***
Shana menilik jam yang melingkar di tangannya, sudah waktunya menjemput Seira, tapi dia tak bisa meninggalkan Shawn begitu saja. dia melihat Shawn masih bekerja disana dan dia tak mau mengganggunya.
"Mir, nanti beri kartu nama aku ke dia ya. Bilang aja aku ada urusan mendadak. Thanks ya Mira. Aku pergi dulu." Shana memberikan kartu namanya kepada Mira lalu perlahan pergi meninggalkan Coffeeshop miliknya.
Shana menjemput Seira dengan sedikit ngebut karena dia agak terlambat sekarang. dia kasihan jika Seira mengunggunya terlalu lama. jalanan juga agak macet karena memang jam makan siang, pasti banyak pekerja yang keluar untuk mencari makan siang.
Sesampainya di sekolah sudah tak ada satupun murid disana. dia langsung bergegas masuk ke kelas Seira tapi hanya ada Miss Chintya disana. Shana sudah panik karena tak melihat putrinya disana.
"Miss, Seira mana ya?" tanya Shana dengan nada cemasnya.
"Oh tadi dia dijemput oleh seorang lelaki, Seira memanggilnya om dokter. Tadi saya tidak mengizinkannya keluar sebelum ibu yang menjemput tetapi Seira bersikeras untuk ikut om dokter itu." jelas Miss Chintya dengan nada bersalahnya.
"Baiklah Miss. Tapi lain kali tolong larang Seira pulang dengan orang lain selain saya ya." Pinta Shana dengan penuh kesungguhan.
"Baik bu, Maaf ya bu. tapi apakah Seira aman dengannya? dia tidak bersama orang yang berbahaya kan bu?" tanya Miss Chintya ikut khawatir karena melihat ekspresi wajah kesal Shana.
"Tak apa. dia memang kenal dekat dengan Seira tapi bukan keluarga. makasih Miss sebelumnya. Saya permisi dulu." Shana berpamitan lalu bergegas untuk pergi dari sana.
Perempuan itu bingung harus mencari putrinya dimana. Dia malas jika harus menghubungi Daren. Dia sudah tak ingin bertemu dengan lelaki itu lagi. tapi kenapa dia masih saja terus mengganggu dirinya.
Shana berpikir sejenak sembari menimang ponselnya. Mau tidak mau dia harus menghubungi lelaki itu agar tahu keberadaan Seira sekarang ini. dia ingin segera membawa Seira pulang dan menjauhkan Seira dari lelaki itu.
"Halo, Seira dimana?" Tanya Shana ketus. Dia tak ingin berbasa-basi makanya bertanya langsung pada intinya.
"Maaf Shan aku gak bilang dulu sama kamu, aku bawa Seira ke taman bermain dekat sekolah Seira. Shan aku..." belum sempat dia menyelesaikan perkataannya, Shana sudah terlebih dahulu mematikan telepon.
Dia sudah mendapatkan informasi tentang keberadaan Seira, dia langsung masuk ke mobilnya dan bergegas menjemput Seira. Dia hanya perlu bersikap acuh dan tak memperdulikan keberadaan Daren disana.
"Mamiii...sini Mami main ayunan." Teriak Seira dengan gembiranya. Shana memasang senyum manisnya pada putrinya itu.
"Seira sayang, pulang yuk. Ini udah terik loh. Kamu juga abis sekolah pasti capek." ajak Shana pada putrinya itu. tapi Seira menggeleng pelan.
"Seira masih mau main mami. Please!" pinta gadis kecil itu dengan mengeluarkan puppy eyesnya yang membuat Shana tak tega untuk menolak permintaannya.
"Ok, just for five minutes ya Seira. Abis itu kita pulang." Seira pun mengangguk setuju mendengar penawaran Shana.
"Shan, aku mau ngomong sama kamu." Ujar Daren menyelanya. Dia sudah berdiri di samping Shana entah sejak kapan.
Shana mengajak Daren untuk berbicara agak menjauh dari Seira. Dia tak ingin Seira mendengarkan obrolan mereka.
"Ada apa? cepat ya, aku gak punya banyak waktu." Ujar Shana dengan nada dinginnya. Daren tak terkejut, dia sudah tahu bahwa Shana pasti akan bersikap dingin padanya setelah kejadian itu.
" Shan, kita masih bisa kan melanjutkan hubungan ini? aku akan berjuang Shan untuk kita." Ujar Daren dengan penuh kesungguhan.
"sejak awal aku sudah bilang kan Daren tentang kekhawatiran aku itu, dan kamu bilang everything will be ok. Tapi apa kenyataannya? Apa yang aku khawatirkan terbukti kan? Bahkan itu lebih sakit daripada yang aku bayangkan Daren. So please, jika kamu bertanya apa kita bisa melanjutkan atau tidak, tentu saja aku memilih untuk mundur. Aku tidak mau mengorbankan perasaan Seira." Jelas Shana dengan lugasnya.
"Shan, but I just Want you. No one can replace you in my heart." Shana berdecih pelan mendengar ucapan Daren barusan.
"Enough is Enough Daren, jangan paksa keadaan. We can stop here." Ujar Shana dengan tegasnya.
"Shan, aku akan berjuang sampai Mama memberi restunya, akan aku pastikan juga dia meminta maaf kepadamu. Aku akan berusaha untuk itu Shan." Daren kembali membujuk Shana dengan segenap keseriusannya. Perempuan itu hanya bisa menghela napasnya pelan. Jujur saja dia sudah lelah mendengarkan omong kosong dari mulut lelaki itu.
"Just do whatever you want Daren, I don't care anymore." ujarnya mengakhiri percakapan itu.
Shana berjalan meninggalkan Daren lalu mengajak Seira untuk pergi dari sana. Dia membiarkan Seira berpamitan dengan Daren tapi tidak dengan dirinya. dia terlalu malas untuk sekedar menyapanya lagi.
***
Thanks for reading guys :)
Don't forget to vote and comment yaa
Let's go to the next part ==>
KAMU SEDANG MEMBACA
Unexpected Child ( Terbit ✅️)
RomansMemiliki anak di umur dua puluh empat tahun mungkin menjadi hal wajar bahkan sudah banyak terjadi saat ini. Namun, bagaimana jika anak tersebut bukan anak kandungnya sendiri? Dia harus mengurus dan membesarkan anak yang bukan darah dagingnya sendiri...