21. Interest

2.5K 149 0
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Usai makan selesai Seira tak bisa membiarkan Daren pergi begitu saja. gadis kecil itu masih mengajak Daren bermain di timezone. Shana sudah berusaha untuk memberitahu Daren untuk menolak permintaan Seira saja tapi lelaki itu malah menyetujuinya.

Shana berulang kali merasa tak enak pada Daren ketika dia selalu diganggu oleh Seira. Apalagi dia kesini dengan Mamanya, dia tak enak jika mamanya nanti mencari-cari dirinya.

"Kamu kalau mau pergi gak papa loh, pumpung Seira gak lihat kamu." Bisik Shana disamping Daren. Seira sedang asyik bermain mandi bola bersama anak kecil lainnya, sedangkan Shana dan Daren menungguinya di l uar.

"Kamu ngusir aku nih ceritanya?" Tanya Daren membuat Shana langsung menggelengkan kepalanya panik.

"Eh bukan begitu maksud aku. Aku Cuma gak enak aja ganggu waktu kamu sama mama kamu. Dari kemarin kamu terus menuruti permintaan Seira, aku jadi merasa tidak enak." Ujar Shana jujur.

"Shan, I've told you, I'm okay with that. Aku suka bermain dengan Seira dan tidak keberatan sama sekali. Don't think too much about it. Okay Shan?" perempuan itu mengangguk pelan walau dalam hatinya masih merasa tak enak.

Mereka saling diam untuk beberapa menit. Matanya sama-sama tertuju pada Seira yang asik bermain bola-bola. Gadis kecil itu tertawa ceria dan sesekali melambai kearah mereka.

"Pasti sulit ya membesarkan Seira sendirian." ujar Daren sembari menatap Seira dalam. Perempuan itu tersenyum simpul.

"Yeah, It's not easy at all. Aku pernah merasakan depresi dan hampir menyerah ketika merawat Seira. Harus begadang dan mengurus ini itu diwaktu yang bersamaan. Tak bisa kupungkiri, sesekali aku pernah berpikir kenapa aku yang harus menanggung semua ini disaat orang yang berbuat salah itu bisa bebas kemana-mana. Tapi aku belajar banyak hal, aku belajar untuk banyak bersabar, banyak bersyukur dan banyak berserah diri pada Allah. It's been 5 years and here I am now."jelas Shana dengan mata berkaca-kaca. Matanya tak bisa lepas dari Seira. Dia begitu terharu jika mengingat kembali masa-masa itu.

"Sorry Shan, aku gak bermaksud buat kamu sedih."Daren jadi merasa bersalah karena pertanyaannya itu membuat Shana mengingat kembali perjuangannya.

"No, It's okay. aku Cuma terharu aja Seira udah sebesar ini. dia tumbuh menjadi gadis yang baik. Rasanya semua yang aku lakukan dulu terbayar sudah." Shana tersenyum kearah Daren dan hal itu membuat Daren takjub dengan Shana.

Membesarkan seorang anak dari bayi dan bukan darah daging sendiri bukanlah hal yang mudah. Apalagi Shana usianya masih relatif muda dan belum siap untuk itu. tapi dia mampu melewati semuanya sampai di titik ini.

"Seira pasti bangga punya Mami sepertimu Shan. She's lucky to have you in her life." Shana tertawa kecil mendengar penuturan Daren.

"No Daren. Actually I'm the luckiest person to have Seira in my life."

Lagi dan lagi Shana berhasil membuat Daren jatuh ke dalam pesonannya. Bukan tentang paras namun ketulusan hati Shana. Lelaki itu dibuat kagum dengan Shana hanya dalam beberapa hari bersama. Dia merasa nyaman jika bersama perempuan itu. namun, Daren ragu jika Shana merasakan hal yang sama.

"Mami, Seira mau es krim." Ujar Seira yang berlari keluar dan menghampiri mereka.

"Okey Seira. Tapi mainnya udahan ya. We should go home now." Ujar Shana yang dijawab anggukan setuju oleh Seira.

Mereka pun pergi ke kedai es krim dan membelikan es krim coklat kesukaan Seira. Gadis kecil itu nampak bersemangat menerima es krim favoritnya.

"Thanks Mami." Ujar Seira dengan senyum cerahnya.

"With my pleasure Sayang."jawabnya tulus.

"Seira, pamit dulu sama Om dokter." Perintah Shana pada putri kecilnya yang langsung dituruti oleh Seira.

"Om dokter makasih ya udah nemenin Seira main, Seira pulang dulu." Pamit gadis kecil itu lalu mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan Daren.

Ada rasa hangat di hati Daren ketika Seira mencium tangannya. gadis kecil itu di didik dengan sangat baik hingga memiliki sopan santun yang luar biasa untuk ukuran anak usia lima tahun. Daren akui jika Shana berhasil mendidik Seira.

"Terimakasih ya Daren, aku pamit sama Seira pamit dulu. See you." Ucap Shana kemudian berjalan menjauh dari Daren.

***

Thanks for reading :)

Unexpected Child ( Terbit ✅️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang