Sesuai perkataan dokter, setelah air impusan Ashel habis maka wanita itu di perbolehkan pulang, dan kini wanita itu sedang diam di
dalam kamar apartemen, dan sepanjang di rumah sakit pun dia sama sekali tidak mau berbicara dengan adel, rasa kesalnya masih
ada sampai sekarang apalagi setelah kejadiandirinya jatuh dan pendarahan membuatnya amat sangat bersalah dengan anaknya Walaupun di diami oleh Ashel, adel tidak pernah putus asa untuk berbicara pada wanita
itu, bahkan rasanya dia ingin menangis saat Ashel sama sekali tidak meresponnya, di rumah sakit pun wanita itu lebih memilih di
bantu suster untuk jalan dari pada di tuntun olehnya, hatinya seakan berdenyut nyeri melihat itu, tapi ini juga salahnya!"Acell maaf, adel minta maaf" gumam pria itu berlutut di samping Ashel yang sedang duduk dengan sandaran kepala ranjang Alih alih menjawab Ashel tetap pada pendiriannya tanpa membalas pria itu
" Ad-adel minta maaf" bahkan suara pria itu kini sudah bergetar karena terus di acuhkan oleh Ashel
"Ad-adel emang salah hiks, maafin adel, " dan pada akhirnya adel tetaplah adel si cengeng Sebenarnya Ashel juga tidak tega melihat pria
itu yang sudah sesenggukan tapi kekesalannyamasih amat memenuhi hatinya biarkan saja sekali kali adel harus di beri pelajaran
"Ad-adel harus ngapain biar acel maafin hiks, tadi juga adel udah minta maaf sama dedek bayiknya,hiks " menarik ingus susah payah pria
itu menarik nafasnya kuat"Dedek bayiknya mau maafin papihnya loh,," mendengar kepolosan adel membuat Ashel dengan susah payah menahan diri agar dia tidak
tertawa lepas karena melihat ekspresi pria itu"Maafin, undaaaa, adel khilaf nggak bakal lagi kayak gitu, " bukanya semakin mereda malah membuat tangis pria itu semakin menjadi
sambil memegangi kaki Ashel yang sedang selonjoran"Aku mau sendiri dulu, kamu bisa keluar" mendengar jawaban yang bukan keinginannya adel segera mendekati tubuhnya dengan Ashel
"Adel mau disini acelll,, hiks, jangan di usir, " Isak adel
"Please aku lagi mau sendiri kamu keluar ya" pinta Ashel memegang tangan pria itu
Dengan muka yang sudah penuh air mata adel menatap Ashel dengan berat hati pria itu keluar dari kamar, mungkin memang Ashel butuh ketenangan saat ini dan dia tidak boleh egois
"HUAAAAA MAMIH" adel
menumpahkan tangisnya pada kamar tamu yang berada di apartemennya, pria itu duduk di bawah lantai sambil memilin guling yang berada di
pelukannya"Jahat! emang adel bukan suami yang
baik,hiks,m maafin adel, jahat banget jadi suami nggak bisa jagain istri hiks, pukul adel aja jangan diemin kayak gini, adel nggak bisa""A-adel nggak mau kehilangan acel, jangan kayak gini adel nggak kuat pukul aja adel bunuh aja nggak papah tapi jangan diemin kayak gini sakit
hati adel rasanya"Bugh
Bugh
Bugh
Bugh
Dengan sekuat tenaga Adel memukuli dirinya sendiri dan merasakan darah segar yang mengalir di ujung bibirnya
" Sakit banget acelll, hiks, tapi sakitnya nggak seberapa di banding rasa sakit istri adel di kasarin kayak tadi"
"Maafin adel" Ashel menarik nafasnya dalam dalam, tadi malam bener bener dia pisah kamar dengan Adel
walaupun tengah malam pria itu masih mengetuk pintu kamarnya tapi dia sama sekali tidak berniat untuk membukanya, dan pagi ini dia harus bangun dan mengecek keadaan pria
itu, dia juga harus menyiapkan keperluan adel ke kantor