Marion Jola feat. Rayi - Jangan

205 19 0
                                    

Wawan melihat ke arah pintu ketika ada bunyi pintu apartemen yang sedang dibuka. Mereka bertiga, Wawan, Haru dan Januar sekarang sedang menonton tv sambil ngemil. Wawan itu yang paling muda di antara mereka, setahun lebih muda, hanya saja kecepatan masuk sekolah waktu dulu, tingginya melebihi Januar sedikit.

"Oy Bang Jo, dah pulang." Ketiganya dengan kompak menyapa.

Januar, pemuda berkulit tan dia lebih tua setelah Wawan. Wajahnya tampan dan terlihat maskulin.

Setelahnya ada Haru, pemuda tampan. dia yang paling tinggi diantara yang lain, sering di panggil sumpit karena nggak punya otot. Gak suka olahraga. Paling populer di kalangan kakak kelas, hanya saja berdasarkan rumor Haru itu kasar, mungkin karena cara nolaknya yang nggak selow.

Joan datang dengan menenteng belanjaan yang isinya adalah makanan ringan, cola, dan bahan-bahan makanan tersebut meletakkan beberapa makanan ringan dan minuman di atas meja untuk teman-teman adiknya itu dan sebagiannya lagi akan diletakkannya di dapur dan di dalam kulkas.

"Asa mana?" Setelah dari dapur Joan kembali ke tempat tiga orang itu.

Pemuda yang dikenal dengan nama Joan tersebut memiliki wajah khas dari negara asalnya. Di tambah lagi dengan rambutnya yang diwarnai blonde membuat kesannya seperti anime hidup. Di sekolah tidak ada yang berani menegurnya bahkan guru sekali pun. Dia lebih tua setahun dari Angkasa.

"Tidur bang sama Jendral tadi di kamar." Januar dengan cepat menjawabnya. Joan mengangguk, lalu berjalan ke kamar adiknya yang bernuansa monocrome berbanding terbalik dengan studio Angkasa yang bernuansa aesthetic dengan penerangan yang bisa berwarna orange, biru, ungu, pink, hijau bahkan warna-warni.

Joan membuka pintu hati-hati takut membangunkan orang yang ada di dalam. Terlihat Angkasa yang tidur dengan memeluk boneka besar shark kesayangannya dengan Jendral yang duduk disebelah sambil tangan kirinya memainkan ponsel, sedangkan tangan satunya lagi mengelus rambut pemuda yang tertidur itu lembut.

Mengetahui ada orang lain, Jendral langsung menghentikan kegiatannya dan tersenyum ke arah Joan.

"Tadi Asa udah makan Jen?"

"Udah bang, mangkanya ni anak tidur, hehe."

Jendral itu anaknya paling soft tapi juga jahil. Murah senyum, sangking ramahnya sekarang dia dapat cap kang modus sama anak-anak disekolah, ya sana sini oke. Lebih tua sebulan dari Angkasa.

"Bang, gue sama anak-anak pamit pulang deh. Kan Bang Jo juga udah disini." Jendral berdiri mendekati Joan.

Joan melirik jam dinding.
"Udah tengah malam, nginap aja lah di sini Jen yang lainnya juga. Biasanya juga nginep 'kan." Sambil merangkul bahu Jendral akrab.

"Nggak dulu lah bang, mumpung masih tengah malam." Jendral nyengir lebar.

Ah biasanya Joan baru pulang pukul 3 dini hari. Joan itu agak bebas, teman-temannya juga anak motor jadi sering keluyuran. Maka dari itu dia bersyukur sekali adiknya punya sahabat seperti mereka. Tapi dia tetap Abang yang baik untuk Angkasa, Joan akan selalu mengingatkan adiknya untuk makan-makanan sehat, memasak dan menyiapkan sarapan hingga makan malam meski harus dipanaskan lagi.

Angkasa itu sedikit keras kepala, nggak mau makan sayur alasannya nggak suka, lebih suka makan makanan instan/cepat saji, minum cola tiap hari. Jadi perlu diperhatiin, lihat aja tuh pertumbuhannya terhambat. Sebenarnya tinggi 174 cm itu sudah cukup tinggi untuk ukuran cowok, badannya juga nggak gemuk dan nggak kurus. Tapi tetap aja kalah besar sama teman-temannya.

"Ya udah, hati-hati ya."

Jendral pamit undur diri dan setelah memperbaiki selimut adiknya hingga menutupi leher, Joan langsung menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Senjanya Angkasa - Asahi Treasure✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang