***
Seperti rencana, sore harinya mereka datang ke rumah orangtua Daren. Mereka sudah mempersiapkan makan malam untuk mereka. Apalagi papa Daren sudah tak sabar untuk bertemu dengan cucunya itu.
"Opaa!" teriak Seira langsung berlari menghambur ke pelukan pak Ishaq.
Beliau nampak senang dengan kehadiran Seira. Pak Ishaq langsung menggendong Seira dan mengajaknya bermain di kolam ikan. Shana dan Daren hanya tersenyum simpul melihatnya.
Shana dan Daren bergantian mencium tangan Mamanya yang sudah menunggu mereka di depan pintu. Senyumnya merekah ketika melihat kedatangan mereka.
"Ayo sini masuk, Mama sama Papa udah tungguin kalian dari tadi." ujar bu Wisa menyambut mereka.
"Ini ma ada oleh-oleh dari Bapak Ibu." Bu Wisa mengucapkan terimakasih sembari menerima paperbag berisi makanan itu.
"Duh padahal kemarin udah dibawain banyak banget makanan, sekarang dibawain lagi. bilangin makasih ya sama mereka." Shana mengangguk sebagai jawaban.
"Kita langsung makan aja ya, takutnya keburu dingin. Mama udah masak banyak untuk kalian hari ini." ujar Bu Wisa sembari membawa mereka ke meja makan.
Benar saja disana sudah tersedia banyak makanan untuk mereka. hidangan itu sangat lengkap seperti akan menyambut tamu penting saja.
"Wah banyak banget Ma, Mama masak semua ini sendiri?" Tanya Shana pada ibu mertuanya itu.
"Tentu saja Shan, Mama ingin masakin yang spesial untuk kalian. anggap saja ini penyambutan untuk menantu mama." Ujar bu Wisa sembari memeluk bahu Shana. perempuan itupun tersenyum dibuatnya.
Tak menyangka dulu bu Wisa yang sangat membencinya kini bisa bersikap begitu baik padanya. Dulu bahkan Shana tidak pernah membayangkan bila bu Wisa akan menjadi ibu mertua yang baik seperti ini. dia berharap hubungan mereka bisa seterusnya seperti ini.
Memang benar, Allah itu maha membolak balikan hati manusia. Bu Wisa yang dulu begitu membenci Shana dan enggan menerima kehadirannya dengan Seira akhirnya sekarang bisa luluh juga. Bahkan beliau sekarang juga menyayangi Seira seperti cucunya sendiri. ya, tentu saja sekarang memang sudah menjadi cucunya.
"Aku panggil Papa sama Seira dulu ya." pamit Daren lalu meninggalkan kedua perempuan itu disana.
Shana masih agak canggung kalau harus berdua dengan bu Wisa. Ya, bagaimanapun kenangan buruk itu tak bisa dengan mudahnya ia lupakan. Kata-kata buruk itu seakan masih berputar di kepalanya.
"Shan, kamu masih takut sama Mama?" Tanya bu Wisa yang seakan mampu membaca kegelisahan Shana.
"Ah enggak Ma. Hanya saja belum terbiasa." Ujar Shana memberikan alibinya.
"Mama sangat berterimakasih karena kamu masih mau memaafkan Mama. Padahal Mama sudah begitu jahat padamu." Bu Wisa memegang erat kedua tangan Shana lalu menatapnya dengan tatapan dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unexpected Child ( Terbit ✅️)
RomanceMemiliki anak di umur dua puluh empat tahun mungkin menjadi hal wajar bahkan sudah banyak terjadi saat ini. Namun, bagaimana jika anak tersebut bukan anak kandungnya sendiri? Dia harus mengurus dan membesarkan anak yang bukan darah dagingnya sendiri...