.
Dia tahu betul betapa tidak enaknya terkurung terus di rumah tanpa boleh keluar sebentar saja. pasti dia suntuk sekali disana. apalagi abangnya semakin protektif saja dengannya.
"Kamu siap-siap ya, nanti aku jemput kamu." Shana berseru antusias. Dia gembira karena bisa keluar sekarang.
"Kamu jangan lupa bilang bang Shaka ya, takutnya kalau aku yang bilang dia tidak percaya."
"Oke Shan. Aku akan bicara dengan bang Shaka. See U there." Pamit Shawn lalu menutup sambungan teleponnya.
Shana melompat-lompat gembira saat ini. hal itu membuat Visha tertawa dibuatnya. Shana seperti anak kecil yang akan diajak ke disneyland. Dia benar-benar senang keluar rumah walaupun hanya sebentar. Dia akan memanfaatkan waktunya untuk menemui Daren.
"Udah buruan siap-siap Shan. Keburu Shawn dateng nanti." Peringat Visha pada adik iparnya itu.
Tanpa banyak kata lagi Shana langsung bergegas berganti pakaian dan sedikit berdandan. Dia sudah tak sabar bertemu dengan Daren. Dia benar-benar merindukannya. Apalagi setelah mendengar perkataan bu Wisa tentang Daren, itu semakin membuat dirinya ingin menemui lelaki itu.
Untung saja tak lama Shawn datang seorang diri. Shana merasa lega karena abangnya tak bertanya macam-macam padanya. memang tak salah dia mengandalkan Shawn.
"Nah, hari ini princess mau diantar kemana nih?" Tanya Shawn seakan-akan dia adalah pengawal khusus Shana.
"Eumm Shawn.. Sebenarnya aku ingin sekali pergi ke satu tempat ini. tapi aku tidak yakin kamu mau menemaniku kesana." Ujar Shana ragu-ragu.
"Don't worry princess. Kemanapun kamu mau aku akan antarkan dengan selamat. Bang Shaka udah kasih tanggungjawab seratus persen padaku. pokoknya kamu aman bersamaku Shan." Ujar lelaki itu dengan penuh percaya diri.
"Beneran kemana saja?" Shawn langsung mengangguk tanpa ragu.
"Baiklah. Aku akan jadi pengarah jalannya." Ujar Shana dengan senyum bahagianya.
Dia sengaja tak memberitahu Shawn alamat langsungnya karena takutnya dia akan berubah pikiran. Pastinya bang Shaka sudah mewanti-wanti Shawn agar tidak membawaku kesana.
"Rumah sakit? ngapain kita kesini Shan?" Tanya Shawn penasaran saat mereka tiba di sebuah rumah sakit yang tak asing lagi baginya.
"Shawn, aku akan jujur padamu. Tapi aku mohon jangan bilang ini pada bang Shaka. Please, saat ini Cuma kamu yang bisa menolongku." Shana menautkan kedua tangannya dan memohon kepada Shawn dengan penuh kesungguhan.
"Kamu mau menemuinya Shan? Daren?" Tanya Shawn seakan sudah mengerti pikiran Shana saat ini. Tak ada alasan lagi bagi Shana untuk berbohong. Diapun menganggukkan kepalanya mmembenarkan apa yang dikatakan oleh Shawn.
"Tapi Bang Shaka tidak mengizinkannya Shan. Aku bisa membawamu kemanapun kecuali ke tempat ini." Shana tak terkejut lagi mendengarnya. dia sudah menduga itu sejak awal.
"Ya, aku tahu itu Shawn. but, please. I need to see him. Sekali ini saja Shawn." mohon Shana lagi kepada sahabatnya itu dengan raut wajah memelasnya.
Shawn paling tak tega melihat raut wajah desperate milik Shana. dia pun luluh dan mengizinkan Shana menemuinya. Sekali ini saja dia akan membiarkan Shana melakukan apa yang selama ini dia inginkan.
"Baiklah. Tapi ingat Shan, kamu Cuma punya waktu sebentar." Shana mengangguk mendengarnya.
Mereka pun turun dari mobil. mereka mulai mencari keberadaan Daren. Hari ini mereka cukup sibuk jadi perawat itu hanya menyuruh mereka menemui Daren di ruangannya.
Shana berjalan menyusuri koridor rumah sakit. rasanya dia gugup ingin bertemu dengan Daren. Ini seperti mereka akan bertemu untuk pertama kalinya. Padahal mereka sudah berkali-kali bertemu.
Mereka sudah sampai di ruangan Daren, tapi dia tak menemukan lelaki itu. entah kemana perginya dia. Shana sendiri pun kebingungan mau mencari kemana lagi di rumah sakit sebesar ini.
"Mbak Shan, mencari Dokter Daren ya?" tanya seorang suster yang sudah mengenalnya sejak lama. suster yang menolong saat Seira lahir.
"Suster Diana, iya, aku mencari Dokter Daren. Dia kemana ya?" Tanya Shana pada suster itu to the point.
"Dia ada di rooftop mbak. dokter Daren benar-benar berubah drastis. Entah kemana sifat ramahnya selama ini. dia begitu dingin dan cuek. Saya yakin mbak Shan juga akan terkejut melihat penampilannya saat ini." Suster Diana cerita panjang lebar dengan ekspresi sedih yang begitu kentara. Tentu saja setelah bekerja sama dalam waktu yang begitu lama pasti mereka merindukan sosok Daren yang dahulu.
"Baiklah, aku akan menemuinya dulu ya Sus. Terimakasih Informasinya. Nanti kita bicara lagi ya." pamit Shana kemudian secepat kilat berlari menuju lift.
Saking dia bersemangat untuk bertemu Daren, dia tak ingat jika masih ada Shawn di sisinya. Dia lari begitu saja dan meninggalkan Shawn di belakang.
Shana sampai di rooftop. Rasanya tak percaya dia akan melihat lelaki itu sekarang juga. Dia mempersiapkan dirinya terlebih dahulu sebelum melihat lelaki itu. perlahan tapi pasti dia mulai membuka pintu yang menghubungkan ke rooftop.
Shana terpaku sejenak ketika melihat seorang pria sedang berdiri disana. Lelaki itu sedang berdiri menatap kejauhan sembari menghisap rokok di tangannya. Shana terkejut melihat hal itu karena selama ini dia tahu Daren bukanlah perokok.
Tangan Shana gemetar entah kenapa, melihat betapa kacaunya lelaki itu membuat dirinya sedih. ada rasa sakit di hatinya namun dia sendiri tak bisa menejlaskan itu apa.
"Daren." Panggil perempuan itu membuat lelaki itu berbalik seketika.
Daren terdiam beberapa detik dengan wajah terkejutnya. Dia menatap Shana dengan tatapan tak percaya.
"Pergilah! Pergi!" Shana terkejut mendengar kalimat yang tak ingin ia dengar dari mulut Daren saat ini.
***
Terimakasih sudah membacaa :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Unexpected Child ( Terbit ✅️)
Roman d'amourMemiliki anak di umur dua puluh empat tahun mungkin menjadi hal wajar bahkan sudah banyak terjadi saat ini. Namun, bagaimana jika anak tersebut bukan anak kandungnya sendiri? Dia harus mengurus dan membesarkan anak yang bukan darah dagingnya sendiri...