***
Lega rasanya ketika telah menceritakan semuanya kepada Shawn. malam itu Shana benar-benar menghabiskan waktunya untuk mengobrol dengan lelaki di masa kecilnya itu. beban yang ada di pundaknya serasa berkurang satu persatu. Dia hanya butuh teman berbincang agar bisa berkeluh kesah dan menceritakan apapun yang mengganjal di hatinya.
"Aku tidak tahu kalau kamu sehebat ini Shan. Membesarkan anak seorang diri bukanlah hal yang mudah. It's not easy at all, but you did it. I'm proud of you Shan." Puji Shawn pada perempuan di hadapannya itu.
"Yah, itu semua berkat support dari keluarga aku juga Shawn, mereka yang banyak membantuku hingga sekarang ini." jawab Shana dengan senyum simpulnya.
"Lalu, kalau Om dokter itu siapa?" Tanya Shawn yang memang sudah penasaran dari kemarin.
Shana terdiam sejenak. Dia ragu hendak menjelaskannya atau tidak. Mengingat Daren, dia jadi teringat lagi dengan ajakan makan siang itu. rasanya dia ingi menghindari saja karena dia sendiri tak yakin dengan tante Wisa.
"Shan! Are u okay?" Tanya Shawn yang melihat perempuan di hadapannya itu asik melamun.
"Emm.. I'm okay. mengenai Om dokter, dia itu dokter anak yang menangani Seira ketika sakit kemarin. Karena baik jadi Seira lengket banget sama dia." jelas Shana seadanya. Tapi Shawn menangkap jika masih ada hal yang ditutupi oleh Shana.
"That's it?" tanya Shawn yang membuat Shana mengangguk ragu.
"Dia udah bapak-bapak apa masih muda Shan?" Tanya Shawn memancing lagi.
"Masih muda." Jawabnya singkat. Jujur saja Shana masih malas jika harus mengobrolkan mengenai Daren.
"Masih single?" Tanyanya lagi yang membuat Shana mau tak mau mengangguk pelan.
"Bisa gak kita ngomongin yang lain? aku lagi males aja bahas masalah ini." ujar Shana jujur. Shawn pun menyetujui dan tak membahas mengenai Om dokter kesayangan Seira itu.
Mereka menghabiskan waktu bersama hingga jam sepuluh malam. Sesuai janjinya, Shawn mengajak Shana pulang dengan selamat. Dia tak mau diomeli bang Shaka jika mengajak Shana pulang sampai larut malam. Apalagi besok mereka juga harus bekerja.
"Thanks ya Shawn. maaf gak nyuruh mampir dulu soalnya udah malem." Ucap Shana sembari melepas seatbeltnya lalu turun dari mobil.
"Gapapa Shan, next time aku main lagi kesini. Salam ya buat bang Shaka dan yang lainnya." Shana mengangguk mengiyakan.
"Oh ya Shan, kalau kamu ada apa-apa cerita aja ya. Jangan dipendam sendiri. sekarang aku udah ada disini lagi buat kamu, so tell me if you need something. I'll be there for you anytime." Ujar Shaka membuat hati Shana menghangat. Perempuan itu mengangguk pelan sembari merekahkan senyum dari bibirnya.
"Aku pulang dulu ya. Bye!" pamitnya pada Shana.
"Safe drive Shawn, kabarin kalau udah sampai rumah." Shawn menjawab dengan anggukan lalu perlahan melajukan mobilnya menjauhi rumah Shana.
Shana masuk ke dalam rumah dan tentu saja suasanannya sudah sepi. dia yakin semuanya sudah tertidur. Dia masuk ke ruang televisi dan terkejut ketika melihat abangnya masih duduk disana sembari menyeruput kopi di tangannya.
"Abang kok belum tidur?" Tanya Shana sembari duduk di samping abangnya yang sedang menonton film Thriller kesukaannya.
" Belum ngantuk terus lagi pengen nonton film aja." Jawabnya acuh tak acuh karena dia sedang fokus menonton filmnya.
"Alah bilang aja nungguin aku, khawatir kan abang sama aku." Goda Shana yang dijawab abangnya dengan deheman saja karena tak mau capek-capek meladeni ledekannya.
