"Kamu satu-satunya orang yang kutunggu, semakin dilihat semakin cantik."
<<<3
Haru, Jendral, Januar dan Wawan dengan kompak masih menertawakannya karena kejadian semalam. Iya, malam di mana ia memutuskan untuk confess, Angkasa benar-benar menangis hingga ditenangkan oleh Joan dan yang lainnya. Angkasa sendiri merasa malu mengingatnya, Ana pasti lebih merasa malu pikirnya. Mereka sudah memasuki liburan semester, rencananya nanti setelah dari kafe dirinya ingin mengajak Ana kerumah bundanya untuk memperkenalkan, semoga saja Ana mau.
Sekarang mereka berada di rumah Jendral, sekedar bersantai dan ada juga yang bermain PS. Orang tua Jendral juga tidak mempermasalahkan anaknya membawa teman. Sesuai dengan sifat Jendral yang ramah, orang tuanya juga begitu ramah dan terbuka.
"Meluk Bang Jo erat banget, pasti malu dilihat Ana," kata Wawan. Januar memegang perutnya tak sanggup lagi dari tadi tertawa.
Mereka masih asik mengejek Angkasa.
"Eh jangan gitu nanti anaknya nangis lagi kan repot, lu aja yang puk-puk," sambung Jendral.
"Diam lo semua!" Bibirnya sedikit dimajukan, semakin membuat yang lainnya tertawa.
"Udah-udah." Ya hanya Haru yang waras sepertinya, meskipun dia juga ikut tertawa tadi. "Sa, lihat nih." Di Instagram, line dan sosmed lainnya. Ana menambahkan username dan nama Angkasa di bio nya.
"HUWAAAAH." Angkasa menutup wajahnya dengan bantal sambil guling-guling. Mereka sekarang emang lagi dikamarnya Jendral yang luas ini. Yang lainnya kepo dan ikut mendekat. "Gue mau nambahin juga." Jarinya dengan cepat mengotak-atik ponsel.
"Dih gitu aja senang."
"Biasalah sedang jatuh cinta."
Itu yang julid Januar.
Angkasa itu sebenarnya agak kekanakan, Ana bisa syok kalau tau hal ini. Apalagi kalau moodnya lagi bagus, beh tingkahnya itu loh. Beda lagi kalau moodnya buruk, ngomong pun malas apalagi gerak. Mode senggol bacok.
"Woah woh woh." Angkasa yang kaget pun langsung mengode yang lainnya untuk diam. Pasalnya Ana menelponnya sekarang. Benar saja yang lainnya langsung kicep, Januar menahan mulutnya dengan kedua tangan agar tidak bersuara.
Menekan tombol hijau, wajah Ana terpampang jelas di layar. Ah ternyata video call, dengan cool Angkasa merapikan rambutnya sedikit.
"Angkasa lo di mana?" tanya orang disebrang sana.
"Di rumah Jendral, kenapa?" Angkasa melirik salah satu temannya yang menepuk-nepuk kursi brutal menyalurkan frustasi.
"Gue abis ngumpul sama club penggemar K-Pop nih, nanti kan kita juga ketemu, kalo sekarang aja bisa? Sekalian temenin gue belanja."
Angkasa melirik ke teman-temannya. Jendral mengisyaratkan 'terserah lo', sedangkan Januar ngangguk-ngangguk, yang lainnya hanya memperhatikan.
Akhirnya Angkasa mengiyakan.
"Lima belas menit gue nyampe."Setelah panggilan terputus, Angkasa meminjam motor Jendral untuk pergi ke lokasi di mana kesayangannya berada. Aelah kesayangan gak tuh.
Teman-temannya ikut senang melihat Angkasa sesenang itu. Mereka memutuskan bertemu di kafe nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senjanya Angkasa - Asahi Treasure✔️
Teen Fiction"Sa, gue baru tau Lo suka senja." "Iya tapi gue lebih suka senja yang dihadapan gue," kata cowok itu sambil natap Ana. Ana balik menghadap cowok itu. "Lihat tuh kedepan bukan ke gue." Tangannya secara spontan mengarahkan wajah Asa kedepan. Asa terta...