Shana memutuskan untuk beranjak dari sana karena abangnya kalau sedang fokus nonton film tak bisa diganggu. Dia tak akan bisa diganggu kalau sudah seperti itu.
"Eh mau kemana? Duduk situ bentar, ada yang mau abang omongin." Ujar Bang Shaka sembari menarik tangan Shana hingga ia terduduk kembali.
"ngomongin apa? abang aja masih nonton terus ih." Protes Shana ketika abangnya kembali fokus menonton.
"Bentar lagi, ini udah mau selesai." ujarnya yang membuat Shana berdecih pelan. Tapi dia tetap sabar menunggu abangnya dan mencoba menonton sedikit walaupun dia sebenarnya takut melihat film thriller yang kebanyakan ada adegan pembunuhannya.
Lima belas menit kemudian untungnya film itu sudah selesai. Shana sampai hampir tertidur ketika menunggu abangnya selesai menonton film. Dia sudah terantuk sandaran sofa sedari tadi karena hampir tertidur.
"Udah ngantuk ya? Apa besok aja?" Tanya abangnya yang membuat Shana menggeram pelan.
"Abang ih, apa gunannya aku nunggu coba." Protes Shana kesal. Shaka terkekeh geli melihat wajah kesal adiknya.
"Ok, ini serius." Ujar Shaka yang membuat adiknya itu berubah menjadi serius. Dia sudah siap untuk memasang telinganya dan menyimak apa yang ingin abangnya sampaikan dengan seksama.
"kemarin ada yang datang pada abang dan meminta izin untuk serius denganmu." ucapan Shaka itu seketika membuat mata Shana tidak mengantuk lagi.
"Siapa bang?" Tanya Shana penasaran.
"Abang yakin kamu sudah tahu siapa orangnya. Dia juga sudah dekat dengan Seira bukan?" Shana langsung terpikirkan oleh satu nama.
"Apa dia Darendra?" tanya Shana perlahan.
"Tepat sekali. Dia datang kepada Abang dan meminta izin ingin serius denganmu bahkan dia bilang sudah melamarmu secara pribadi kan? Jadi kemarin abang sarankan jika dia harus menemui orangtua kita. Disini kamu memang tanggungjawab abang, tapi kalau masalah seperti itu dia harus datang kepada orangtua kita. Memintamu langsung kepada Ayah." jelas Daren yang membuat Shana menatap abangnya tak percaya.
"Lalu dia setuju?" Tanya Shana lagi karena penasaran.
"Tentu saja setuju. Dia bilang akan segera membawa orangtuanya kesana." Ujar Daren dengan santainya. Sedangkan Shana kembali dibuat pusing. Lelaki itu pasti akan serius dengan kata-katanya. Dia pasti akan segera mendatangi kedua orangtua Shana di kampung.
"lalu aku harus gimana? Dia pasti beneran deh bakal kesana?" ujar Shana kebingungan.
"Lah, bagus dong Shan. Itu buktinya lelaki serius yang langsung meminta izin gak asal deketin anak orang aja." Ujar bang Shaka pada adiknya yang terlihat gelisah itu.
"Shan, udah waktunya kamu menikah. Abang gak bisa selalu ada buat kamu, jadi sudah saatnya kamu mencari pendamping hidup yang bisa menjagamu juga Seira. Abang yakin, Daren adalah lelaki yang baik. Abang udah wanti-wanti sama dia, kalau sampe dia bikin kamu sedih langung Abang Ulti dia." jelasnya pada Shana.
Kata-kata abangnya itu memang ada benarnya. Ditambah lagi keinginan Seira memiliki seorang Ayah. dia tak bisa menolaknya begitu saja. Dia juga yakin Daren adalah lelaki yang baik hanya saja Mamanya tidak menyetujui mereka. itulah yang terus mengganjal di hati dan pikiran Shana.
***
Terimakasih sudah membacaa :)Jangan lupa vote dan komentranya biar aku semangat update cerita :)
See u to the next part ==>
KAMU SEDANG MEMBACA
Unexpected Child ( Terbit ✅️)
RomanceMemiliki anak di umur dua puluh empat tahun mungkin menjadi hal wajar bahkan sudah banyak terjadi saat ini. Namun, bagaimana jika anak tersebut bukan anak kandungnya sendiri? Dia harus mengurus dan membesarkan anak yang bukan darah dagingnya sendiri...